Huek..Huek..Huek.. Lagi

4.5K 336 6
                                    


Pair Naruhina sedikit dapat scane, karena itu tidak aku cantumin dalam tag. Hanya disebut dalam penceritaan. Tanpa dialog.

Pair Sasunaru hanya sebatas saudara, kakak-adik dan teman

Pair Sasusaku tentang obsesi Sakura pada Sasuke

Pair romancenya amat jarang karena sekali lagi ini tentang dunia dalam kegilaan Sakura dan Naruto yang jadi korbannya.

Sedikit penjelasannya. Terima kasih sudah membaca.

TIDAK SUKA? JANGAN BACA!

Saat berdiri, Naruto merasa tanah yang dipijaknya bergoyang dan semua yang ada di hadapannya bergerak berputar-putar. Mendadak, ia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya limbung ke depan, membentur meja kerja. Ia mengulurkan tangannya ke atas permukaan meja kerjanya, mencengkramnya erat untuk mencegah dirinya ambruk ke lantai. Ia terus mencengkramnya hingga tanah yang dipijaknya tidak lagi bergoyang.

Sraak.. Suara pintu dibuka. Sang asisten muncul di ruangan sambil menggenggam lembaran kertas laporan. "Astaga Naruto! Kau kenapa? Kau baik-baik saja, kan?" Pekiknya terkejut, buru-buru menghampiri Naruto.

Meski pusing masih melandanya, ia berusaha agar terlihat baik-baik saja. Ia tak ingin menyusahkan sang asisten lebih banyak lagi. Sudah cukup yang dilakukan Sakura untuknya selama beberapa minggu belakangan ini. Semenjak sering muntah-muntah, Sakura rutin mengontrol pola makannya dengan ketat. Ia bahkan sengaja masak untuk Naruto karena Naruto jarang memperhatikan isi kulkasnya. Sering kali isi kulkasnya dibiarkan basi, kadaluarsa, bahkan jamuran.

For your info. Naruto baru rajin masak dan makan secara teratur jika ada Sasuke. Berhubung Sasuke sering mengambil misi keluar desa, maka pola makan Naruto jadi tidak terkontrol. Karena itulah, Sakura yang mengambil peran Sasuke selama Sasuke tidak ada di desa. Ia tak ingin sahabat Pirangnya ini mati dengan alasan konyol, yakni keracunan makanan. Apa kata dunia? Masak hokage mati karena diare.

"Aku hanya agak pusing, Sakura. Tenanglah!"

Sakura geleng-geleng kepala dengan sifat keras kepala Naruto. Sudah pucat pasi gini masih saja bilang baik-baik saja. Tidak tahukah Naruto, jika ia mencemaskannya. Sakura menarik paksa Naruto yang berniat kembali menyelesaikan pekerjaannya. Ia membawa Naruto ke sofa dan menyuruhnya tiduran dengan menjadikan paha Sakura sebagai bantal. "Tidurlah sebentar agar pusingmu reda. Toch ini sudah waktunya istirahat."

Naruto membantah. "Tapi..."

"Tidur Naruto!" Sakura mengatakannya dengan sangat-sangat tegas. Tidak ada bantahan.

"Ukh, oke." Dengan patuh, Naruto menurutinya. Ia memang butuh istirahat pakai banget karena beberapa hari ini ia lembur. Semalam ia bahkan baru tidur selama dua jam. Tak berapa lama, Naruto pun tertidur pulas.

Sakura tersenyum tipis. Matanya menatap prihatin sang sahabat. Ia tak tega melihat garis-garis kelelahan terukir di wajah tampan Naruto. Sahabatnya itu memang gila kerja. Pantas tubuhnya dengan cepat kehilangan massa-nya. Yach, ini mungkin akibat Hinata. Naruto melampiaskan kekecewaannya karena gagal mempersunting Hinata dengan bekerja, bekerja, dan bekerja.

Sraakkk! Pintu ruangan kembali dibuka. Sakura mendongak, melihat siapa yang datang. Tim Sasuke muncul. Kali ini bukan lagi tim duet, tapi tim kuartet. Ya, Sasuke masuk bersama Neji, Shikamaru, dan Kiba. Mata oniks itu tampak berkilat di bawah sinar lampu, menatap NaruSaku yang tengah bermesraan di kantor hokage. Meskipun ini sudah masuk jam istirahat, tetap saja itu tidak sopan. "Para warga Konoha menggajimu selangit untuk bekerja, Dobe, bukannya untuk tidur apalagi bermesrrr...." Katanya dingin.

"Stttt.." Sakura menempelkan jarinya di bibir, memberi isyarat agar Sasuke tidak berisik. "Tolong jangan keras-keras! Naruto baru saja istirahat. Kemarin, ia lembur hingga jam tiga dini hari."

Sasuke langsung bungkam, menatap Naruto dengan perasaan bersalah. Ia cukup sadar diri, jika ia turut jadi penyumbang akan perubahan drastis Naruto. Ya, sedikit banyak, Naruto jadi korban keegoisan Sasuke. Hiashi Hyuga menolak lamaran Naruto, bahkan menyuruh Naruhina putus hubungan karena Sasuke.

Sasuke tahu itu. Sakura, Neji, Hinata dan hampir semua shinobi Konoha tahu. Satu-satunya yang tidak tahu dalam hal ini hanya Naruto. Naruto pikir Hiashi menolak pinangannya karena ia jijik pada Naruto yang seorang jinchuuriki dan itu sukses membuat Sasuke merasa baru saja dilindas rombongan badak bercula satu. Ia merasa sangat brengsek. "Kau tak mencegahnya lembur?" Tanyanya dengan perasaan amarah yang tertahan, marah pada drinya.

Sakura memutar bola matanya. "Seperti aku bisa saja. Ia hanya menurut padamu, Sasuke-kun."

Ini juga diketahui semua orang. Naruto itu menganggap Sasuke sebagai kakaknya. Sebagai adik yang baik, wajib hukumnya untuk patuh pada kakak. Ia tak menganggap itu sebagai beban. Justru, ia merasa itu adalah berkah. Karena, adanya Sasuke, Naruto mampu bertahan hingga detik ini. Bohong jika ia tidak kecewa. Hatinya seperti pecah berantakan, saat dengan suara dalam sedikit serak berwibawa Hiashi menolak lamaran Naruto. Ia hampir mengambil tambang dan menjerat lehernya sendiri. Untung ada Sasuke, sehingga ia tidak mati konyol.

"Bagaimana misimu? Kalian tidak terluka, kan?" Tanya Sakura mengalihkan topik.

"Sukses seperti biasanya dan kami tidak ter.. Dobe!"

Naruto tiba-tiba bangun. Ia memaksakan diri untuk berdiri tegak meskipun pusing yang hebat itu menyerangnya tanpa ampun lagi. Sasuke mencegahnya bangun dan berusaha membaringkan Naruto lagi. Akan tetapi, Naruto memberontak. Perutnya yang bergolak mual tak bisa diajak kompromi.

"Dobe..!" Panggil Sasuke lembut, namun tidak dihiraukan Naruto yang langsung ngibrit ke kamar mandi. Setengah jam kemudian, Naruto muncul dengan wajah semakin tidak karuan.

"Kau muntah-muntah lagi, Nar?" Tanya Kiba yang sejak tadi diam saja. Shikamaru sudah terlelap dibuai mimpi. Neji berdiri menyandar pada dinding. Meski wajahnya terlihat dingin tak tersentuh, namun ia juga prihatin dengan kondisi kesehatan Naruto yang buruk. "Kayak hamil aja. Ck..ck.." Decak Kiba dengan seenak udelnya.

Naruto langsung cemberut. "Apa kau buta? Aku ini cowok. Dasar idiot!" Gerutunya kesal. Naruto membekap mulutnya lagi, merasakan rasa asam itu sudah ada di pangkal rongga mulutnya.

"Serius. Kau harus memeriksakan dirimu ke dokter kandungan. Siapa tahu kau betulan hamil? Muntah-muntah tiap hari, khususnya pagi hari, bukanlah pertanda penyakit wajar. Itu ciri-ciri Bumil (Ibu Hamil). " saran gila Kiba.

Naruto tak menanggapinya karena ia keburu masuk toilet dan memuntahkan isi perutnya yang tersisa.

"Biar aku yang mengantar Naruto periksa ke rumah sakit. Laporannya aku taruh di meja." Kata Sasuke sambil menggendong Naruto di punggungnya, karena kondisi Naruto sudah tidak memungkinkan untuk jalan. Lemas, pusing, dan mata yang mengalami disorientasi, itu yang dialami Naruto sekarang.

"Aku ikut Sasuke." Kata Neji mengekor Sasuke di belakangnya.

"Maaf, aku tidak ikut. Aku pulang saja. Mau istirahat. Nanti, aku jenguk Naruto jika kondisiku sudah lebih bugar."kata Kiba merapalkan penyesalannya. "Ayo, Shika kita pulang!" Kata Kiba sambil menarik paksa Shika keluar dari mimpi indahnya, meninggalkan Sakura seorang diri.

Tak ada yang menyadarinya. Mata Sakura mengeras, menatap aneh kebersamaan Sasuke dan Neji. Tak ada yang tahu apa yang tengah berkecamuk dalam kepala cantiknya. Yang jelas, itu bukanlah sesuatu yang bagus.

TBC

OBSESI SAKURA (¬_¬)'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang