dunia luar

23 7 0
                                    

Qia berjalan sambil menundukan kepalanya, wajahnya sengaja ia tutup dengan mukena yang ia bawa, hal itu membuat Qia berjalan sedikit oleng, ia melihat sekilas ke jalan lalu menutup lagi wajahnya, begitu seterusnya. Sedangkan wanita di sampingnya sedang menahan kekesalan melihat tingkah konyol sahabatnya itu.

"Ya ampun Terang, ngapain lo buka tutup wajah lo kaya gitu?"

"Gue malu, nggak pede kalo berjalan di dunia luar"

"Buka, buka" Nada terus memaksa tangan Qia untuk melepaskan mukena yang menutup wajah Qia. Sedangkan Qia memberontak, ia enggan menurunkan mukenanya.

"Gue gerah liat lo kaya gini Terang, gue capek nasehatin lo, udah ah gue duluan kalo lo nggak mau liatin wajah lo" ancam Nada.

Nada pura-pura melangkah pergi. Ia membuat suara dengan menghentakan sepatunya seolah olah ia meninggalkan Qia. Setelah suara sepatunya ia pelankan tanda ia sudah pergi jauh, Nada diam. Menunggu reaksi Qia.

Qia masih diam dan menutup wajahnya dengan mukena. Ternyata Qia benar-benar keras kepala.

Qia merasa Nada sudah meninggalkannya. Jadi ia putuskan untuk tetap berjalan menyusul Nada. Dengan hati-hati ia melangkah, ia tidak bisa melihat apa-apa semuanya gelap. Ya iyalah, tuh mata di tutup pake mukena.

"TERANG AWASSS!!!!" teriak seseorang memperingatkan. Qia menurunkan mukenanya belum sempat ia berhenti tapi, dukkk

"Aduhhhhh" Qia meringis saat kepalanya membentur sesuatu yang keras didepannya.

"Jangan-jangan gue nabrak cogan lagi, asyikkk bakalan jadi drama kaya di novel novel wattpad nih"

Qia lantas mengelus elus keningnya yang terasa sakit. Qia melihat dengan fokus apa yang ia sudah tabrak tadi, matanya melebar melihat sesuatu didepannya itu ternyata... TEMBOK?? Untung aja nggak ada siswa yang melihat kejadian memalukan ini. Kecuali...

"Bhahahahah, gue bilang awas awas lo masih aja jalan" ujar Nada yang sudah ada di sampingnya.

"Lo telat ngasih taunya Nad" jawab Qia ketus. Ia segera menutup kembali wajahnya dengan mukena, Qia berjalan dengan cepat menuju masjid dengan mata yang tertutup. Beberapa kali ia kembali membentur tembok, tersandung batu bahkan oleh sepatunya sendiri.

Nanda terkekeh melihat sahabatnya itu. Sebegitu tidak pedenya sahabatnya itu berjalan di muka umum sampai wajahnya harus terus di tutup.

"Dasar sahabat paling langka"

°^°

Qia masih marah dengan Nada, selesai shalat dzuhur tadi. Qia langsung pergi meninggalkan Nada tanpa menunggunya.

"Terang lo masih marah ya sama gue?" Nada sedari tadi berusaha membujuk Qia agar mau bicara lagi dengannya.

"Ihhh telinga lo udah budeg yah?"

"Enak aja lo, gue rajin bersihin kuping gue pake katenbat"

"Emang siapa bilang bersihin kuping pake sapu lidi?"

"Orang gila mungkin"

"Cie lo udah mau ngomong lagi sama gue, baikan nih?" goda Nada sambil menjulurkan tangannya.

"Emm, baikan" Qia menyambut uluran tangan Nada. Merekapun berpelukan.

"Kok gue ngerasa ada yang lupa yah?" tanya Qia yang belum melepas pelukannya.

ME vs PDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang