Sembunyi

1.4K 204 14
                                    

Desa Suna secara geografi dikelilingi oleh lautan gurun pasir. Karena itu, mereka sering mengalami bencana badai pasir. Di satu sisi  ini menguntungkan Suna, memberi tambahan perlindungan keamanan. Gratis. Tapi, di sisi ekonomi merugikan, karena bisnis dan arus lalu lintas barang terhambat. Saat badai pasir berlangsung, arus transportasi ke luar desa -darat & udara- terputus. Akibatnya biaya produksi membengkak.

Berhubung Sunagakure sudah bertahun-tahun hidup dalam kondisi ini, sedikit banyak ini tidak terlalu mengganggu kehidupan warga desa Suna. Terlebih setelah ditemukannya alat canggih untuk memprediksi iklim dan cuaca yang hasilnya mendekati 95%, penduduk Suna tidak lagi menganggap badai pasir mengganggu. Beberapa orang yang cerdik bahkan bisa memanfaatkan momen ini untuk keuntungan pribadi.

Untuk Gaara yang berpacu dengan waktu, badai pasir adalah sebuah gangguan besar. Hatinya dipenuhi keluhan. Pesawat dari Suna-Konoha mengalami delay karena adanya badai pasir yang mengganggu rute penerbangan untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa berlangsung sehari. Dua hari. Seminggu. Bahkan bisa berbulan-bulan. Akibatnya, ia tidak bisa berangkat ke Konoha secepat yang ia inginkan.

What the heck is this? Ia mengutuk dalam hati, kenapa badai pasir harus muncul di luar prediksi hari ini? Kenapa tidak dua hari setelahnya, setelah ia aman di Konoha? Kenapa? Keluhannya bertambah seiring sejalan lamanya badai pasir berlangsung. Untungnya, ia menderita kelumpuhan saraf wajah dan ia jarang mengutarakan isi hatinya, sehingga hatinya yang bermasalah tidak ketahuan pihak luar.

Bukan berarti orang disekitarnya tidak punya cara untuk mengetahui suasana hati Gaara. Bagi yang sudah sering melakukan kontak sosial dengannya, mereka akan segera tahu suasana hati Gaara dari udara yang mengelilinginya. Saat bad mood, udara di sekitar terasa berat. Kalimat perintah 'Jangan dekat-dekat!' menancap kuat di dahinya. Semakin berat udaranya, semakin bad mood Gaara.

Tok tok tok!

"Masuk!" Teriak Gaara tanpa mengangkat kepalanya.

Ceklek! Pintu di buka. Kepala berambut pirang melongok masuk dari celah pintu. Huff! Udara pengap menyambutnya, menghantam dadanya kuat-kuat hingga ia merasa sesak nafas. Jika bisa memilih, Temari tak ingin masuk ke dalam ruangan yang kini sudah seperti black hole penyerap unsur kehidupan. Otaknya bahkan sudah menyusun rute untuk retreat. Sayangnya, kenyataan sering kali tak seindah bayangan. Tunas harapan Temari yang baru terbit dihempaskan oleh satu kata kejam Gaara, "Bagaimana?"

Temari memamerkan senyum terbaiknya ketika ia membuat laporan lisan. "Badai pasir sudah mereda. Tapi, penerbangan baru bisa dibuka besok untuk mencegah kecela..."

"Masih bisa terbang, kan?" Potong Gaara acuh tak acuh.

Bibir Temari berkedut, merasa jengkel atas kekurang ajaran adiknya. Kehormatannya sebagai anak sulung diinjak-injak oleh adik bungsunya. Duh! Ia jadi rindu Naruto. Shinobi Konoha itu masih terlihat imut, memanjakan mata di usianya yang matang. Jadi ingin menukarnya dengan adik yang tidak berbakti ini. "Bisa untuk pesawat militer. Tapi, pesawat..."

"Kita berangkat. Persiapkan semuanya dalam waktu sejam!"

Arggg... Temari menggigit bibir bawahnya kuat-kuat hingga berdarah. 'Bisa nggak kamu tidak memotong ucapanku?' Pikirnya dalam hati marah besar. Akan tetapi, fasadnya tetap tersenyum hangat. "Baik," ujarnya dengan suara lembut sebelum pergi untuk mengemas barang yang akan mereka bawa. Berbanding terbalik dengan remasan kasar jari-jemarinya pada kertas yang digenggamnya.

Huff! Gaara menghembuskan nafas lelah. Ia menyadari kekesalan kakak sulungnya dan ia juga sadar akan nada bicaranya yang keterlaluan dingin. Tapi, ia sudah lama berkutat dengan penyakit lumpuh syaraf wajah hingga ia tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan keperduliannya pada keluarganya yang jujur sangat ia sayangi.

OBSESI SAKURA (¬_¬)'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang