Rumor

2.9K 301 85
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : Cerita gaje bin absurd dengan logika tabrak lari. Tolong jangan bantai saya karena cerita yang gaje.

Mengandung tema LGBT, Hint2, lime, dan lemon implisit. Jadi rating naik jadi M
Bagi yang homophobic akut, silahkan TEKAN TOMBOL KELUAR. Jangan menyampah dengan memaki-maki saya.

Gara-gara teriakan merdu Naruto yang membahana, dan sekaligus mengungkap aibnya, kini gedung kantor hokage heboh diserbu massa di hari yang masih pagi. Mereka berjejalan meminta konfirmasi mengingat beritanya yang simpang siur. Keganasan mereka luar biasa, merengsek masuk, hingga para penjaga gedung hokage terdesak dan nyaris babak belur jadi korban masal. Untungnya, tokoh utama kita yang unyu belum datang sehingga ia tidak melihat pemandangan horor itu.

"Aku akan menjawab pertanyaan kalian, jika kalian anteng." Kata Hiashi mengambil alih keadaan, menenangkan kerumunan massa yang ganas itu. Dalam satu kali ucapan, massa langsung terdiam. Hiashi melirik singkat ke belakang, 'Huh! Pantas saja mereka diam. Dewa kematian sudah keluar dari sarangnya.' Batin Hiashi. Rupanya mereka diam bukan karena takut pada  Hiashi atau terpengaruh oleh auranya yang berwibawa, melainkan karena ngeri pada sesuatu di belakang Hiashi.

Sasuke berdiri di belakang Hiashi dengan aura yang sangat mengerikan. Percayalah! Uchiha terakhir ini mampu mengirim mereka semua ke dunia yang jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, yakni dunia yang dipenuhi kegelapan dan keputus asaan tanpa harapan, setiap saat. Kapanpun ia mau. Ia memiliki karakter yang jauh lebih buruk dari duet maut Madara-Obito. Tali kesabarannya setipis serat rambut manusia yang dipotong jadi tujuh bagian. Salah sedikit saja, kepalamu menggelinding. Satu kata untuk menggambarkan Sasuke, SERAM.

'Baru keluar orangnya saja, mereka sudah jiper, gimana kalau Susanoonya yang muncul? Kejang-kejang kali.' Hina Hiashi dalam hati.

"Mengenai rumor tentang hokage-sama..." Hiashi baru buka mulut, tapi Lee sudah memotongnya.

"Apa betul?"

Hiashi hendak buka mulut, menjawab pertanyaan Lee, tapi si tokoh utama sudah menyeruak masuk ke dalam kerumunan. Ia mendecih dalam hati, merutuki kebodohannya yang tidak segera mengatasi kekacauan ini hingga Naruto muncul. "Bukan apa-apa Naruto-kun. Hanya masalah sepele. Sebaiknya, kau masuk saja. Di sini biar aku yang urus." Jawabnya berwibawa berharap calon mantunya -untuk Neji- menerima sinyalnya untuk segera pergi. Sayang. Ia kalah cepat. Ada seorang shinobi yang tak sayang nyawa mencegat langkah Naruto.

"Hokage-sama! Apa berita itu betul?" Ia tak sadar jika Sasuke dan Hiashi sudah mengirimkan aura pembunuh padanya.

Alis Naruto saling berkait. "Berita apa?"

"Jika hokage-sama sedang mengandung."

JEGLER!

Tubuh Naruto membeku. Ia merasa seperti sedang disambar petir di siang bolong. "SIAPA YANG MENYEBARKAN KABAR BOHONG INI?" Raungnya marah dengan wajah memerah sempurna. Capslocknya sampai jebol.

"Jadi, itu tidak benar?"

"Tentu saja. Aku pria. Aku tak mungkin hamil. Keterlaluan sekali yang menyebarkan berita jahat ini." Geramnya. Ia segera berlalu, tak mau ambil pusing. "Ikut denganku, Neji!" Ujarnya memberi perintah yang dipatuhi Neji. "Kalian sudah dengar, kan? Tunggu apalagi?" Katanya dengan kasar membubarkan massa. Terlalu marah membuatnya lupa untuk menjaga sikap.

Meskipun belum puas dengan konferensi pers dadakan ini, mereka mau tak mau terpaksa membubarkan diri. Mereka tak ingin membuat Naruto lebih marah dari ini. Belum lagi aura membunuh yang Uchiha terakhir ini kuarkan, memaksa mereka menelan apapun yang hendak mereka muntahkan. Mereka hanya bisa berjanji dalam hati untuk menyelidikinya. Sasuke tersenyum dingin. Sejauh ini, tidak ada yang keluar dari jalurnya, hanya tinggal mengurus sang 'Adik' tersayang.

OBSESI SAKURA (¬_¬)'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang