Ch.8

1K 90 1
                                    

"Bukan-"

"Aku tahu...tahu banget malah, kamu gamau kan kalau hubungan kita sampai ketahuan? Terus popularitas yang susah payah kita dapatkan akan berhenti dan mungkin malah mengecam hubungan kita...aku tahu kok...aku yang salah...aku yang berlebihan memanggap ini semua..." ucap Jihoon kian pelan pada setiap kalimat yang terucap dari bibir tipisnya.

Mingyu membalikkan tubuhnya cepat hendak menyentuh Jihoon namun secepat itu pula Jihoon menghindar. Jihoon sudah tak lagi duduk, ia berdiri menatap jendela besar setinggi kamar ini dan menatap langit yang terlihat gelap namun penuh kerlap-kerlip bintang.

"Hentikan, jangan menyentuhku. Aku sudah lelah Gyu" tubuh Jihoon bergetar hebat, maniknya kembali menitikkan airmata "Berhenti membuatku berharap lebih darimu gyu, aku...aku...." ia tak berniat melanjutkan perkataannya karena mulutnya tertutup oleh kedua tangannya, menahan suara yang ditimbulkan dari tangisnya. Ia juga menggigit bibirnya yang mulai berdarah akibat terlalu keras menggigit.

Jihoon menghembuskan nafasnya pelan "Pergilahh...besok kita akan bertemu di dorm, aku harus menyanyikan lagu dengan Seokmin meski harus duduk" ucap Jihoon

"Hah? Kata siapa? Aku ti-"

"Tadi, Seungcheol hyung bilang kalau aku akan mengcover lagu disalah satu acara musik bersama Seokmin dan aku menyanggupinya. Aku juga hapal betul lagunya meskipun itu lagu barat. Seokmin sebentar lagi akan datang, jadi pulanglah..." ucap Jihoon mengakhiri perkataannya yang panjang dan cukup menghabiskan tenaganya.

Ia masih setia menatap pusat kota dibalik kaca pembatas. Ia berhasil meredam tangisnya dan memasang wajah sedatar mungkin.

Mingyu menundukkan kepalanya menahan air matanya. Lalu beranjak dari duduknya "Kalau begitu, bersemangatlah...jaga dirimu Lee Jihoon" ucapnya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang bahkan belum 1 jam dipijakinya.

'Dia bahkan memanggilku dengan formal...' Jihoon menggigit bibirnya kuat.

Baru saja ingin memutar kenop pintu, seseorang-ah tidak, lebih tepatnya ada dua orang telah membukanya lebih dulu. Ia menatap Seokmin dan Soonyoung datang membawa buket dan beberapa bungkus makanan ditangannya.

Mingyu menepuk pundak Seokmin lalu berkata pelan "Seokmin, jaga Jihoon...kalau dia mulai sakit jangan dipaksakan...kalau dia bilang mau bikin lirik berikan buku yang sudah kutaruh di meja" lalu beralih ke Soonyoung "Soonie...aku tahu kamu kan yang paling dekat dengan Jihoon...jadi buat dia senang ya...kau bawa makanan kan? Itu tidak pedas bukan? Jangan berikan dia yang pedas-pedas ya...tidak baik untuk lambungnya, lagipula dia kan anti pedas sepertimu" Soonyoung mengangguk pasti.

"Jaga dia untukku..." ucapnya sebelum benar-benar pergi dari ruangan 170.

Seokmin dan Soonyoung perlahan mendekat kearah Jihoon yang berdiri cukup jauh dari mereka. Setelah menaruh seluruh barang bawaannya, Soonyoung sedikit berlari menghampiri Jihoon lalu berdiri tepat di samping Jihoon yang terlihat tegang.

"Jihoonie...?" Belum sedetik setelah mengatakannya Jihoon langsung memeluk tubuh Soonyoung lalu menangis sejadi-jadinya. Soonyoung membalas pelukan Jihoon, mengelus setiap helai rambut Jihoon. Soonyoung tersenyum pahit lalu menatap Seokmin yang mengangguk kearahnya.

Jihoon sudah tidak kuat lagi menahan bobot tubuhnya dikedua kakinya, ini bukan sakit fisik. Jihoon sangat kuat, dalam olahraga dan ketangkasan dia bahkan bisa dikatakan sangat kuat meski postur tubuhnya tidak begitu mendukung. Tapi ini bukan masalah fisik, ini masalah hati dan Mingyu adalah cinta pertamanya. Sama sekali tidak ada yang salah pada kakinya, sehat-sehat saja namun rasanya ia begitu tidak kuat terlebih setelah mengatakannya pada Mingyu. Seperti ingin pingsan saat itu juga.

Backstreet? so hurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang