Ch.18

621 51 1
                                    

Uap mengepul dari coklat panas yang dibawa Wonwoo sejak tadi, menerawang apa yang bisa saja terjadi setelahnya sampai akhirnya ia menatap wajah indah seorang Lee Jihoon yang asyik dengan boneka barunya. Sudah 10 menit berlalu namun tak ada tanda-tanda pembicaraan diantara keduanya setelah pertemuan yang secara tidak sengaja beberapa saat lalu.

"Boneka itu terlalu besar bukan? Bahkan dia bisa menenggelamkanmu kapan saja" kalimat pertamanya sesaat setelah menemukan topik pembicaraan yang dirasanya cukup pas.

"Ehehe...dia lucu seperti Mingyu, kau lihat kan warnanya yang coklat dan tubuhnya yang besar? Seperti Mingyu sekali" ucap Jihoon tersipu lalu kembali menutup wajahnya dibalik boneka besar itu.

Ada yang sakit dihati Wonwoo tapi dia sama sekali tak mengatakannya dan memilih memendamnya sendirian. Ia menatap jalanan beraspal yang tertutup dedaunan momiji yang daunnya memerah. Cuaca kali ini sangat diluar dari perkiraan, benar-benar berangin dan dingin. Wonwoo beberapa kali mengusap kedua tangannya yang telah memakai sarung tangan.

Sesaat ia menatap Jihoon yang terlihat semakin mengeratkan pelukannya pada boneka bear itu. Seperti tengah mencari kehangat didalamnya.

Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya ia melepas jaket dan sarung tangannya lalu menjulurkannya pada Jihoon "Ini" hanya satu kata yang terucap dari mulutnya.

Jihoon mengangkat kepalanya "Untuk apa?" Kedua kakinya bergerak-gerak kecil karena kedinginan.

"Kamu kedinginan, cepat pakai ini" jaket tersebut semakin disodorkannya.

Jihoon terlihat menaruh bonekanya di kursi sebelah lalu berjalan menghampiri Wonwoo "Kamu juga kedinginan tuh" telunjuknya menunjuk kearah kaki-kaki Wonwoo yang bergetar.

"Kupikir aku masih bisa bertahan, lagipula aku sebenarnya mau pulang dan bertemu kamu disini. Jadi cepat pakai atau aku akan berubah pikiran" ucap Wonwoo datar, kali ini ia langsung saja menaruh jaket yang dikenakannya tidak lagi meyodorkan pakaian itu.

"Ung, baiklah terimakasih...hati-hati ya jangan lupa makan, ini sudah malam" Wonwoo hanya mengangguk pelan sebagai jawaban sembari memakaikan jaket miliknta di tubuh mungil Jihoon yang dengan cepat membalikkan badan setelah menggunakan jaket menatap Wonwoo "Ini, mau?" Sekarang Jihoon menyodorkan sebuah onigiri berukuran cukup besar pada Wonwoo.

"Terimakasih juga, aku pulang ya" Wonwoo melangkahkan kedua kakinya pelan setelah membalikkan badan menatap senyum tipis Jihoon. Ia kembali menggunakan maskernya lalu berlari cepat menyusuri jalan beraspal dan angin dingin yang menemani.













"Tadi itu...manis sekali..." ucap Wonwoo pelan.













Setelahnya Jihoon kembali mendekap erat boneka kedalam pelukannya. Ia menunggu Mingyu tapi tidak kunjung datang, wajahnya sudah tertekuk dengan senyum kecut yang menghiasi wajahnya.

Tak lama orang yang dicarinya sejak beberapa belas menit lalu datang dengan senyum konyolnya yang berhasil membuat Jihoon kembali tersenyum menyambut kedatangannya.

"Hyung, apa aku terlalu lama?"

"Lama sekali sampai aku muak menunggumu disini, dingin tau!" Jihoon berdecak sebal, mempoutkan bibirnya menghadap arah lain.

Mingyu malah tersenyum lalu sedikit berlari berusaha menggapai kekasih imutnya itu "Heii jangan cemberut begitu, kuterkam lohh" ia mencubit pipi si mungil gemas.

"Aku rasa, aku menemukan perintah ke-2 ku" Jihoon masih terlihat kesal.

"Menjauhlah dariku, jangan dekat-dekat. Aku lagi sebal!!" Jihoon menyilangkan tangannya di depan dada.

"Jangan dong hyungg...." Mingyu terlihat menyerah, wajahnya sudah seperti anak anjing yang minta dipungut.

Awalnya memang tidak mau namun melihat Mingyu yang terlihat benar-benar menyesal membuatnya luluh dan tidak lagi bisa berbuat apapun selain mencabut perintahnya.

"Hehe hyung, nih aku bawain minum sama burger mau?" Tawar Mingyu memberikan sebuah bungkusan cukup besar di tangannya. Ia mendusel-dusel pipi kiri Jihoon dengan bungkusan coklat tersebut.

"Uhh...kamu telat Gyu, tadi Wonwoo datang dan memberikan ini padaku" Jihoon mengangkat tinggi-tinggi coklat panas yang terbungkus dengan botol kaca.

Dugaannya benar, ternyata yang mendatangi kekasihnya barusan adalah Wonwoo. Dengan kekecewaan yang terpancar dari wajahnya, ia meletakkan sebotol susu strawberry ditangannya. Bibirnya mengkerut, sepertinya ia benar-benar tidak menyukainya.

Jihoon melihat hal tersebut hanya terkekeh geli sebelum merebut botol tersebut sebelum tergeletak di meja "Aku mau susu yang kamu beli kok. Oh ya, ini burgernya? tidak pedas kan? Aku akan membunuhmu jika kali ini pedas lagi" Jihoon seperti bicara sendiri menghadapi Mingyu hanya mendudukkan bokongnya pada kursi besi disana.

Berangsur-angsur Jihoon memakan burgernya sendirian, Mingyu terlihat masih merajuk. Beberapa kali ia sudah bertingkah lucu dihadapan Mingyu sekalipun ia membencinya tapi jalan yang dipilihnya tetap tidak membuahkan hasil.

Tiba-tiba sekelebat memori terekam di kepalanya "Apa perintah terakhirmu hyung?" Tanya Mingyu memecah keheningan.

Jihoon sedikit terlonjak seketika setelah Mingyu mengucapkan kalimat pertamanya setelah aksi diam yang cukup lama "Aku tidak tahu, karena itu ayo jalan-jalan lagi. Aku ingin ketaman lagi, katanya disana itu cantik banget kalau malam-malam. Aku ingat-"

"Kalau begitu ayo kesana" ucap Mingyu sangat-sangat datar dan berlalu begitu saja setelah menjinjing barang bawaannya meninggalkan Jihoon sendirian dengan beribu tanya.

"Dia kenapa sih!!" Jihoon berlari mendekati Mingyu dengan kaki-kaki kecilnya berusaha mengimbangi langkah besar sang kekasih.

Jihoon menepuk-nepukkan kedua tangannya pada punggung Mingyu dan berdo'a supaya sang empu menoticenya meski hanya tolehan sekalipun. Namun hasilnya nihil, tak ada tanda-tanda pergerakan untuk menoleh, Mingyu masih terlihat datar.

Kesal, Jihoon menarik jaket Mingyu dengan paksa agar mau menatapnya. Ia bisa melhat Mingyu yang seperti orang gelagapan sehabis melamun. Jihoon cepat-cepat memeluk Mingyu, menelusupkan kedua tangannya kedalam jaket Mingyu seperti mencari kehangatan disana.

Cukup lama dalam posisi tersebut hingga Jihoon melepas pelukannya lalu menarik kepala Mingyu dengan kedua tangannya. Menatapnya intens, kening keduanya saling bersentuhan "Kamu ini kenapa?" Tanyanya to the point.

Mingyu menarik kepalanya lalu tersenyum sembari menggandeng Jihoon yang kali ini jadi terlihat kesal sendiri "Tak apa, ayo kita jalan lagi. Mau ketaman kan?"

"Iya" Hanya kata itu yang terucap sebelum akhirnya keduanya menyusuri dinginnya malam.





TBC

Unch aku mau ngasi 2 chapter sekaligus biar enak, soalnya kelamaan ga up sih. Uda gitu pendek-pendek lagi :(

Maafkan dakuh wahai readers tercintah :(

Backstreet? so hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang