Dua Hati yang Bersaing(8)

54 20 0
                                    

Mencintaimu bukanlah hal yang mudah bagiku. Banyak yang tak senang dengan hubungan kita. Berbagai cara mereka lakukan untuk memisahkanmu dariku.Bahkan ada hati yang ingin kau singgahi.

Bangku kelas tampak masih kosong. Tak seorangpun tampak di kelas ini. "Yeay aku datang duluan!" teriak ku dalam kelas yang hening. Aku langsung menduduki tempak duduk ku.
"Surat siapa nih?" batinku begitu menemukan kertas yang sepertinya surat di laci meja ku. Tak hanya satu,tapi ada dua surat di laci meja ku. Tanpa ragu aku langsung membuka surat itu satu per-satu.

Surat Pertama

"PUTUSIN RIAN ATAU HIDUP LO MENDERITA!!!"

Surat Kedua

"LO HARUS PUTUS SAMA RIAN SECEPATNYA! ATAU GUE BAKAL BUNUH LOE PELAN-PELAN!!!"

"Hai Rin!" seru seseorang yang suranya tak asing ditelingaku.
"Rian" balasku. "Baru datang? Langsung ke kelasku?"
Rian malah langsung duduk di sebelahku. "Hehe,iya. Aku pengen ketemu penyemangatku dulu." katanya sambil memamerkan senyum.
"Apa tuh Rin?" Rian langsung meraih kedua surat itu. Aku menghalangi Rian untuk meraih surat itu. Tapi gagal. Rian berhasil meraih surat itu dariku.

Rian membaca surat itu sambil mengerutkan dahi.
"Kamu dapat dari mana Rin?" tanya Rian.
"Sini." tunjuk ku ke arah laci meja ku.
"Biar aku yang simpan" kata Rian.
"Ooh yaudah."

"Aku ke kelas dulu ya. Bye Pocan..." kata Rian sambil menunjuk jam tangannya,kemudian melambaikan tangan.
"Bye Pogan..." balasku dengan lambaian tangan.

Aku membuka ponselku,dan tampak sebuah pesan dari nomor tak dikenal.

"PUTUSIN RIAN SEKARANG JUGA!!!
TURUTIN PERINTAH GUE ATAU LIHAT AJA NASIB LOE BESOK!"

Mataku berkaca-kaca saat membaca pesan itu. "Aku tak akan lakukan itu!" Jeritku dalam hati.
Seberat inikah aku memilikinya? Mengapa dulu saat ia masih berteman dengan sepi tak ada satu pun yang ingin menghampirinya. Mengapa mereka semua muncul setelah aku datang menghapus sepinya?

                        💗💗💗

Bel pulang baru saja berbunyikan. Aku bergegas menuju kelas Rian, sebelum Rian ke kelasku.
Dengan penuh semangat aku melangkah ke arah kelas Rian.

Entah ada apa hari ini. Aku merasa hampir seluruh siswa memperhatikanku,sebagian ada yang berbisik dan melirik ku dengan sudut mata. Bahkan ada yang tersenyum sinis ke arah ku. Pandangan kebencian tepat mengarah padaku. Apa ada hubungannya sama surat tadi pagi ya? "Ah,mungkin itu hanya perasaanku saja!" batinku.

"HEI CEWEK MUNAFIK SINI LO!" Sambut seorang cewek begitu aku keluar kelas. Dia adalah Yura. "Gue gak mau tahu. Pokoknya Loe harus putusin Rian sekarang !!!" katanya dengan nada tinggi.
"Pasti Yura yang bikin surat itu..... Pesan itu juga pasti dari dia...." gumamku dalam hati.
"Lah nih cewek begok malah bengong..." gerutunya kemudian tertawa.
"Loe lihat aja. Kalau Loe nggak mutusin Rian, tunggu pembalasan gue besok!" bentaknya kemudian meninggalkanku.
Ah biarlah mereka. Untuk apa aku mikirin kata mereka.
Tanpa mengingat kejadian tadi aku langsung melangkahkan kaki ku ke kelas sebelah. Kelas Rian.
"Rian!" panggil ku,kemudian menghampirinya.
"Hai Rintik." sapanya. Ia langsung mendekatiku.
"Pulang bareng yuk.... Tapi kita jalan dulu ya?" ajak nya dengan mata berbinar.

Hhhm oke deh" balasku menerima tawarannya.
Aku naik ke atas motor Rian.

Kami melakukan perjalanan kemudian berhenti di suatu tempat. Taman bunga yang terletak di dekat rumah Rian.
Aku tersenyum penuh haru. Karena baru pertama kali aku berkunjung ke taman ini. Belum ada taman seindah ini yang aku temui.

"Pocan... Tutup mata kamu ya,jangan buka sebelum aku bilang buka." kata Rian penuh semangat.
"Siiip deh Pogan..."
"Sekarang buka!" seru Rian.
"Wah.... Makasih Pogan..." gumamku saat memandang sebuah gelang dari tali rajut berwarna pink dan biru. Memang sederhana,tapi warnanya membuat mataku nyaman memandangnya berlama-lama.

"Gelangnya aku yang buat sendiri. Maaf ya Rin gelangnya nggak cantik. Walaupun gitu,aku harap kamu bisa menghargai ini."

"Makasih Yan,aku suka banget. Sederhana tapi cantik,aku suka." gumamku.

"Aa,aku jadi malu." ucap Rian dengan gaya sok imutnya.

Rian menatapku lekat-lekat. Dan hatiku luluh menatap matanya.
"Kamu memang beda Yan. Kamu nggak sama kayak mantanku. Kamu benar-benar cowok berhati tulus. Kamu yang buat ku yakin kalau kamu adalah cinta sejatiku."

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri? Aku nggak mau loh kalau nanti orang ngirain Pocanku nggak waras." ucap Rian dengan nada bercanda. Kemudian menatapku lekat-lekat.
"Kamu memang beda Yan. Kamu nggak sama kayak mantan aku. Kamu memang benar-benar cowok berhati tulus. Kamu yang berhasil bikin aku percaya kalau kamu adalah cinta sejatiku." batinku.

Aku ingin dengan mu selamanya. Aku ingin menghabiskan hari-hari ku hanya denganmu. Andai aku bisa selamanya seperti ini.

                   💗💗💗

                   💗💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hujan..."gumam Rian.Kami kemudian berhenti di suatu tempat. "Pakai ini." kata Rian seraya memakaikan jaketnya padaku.

"Kamu aja yang pakai"
"Kamu aja. Kamu pasti kedinginan." paksa Rian. Mau tak mau akhirnya aku memakai jaket Rian.
"Yeay hujannya reda!"  seruku.
"Pulang yuk." ajak ku.
"Oke."
Kami kemudian melanjutkan perjalanan pulang.
"Udah sampe." gumam Rian. Aku kemudian turun dan pamit.
"Bye Pogan," aku melambaikan tangan
"Bye Pocan." balasnya.
Rasanya hari ini bercampur aduk. Setelah teror-teror itu muncul,Rian datang membuat ku lupa dengan kejadian yang kualami tadi.

Satu hal yang aku sembunyikan,aku tak inggin Dia tahu semua tekanan yang aku alami tadi.



Don't forget rate ya guys💞💞

My Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang