Akhir Dari Sebuah Kehangatan

17 2 1
                                    

"Rintik!" Rian mengenggam tanganku dari belakang. Kemudian memeluk ku secara spontan.
"Maafin kata-kata ku tadi. Aku khilaf. Maaf."
"Rintik, aku mohon..."
"Pocan, maafin poganmu ini" ucapnya dengan gaya sok imut.
Aku hanya diam mendengarkan ocehannya,sambil memasang wajah kecewa. Rasanya ingin tertawa terbahak-bahak tapi rasanya malu kalau langsung tertawa.
"Udah kalau mau ketawa,ketawa aja. Nggak usah malu-malu" goda Rian kemudian mendaratkan sebuah cubitan di pipiku. Pipi ku kini mulai terasa memanas.
Aku mengkerucutkan bibirku ke arahnya.
Rian malah menambah cubitannya di pipi ku,yang membuatku semakin kesal.
"Udah jangan nangis lagi,bikin aku kangen tau! Kamu kalau udah nangis bikin aku kepikiran kamu terus."
"Sekali lagi,aku mohon maafin aku. Suatu saat kamu akan tahu kenapa aku berubah." jelasnya. "Jadi kamu mau maafin aku?"
Aku hanya membeku mencerna kata-katanya,kemudian tersenyuk tipis tanda mengiyakan penjelasannya. Dalam hati kecil ku sebenarnya penuh dengan tanya. Apa yang sebenarnya membuatnya berubah? Mengapa ia hanya memberi jawaban yang masih semu,apa salahnya ia ungkapkan semua alasannya itu sekarang.
"Aku masih belum siap jauh dari kamu sekarang." katanya.
Aku mencerna baik-baik dari untaian kata yang diucapkannya tadi. Jelas dari maksud kata-katanya itu,'suatu saat ia akan jauh dariku'.

                              ♦♦♦♦

Aku menangis di sudut kamarku, entahlah aku yang teramat sensitif mencarna kata kata darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menangis di sudut kamarku, entahlah aku yang teramat sensitif mencarna kata kata darinya. Yang jelas aku merasa semua itu akan berakhir. Suatu hari, cepat atau lambat kau akan meninggalkanku, kasih.

Aku menghapus air mata di sudut mataku. Kuraih handphoneku.

"Pogan :''))"
Rian : "Aku lagi sakit, jangan ganggu aku dulu"
Rintik: "maaf :')"

Ah, moodku hilang seketika. Aku ingin menghapus luka, malah luka baru yang timbul. Air mata ku bukannya berhenti, malah tambah mengalir. Aku sudah merasakan tanda-tanda itu kasih. Aku sudah merasakan tanda tanda perpisahan. Sesegera mungkin kau akan meninggalkanku. Kau akan pergi tanpa menghapus air mataku dulu.
Ingatkah kau saat pertama kali kau mengenalku? Ingatkah kau saat kau begitu memperjuangkan ku? Dan kini kau menyia-nyiakan ku.

Aku tak tau maksud semua ini, entah pertanda saat saat sulit yang harus aku perjuangkan agar tetap bersamamu. Ataukah pertanda kau akan meninggalkan ku. Tapi di saat seperti ini aku percaya, kau masih punya perasaan yang sama seperti dulu. Mungkin kau menguji ku,mungkin kau inggin aku berjuang seperti dirimu.

Handphone ku tiba tiba bergetar. Tampak sebuah nama dari sebuah panggilan Rian.

Aku langsung mengangkatnya. Aku mendengarkan kalimat demi kalimat dari suara itu. Semakin lama, hatiku semakin pedih. Kalimat itu benar benar membuatku mati rasa. Aku tak tau harus berkata apa lagi.

                           ♦♦♦♦

30 Mei 2017
Pukul 07:00

Hari pertama saat semua telah hilang. Hari berawal semua mimpi buruk ku menjadi nyata, hari dimana luka berbicara. Hari dimana cinta, kehangatan, dan kasih sayang berakhir.

Pagi yang disambut hembusan angin sehingga rasa dingin begitu merasuk hingga ke tulang-tulangku. Semua terasa berbeda. Tak ada lagi telpon yang berdering di pagi hari seperti dulu. Biasanya aku mendengar suaranya yang memanggil namaku di pagi seperti ini.

Jujur aku rindu semua itu. Aku rindu suaramu yang memanggil namaku. Aku rindu senyuman itu, aku rindu kehangatan itu. Aku rindu semua dari dirimu.

"Kalau boleh jujur, aku makin tertekan. Sekarang terserah kamu aja. Aku cuman bisa jadi sahabatmu. Maaf. Makasih untuk segalanya, makasih sudah menjadi orang pertama yang mengisi kekosongan dalam hidupku. Kamu akan tetap jadi yang terbaik dihatiku"

Kata kata itu selalu terngiang ngiang dikepalaku. Kata-kata yang terucap dari bibirnya, yang selalu membuatku menitikkan air mata, saat mengingat kata kata itu.

Aku tak tau apa salahku. Salahkah aku terlalu mencintainya? Salahkah aku menyampaikan rindu padanya? Setelah sekian lama aku menunggu dan akhirnya disia-siakan.

Bisakah kau hargai rindu ini wahai kasih? Bisakah kau tetap disini walau sebentar saja.

Biarkanlah aku menyampaikan semua rindu padamu. Dengarlah rindu ini walau kau tak inggin mendengarnya. Aku mohon setidaknya berpura-pura lah untuk mencintaiku.

Bisakah kau menunda kalimatmu itu?:''))

Sorry gaes baru update :)) aku sibuk banget belakangan ini gaes.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang