Malas jika Qia harus berhadapan dengan hari senin apalagi jika sekolah di hari senin tidak libur, pasalnya hari senin itu adalah hari dunia luar paling ekstrim. Gimana nggak esktrim orang setiap hari senin upacara, otomatis saat upacara Qia akan ter ekpos dunia luar.
Kakinya tak pernah diam dari tadi, kanan kiri maju mundur jalan ditempat. Banyak lagi tingkah Qia yang tidak bisa diam. Kepalanya senagaja di tundukan agar oranglain tidak bisa melihat mukanya.
"Ah,, ih,, uh,, " sedari tadi mulutnya tidak bisa diam, terus saja berkumat kamit mengeluarkan keluhannya.
"Uhhhhh" Qia kembali bersuara.
"Heh diem!!! Kaya bah dukun aja, dari tadi komat kamit mulu, kapan di semburnya?"
"Apaan sih gaje, ini kapan selesainya sih?"
"Heh baru aja semenenit yanglalu upacara dimulai udah komplen aja"
"Apa baru semenit??" tanya Qia kaget. "Gue kira udah 2 jam" tambahnya.
"Lo sih kebelet banget pengen cepet cepet selesei"
"Soalnya gue udah nggak tahan, pengen keluar dari beribu orang yang ada disini"
"Pede in aja kali, nggak usah takut!"
"Halloo Nada?? Lo nyadar nggak sih kita tuh lagi ada didepan peserta upacara jadi tontonan."
"Siapa suruh lo telat masuk sekolah, nah ini hukumannya berdiri dibagian paling depan berhadapan dengan peserta upacara!"
"Uahhhhh makin item aja gue ke sorot marahari, udah malu ditambah kepanasan. Muka gue udah kaya kerak telor gosong"
"Ssstttttttttt" seseorang menegurnya. Ternyata itu pak Dede. Ketahuan deh kalo Qia dan Nada sedang mengobrol.
Qia dan Nadapun lantas menutup mulut mereka rapat supaya pak Dede tidak memberikan hukuman yang lebih untuk mereka.
Dengan muka yang segitu adanya, Qia menahan rasa malu dan takut, terpaksa terus mengikuti jalannya upacara sampai selesai.
°^°
"Gara-gara lo, gue jadi ikutan di hukum!!" keluh Nada.
"Ya maaf, kan gue juga nggak tau kalau gue bakalan jatuh ke got"
Nada berdecak, "makannya kalo jalan tuh nggak usah tutup tutup mata, noh kan kaki lo jadi nyemplung"
Qia hanya mencibir ocehan Nada, toh Qia kan tadi lupa bawa masker jadi seperti biasa ia akan menutupi wajahnya dengan apa saja yang penting menutupi. Seperti ia yang menutupi wajahnya tadi pagi dengan buku pelajaran seolah-olah ia murid pintar yang sedang membaca buku. Nyatanya? Membuka buku saja Qia merasa di timpa pohon beringin.
Tadi pagi Qia berjalan dengan terburu buru sebab Nada yang sudah mengancamnya di sms agar ia cepat datang. Karena Nada yang sudah menunggunya di jalan depan gang, maklumlah kawasan menuju rumah Qia jauh dari jalan besar hanya gang kecil yang cukup dilalui motor sedangkan mobil tidak bisa masuk.
Woi cepetan apa gue tinggal nih!
Karena pesan terakhir dari Nada sangat mengancam akhirnya Qia berlari tanpa memperdulikan jalanan, alhasil..
Brukk
Kakinya nyemplung ke selokan yang airnya keruh berwarna warna hijau udah gitu baunya itu nggak asik dihidung karena menggelitik.

KAMU SEDANG MEMBACA
ME vs PD
Teen FictionHidup ini berat. Menurutnya hidup itu sangat berat. Apalagi untuk wanita seperti dirinya. Punya wajah pas pasan, kulit hitam, pinter juga kagak kebiasaan remed, punya uang kagak, punya temen juga tapi kaya yang nggak punya. Hanya bisa diam. Menampak...