Dia. Seseorang yang pernah berjanji untuk setia.
"Aku sangat mencintaimu. Aku ingin selamanya denganmu." katanya waktu itu.Janji tinggal janji. Yang tak mungkin jadi nyata. Aku memang belum bisa mencintainya waktu itu. Aku menerima cintanya karena iseng? Tapi kini aku sudah mulai belajar untuk mencintainya. Benih-benih cinta itu baru saja muncul. Perasaan pun juga baru muncul. Dan ia pergi di saat aku baru mulai mencintainya. Ia khianati perasaan ini. Teramat perih yang ku rasa kini.
Ingin ku akhiri semua ini.
" Hai Rintik." Seseorang menyadarkanku dari lamunan.
"Hai Agnes" jawabku
"Lu udah siap,belom pr senbud yang ngelukis pohon itu?"
"Belum" jawabku singkat
"Cih, lu santai amat sih jadi orang." Agnes tampak kesal,tapi aku cuman nyengir.
"Oke kalau gitu besok pagi kita kerjain tuh pr. Gue ajak Daffa,Rian,Rahmad,sama Arsyad."
"Bilang aja Lu mau modus kan? Sekalian pacaran sama Daffa?" Akupun kemudian tertawa geli. "Dasar Lu. Gue emang beneran mau bikin pr. Sekalian kan ada Rian yang hebat gambar. Sekalian dia kan bisa bantu."
"Oke deh. Kita ngerjainnya di mana?"
"Rumah pohon yang ada di pantai cermin."
"Siip deh...." Aku pun meninggalkan Agnes. Dan melangkahkan kaki menuju rumahku yang tak jauh dari sekolah.Awan mendung menutupi teriknya mentari. Perlahan rintikan hujan mulai turun membasahi bumi. Ada perasaan ragu untuk pergi. Tapi karena tak ingin ingin ingkar janji,aku pun pergi menuju pantai cermin.
"Rintik!" Aku pun menoleh ke arah suara. Nampak Agnes dan beberapa anak cowok di rumah pohon itu juga seorang cewek selain Agnes. Dan ternyata,Agnes juga mengajak Nia.
"Hei Nes, sorry ya telat. Soalnya tadi gerimis."
"Iya,gapapa kok.""Hai" sapa ku lalu duduk bersimpuh.
Teman Agnes memang rata-rata cowok semua. Maklumlah karena Agnes tomboy.
"Oke,kita mulai kerjain"
"Siip" ucapku.
Aku mulai menggambar dengan tangan gemulai. Agak sulit,aku kurang ahli dalam menggambar. Berulang kali aku menghapus gambar itu,tapi tetap saja hasilnya sama jeleknya.
"Mau aku bantu?" Dengan cepat Rian meraih pensil dari tanganku tanpa basa-basi. Aku menoleh kearah nya. Aku menatapnya matanya,dan ia juga menatapku dengan tatapan bisu. Cepat-cepat kualihkan pandangan ku ke arah laut biru itu.
"Gimana? Keren gak? Kurang apanya nih?"
"Wah.... Bagus banget. Udah cukup bagus kok" gumamku. Aku kagum,dengan gambarnya. Gambar itu seakan-akan hidup
"Cukup? Berarti belum sempurna."
"Bukan,maksudku udah keren banget."
"Bilang aja Loe mau modus!" Celetuk Agnes.
"Masalah" Rian memasang muka masam.
"Hahahaha" aku tertawa geli melihat tingkah mereka.
"Makasih banget Yan."
"Iya, sama-sama." Dia hanya tersenyum,kemudian aku membalas senyumnya. Ada perasaan aneh setiap aku menatap matanya.Hp ku tiba-tiba bergetar. Tampak sebuah panggilan dari bunda. Kemudian aku mengangkat hpku.
"Maaf ya teman-teman. Aku pulang duluan." Aku pamit,kemudian meninggalkan mereka.
"Oke Rin."
"Mau aku antarin?"
"Hhhm, tapi aku bawa motor"
"Yaudah,kalau gitu aku ikutin kamu dari belakang" ucap Rian.
"Cieee"
"Ah,kalian apaan sih?!" Aku pun kesal
"Kode itu Rin ." Ledek Agnes
Rian hanya diam kemudian mengikuti ku dengan motornya.
Aku segera tancap gas, agar Rian kehilangan jejak ku. Aku berlari sekencang mungkin. Dan nyaris aku tertabrak truk. Tapi aku tetap melanjutkan perjalananku. Kulihat dari kaca spion ku. Tampak Rian di belakang masih mengikuti. Ia tampak berusaha menyamakan posisinya denganku.
"Rin aku pulang duluan ya. Maaf aku gak bisa nganterin kamu sampe rumah. Soalnya Mama aku kayaknya juga nelfon. Hati-hati ya." Ucapnya dengan wajah cemas.
"Iya" jawabku singkat. Kemudian melanjutkan perjalananku.Sesampai di rumah...
"Kok lama banget Rin?" Bunda tampak cemas denganku. Seakan tahu dengan kejadian yang kualami tadi. Bunda memang selalu cemas setiap kali aku pergi. Maklumlah,aku adalah anak tunggal. Dan bundaku baru saja cerai dengan ayah dua bulan yang lalu.
"Maaf Bun,tadi Rintik memang agak lama ngerjainnya"
"Yaudah kalau gitu kamu istirahat gih."
"Iya Bun" jawabkuAku langsung membaringkan badanku di ranjang ku. Saat aku membuka ponselku tampak ada sebuah chat dari chat dari seseorang.
Rian:"Hai Rintik. Gimana? Kamu gapapa di jalan kan?"
Rintik:"Aku gapapa"Tangan ku tiba-tiba dingin saat membalas chatingan Rian. Entah apa yang terjadi dengan perasaan ku. Perasaanku dari tadi tak menentu. Aku juga tak bisa mengendalikan perasaanku. Aku sudah berusaha tenang,tapi tetap saja hati ini terasa bergejolak.
Hp ku kembali bergetar. Tampak sebuah balasan dari Rian.
"Lain kali hati-hati ya :'v"
Aku hanya membaca balasannya tanpa membalasnya kembali. Takut hp ku diperiksa bunda. Cepat-cepat aku menghapus chatingannya. Bunda memang sangat melarang ku dekat sama cowok apalagi kalau pacaran. Walaupun begitu,tanpa sepengetahuan bunda aku telah berpacaran dengan seorang cowok dari SMA yang letaknya berdekatan dengan SMA ku. Dan sekarang hubungan ku dengan cowok itu sedang sekacau-kacaunya. Semua kebohongannya telah ku ketahui. Bahkan aku tahu dia sekarang sudah mengkhianati ku. Aku bukanlah satu-satunya lagi. Dan rencananya aku akan mengakhiri hubungan ku ini secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Only One
Teen FictionApakah kau masih sama? Kau, yang aku cintai Matamu yang menatapku Tanganmu yang mememegangku Apakah mereka masih mengingatku? Aku begitu dingin Kau mungkin tidak memiliki perasaan yang tersisa Aku sayang kamu, aku cinta kamu Kata-kata terakhir yang...