Huek... huek...huek...

6.8K 515 15
                                    

Naruto dkk milik Om Masashi Kishimoto, tapi cerita ini punya saya.

Sedikit mengangkat cerita LGBT, jika tidak suka... silahkan tekan tombol keluar. Anda sudah diperingatkan.

TIDAK SUKA? ENYAHLAH!

Setelah Perang Dunia Ninja Keempat selesai, Tsunade mengundurkan diri dari jabatannya sebagai hokage. Penggantinya Kakashi karena Naruto sibuk berkelana keliling dunia bersama Sasuke. Bukan untuk pacaran atau main-main, tapi mengemban misi membantu warga desa yang terkena dampak parah perang shinobi, untuk membangun desanya kembali.

Saat Naruto berusia dua puluh satu tahun dan sudah jadi pria matang, ia diangkat menjadi hokage menggantikan hokage termalas dalam sejarah panjang Konoha aka Kakashi Hatake. Ia menjalankan roda pemerintahan dengan bijaksana, adil, dan cerdas dibantu tangan kanan andalannya, si cantik jelita Sakura Haruno.

Dan inilah kisah Naruto sebagai hokage.....

Naruto pagi-pagi sekali sudah berkutat dengan kertas-kertas laporan. Meski jaman sudah canggih, sudah ada laptop, tapi Naruto lebih suka membaca berkas laporan dalam format ditulis di atas kertas daripada disimpan di folder laptop. Alasannya, karena layar laptop membuat matanya mudah lelah dan juga rawan terjangkit virus serta peretasan. Beda halnya dengan kertas. Anti virus dan peretasan, meski rawan dimaling eh salah dicuri. Namun, bukan berarti ia alergi pada teknologi. Ia tetap menggunakan hasil teknologi canggih temuan para ilmuannya untuk informasi super penting dan rahasia seperti misi mata-mata. Untuk laporan misi reguler, Naruto masih memberlakukan aturan, tulis di atas kertas. Hitung-hitung mengasah keterampilan kaligrafi mereka.

Ketika ia tengah asyik bekerja, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan kehadiran orang lain di ruang kerjanya. Kepala Naruto terangkat, memperlihatkan safirnya yang indah dan mempesona pada para tamunya. Dahi Naruto berkerut dalam, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Ehem." Sasuke berdehem menarik Naruto dari dunia lamunannya.

"Oh." Gumam Naruto. Ia menepis apa pun yang mengganggunya dan fokus pada pekerjaannya. "Oke. Bagaimana? Apa misi kalian sukses?" Tanyanya formal.

"Hn." Jawab Sasuke. "Misi berjalan sukses." Ujarnya sambil memberikan kertas laporan misi timnya pada Naruto.

Naruto mengangguk-angguk pertanda puas. "Bagus-bagus." Kata Naruto datar, terkesan acuh tak acuh membuat bibir Sasuke berkedut tidak suka.

Biasanya, Sasuke itu pusat hidup Naruto. Jika Sasuke meminta sesuatu, Naruto pasti akan mengabulkannya. Apapun resikonya. Jika Sasuke datang, apapun yang Naruto kerjakan, pasti akan langsung ditinggalkan. Naruto rela belajar masak demi Sasuke. Padahal, semua orang tahu betapa malasnya Naruto untuk urusan dapur. Naruto bahkan rela belajar olah vokal untuk menghibur Sasuke yang gampang bad mood. Tapi, kenapa sekarang ia cuek bebek dan bersikap dingin pada Sasuke, ya? "Dobe!"

Biasanya, Naruto akan menyipit atau bahkan berteriak marah-marah, tatkala Sasuke memanggilnya 'Dobe'. Ini mungkin hari luar biasa karena Naruto tidak melakukan keduanya. Ia hanya menatap Sasuke datar. "Ya? Apa ada lagi yang mau kau laporkan, Sasuke?"

Kerutan di dahi Sasuke bertambah. Ada yang tidak beres dengan Naruto. Sikapnya aneh. Ia terlihat ingin Sasuke cepat-cepat angkat kaki dari kantornya. 'Pasti ada yang disembunyikannya.' Batinnya. "Hn." Gumam Sasuke tidak jelas.

"Jika tidak ada yang mau dilaporkan, silahkan letakkan laporannya di atas meja. Nanti aku ba..."

"Kau ada masalah?" Potong Sasuke. Wajah Naruto pias. Kepalanya tertunduk enggan melihat Sasuke. 'Tuch kan benar tebakanku. Ada yang disembunyikan si Dobe ini.' Pikirnya masam. Ini kali kedua Naruto tidak bersikap terbuka padanya dan ini biasanya menyangkut sesuatu yang sangat privasi. Pertanyaannya, apa? Hal besar apa yang dialami Naruto selama ia melakukan misi keluar desa.

"Eh, t-tidak. Aku baik-baik saja. Everything is okey." Naruto terbata-bata karena gugup. Ia salah tingkah di bawah tatapan tajam Sasuke. Ia tidak siap ditodong langsung. Untuk menutupi kegugupannya, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, menenggelamkan kepalanya sepenuhnya dalam tumpukan kertas.

"Lalu, kenapa tingkahmu aneh sekali?"

"Aku? Tidak. Biasa saja. Itu hanya perasaanmu saja." Elak Naruto. Sasuke menatapnya tajam membuat Naruto bergerak tidak nyaman di kursinya.

Sraakk..! Pintu kantornya didorong ke dalam.

Sebuah intrupsi muncul di saat yang tepat membuahkan desahan lega di hati Naruto. Interograsi dari Sasuke bukanlah sesuatu yang ia inginkan saat ini. Ia belum siap mental.

Kepala berwarna pink menyembul dari balik pintu. "Maaf Naruto. Tadi, aku..."

Srakk..! Naruto berdiri dari kursinya dengan terburu-buru menyebabkan beberapa lembar kertas di atas mejanya jatuh berserakan di lantai. "Terima kasih sudah datang. Tolong urus sisanya." Itu kalimat terakhir Naruto, karena selanjutnya si Pirang lari ngibrit ke kamar mandi. Lalu terdengar suara 'Huek..huek..huek...'

Mengabaikan perintah Naruto, Sakura diikuti Sasuke menghampiri toilet. Tok..tok..tok... Sakura mengetuk pintu toilet. Rona khawatir menghiasi wajah cantiknya. "Naruto! Kau baik-baik saja?"

"Akhu... huek.. bhaikh... huek..huek.. sajha.. huek." Balas Naruto dari dalam toilet.

"Itu bukan baik-baik saja, Dobe." Tukas Sasuke terdengar kejam. Saat cemas, nada bicara Sasuke memang cenderung dingin dan penuh amarah.

"Sasuke-kun benar Naruto. Ini sudah ketiga kalinya dalam lima hari ini. Sebaiknya periksakan dirimu ke rumah sakit." Tambah Sakura.

Srakk! Suara pintu kayu toilet dibuka, memperlihatkan wajah Naruto yang pucat pasi. "Aku baik-baik saja Sakura-chan. Ini hanya masalah pencernaan biasa. Aku mungkin salah makan tadi pagi."

"Makanya, jangan kerja melulu. Sesekali, perhatianlah pada isi kulkasmu. Tadi pagi, Hinata menemukan susu basi di kulkasmu."

"Hm." Gumam Naruto dengan wajah lesu. Ia hampir memuntahkan seluruh isi sarapannya tadi pagi. Ia berjalan sempoyongan dipapah Sakura ke kursinya.

"Sebaiknya, kau istirahat saja di rumah. Lihat! Wajahmu pucat sekali." Omel Sakura.

Kepala Naruto rasanya pusing tujuh keliling. Seperti ada martil yang memukuli kepalanya secara konstan. Jika ia bergerak sedikit saja, ia merasa seperti habis kerja rodi bangun jembatan sendirian. Capek luar biasa. Dan, yang terburuk di bagian perut. Perutnya bergolak, membuatnya mual tak terkira. Karena itu, ia mengabaikan petuah baik Sakura. "Ukh..!" Ringisnya, merasakan cairan asam lambung naik ke atas, memasuki kerongkongannya. Ia sengaja menengadahkan kepalanya, mencegahnya untuk tidak memuntahi meja kerjanya."Aku baik-baik saja, Sakura-chan. Tidak usah cemas."

"Huh! Dasar. Keras kepala." Gerutu Sakura. "Cuti sehari tak akan membuat Konoha hancur, Naruto." Imbuhnya.

"Hm.." gumam Naruto menanggapi. Ia meraih kertas laporan misi tim Sasuke. Saat itu barulah ia menyadari kehadiran orang lain selain Sasuke. Untuk misi kali ini, Sasuke berduet dengan Neji. "Eh, Neji. Kau juga datang. Itu siapa? Kembaranmu ya?" Tanyanya pada tempat kosong di sebelah Neji. Di mata Naruto, sosok Neji ada dua.

"Itu sudah bukan baik-baik saja, DOBE!" Gerutu Sasuke menarik Naruto berdiri dari kursinya. Ia memukul tengkuk Naruto biar lebih mudah membawa Naruto ke rumah sakit. "Kau bisa mengatasinya kan, Sakura?" Tanyanya pada mantan anggota timnya dulu, yang dibalas anggukan kepala. "Aku akan bawa si Dobe ini ke rumah sakit." Putusnya sebelum menghilang.

Kenapa Sasuke marah? Karena Naruto memaksakan diri bekerja, meski ia sedang sakit.

Itulah hubungan SasuNaru. Mereka akrab. Mereka dekat. Mereka saling memberi dan menerima perhatian. Tapi, jangan bilang mereka homoan kalau tak ingin berakhir di rumah sakit berminggu-minggu. Naruto itu hanya terlalu menyayangi Sasuke, kakaknya. Sedangkan pemilik hatinya adalah Hinata dan ia berniat menikahinya. Sayang masih terganjal restu dari Camer alias Hiashi Hyuga.

TBC

Pembaca yang baik, jangan lupa meninggalkan jejak. Tolong vote fic ini. Jika banyak yang vote, fic ini Ai lanjut







OBSESI SAKURA (¬_¬)'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang