#14 : Axton Martinez

1.6K 142 0
                                    

FLASHBACK PART 2

P E R I N G A T A N

CERITA INI MENGANDUNG UNSUR-UNSUR LGBT (GAY)

YANG MEMBENCI UNSUR TERSEBUT

MOHON MENINGGALKAN CERITA INI SESEGERA MUNGKIN

DITAKUTKAN ANDA AKAN MEMAKI CERITA INI DIAKHIR.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

SELAMAT MEMBACA.

.

.

.

Api kebencianya sudah membara hebat. Bendera peperangan pun sudah berkibar luas, menandakan peperangan sudah dimulai. Kehidupan Axton hancur setelah peperangan itu usai, hancur sehancur-hancurnya. Hatinya begitu sakit, termasuk kejiwaannya ikut sakit akibat perbuatan gila gadis pemaksa itu. Ya, gadis pemaksa itu menjual Axton-lebih tepatnya menjual tubuh dan keperjakaan milik Axton Martinez pada sosok lelaki yang mengidap penyakit sadomasokisme, dimana lelaki itu akan menyiksa tubuh mungil Axton untuk mendapatkan kepuasan secara seksual.

"Mr. Eleiezer, pesanan anda sudah tiba." Pengawal itu membopong Axton yang masih dalam keadaan pingsan menuju kekamar VVIP club laknat tersebut.

"Kau boleh keluar." ucap datar Ferdinand, sembari membelai lembut rambut Axton.

Merasakan ada yang membelai rambutnya, Axton mulai membuka matanya secara perlahan, melihat sekitarnya dan yang terakhir dilihatnya adalah sosok Ferdinand Eleiezer, kakak kelasnya.

"Kenapa? Kenapa kakak ada disini?" tanya dengan nada bergetar, ia ketakutan. Ia menoleh kearah tubuhnya, telanjang tanpa sehelai benang pun, sekaligus kedua tangannya terikat dibelakang punggungnya.

Persetan Beatrix, batin Axton memakinya.

"Dimana Beatrix? Dimana gadis pemaksa sialan itu?" Axton murka. Amarahnya sudah meledak-ledak. Ferdinand hanya tersenyum melihat kemarahan Axton, tubuhnya semakin terangsan, ingin sekali ia menyiksa tubuh mulus Axton lalu menyetubuhinya, menjadikan Axton miliknya. Selamanya.

"Entalah. Dia sudah pergi mungkin, setelah menerima selembar cek dariku."

Ferdinand berjalan menuju kelemari yang ada diseberang tempat tidur. Lelaki itu tidak menghiraukan teriakan bahkan cacian dari Axton. Ia sedang asik dengan dunianya sendiri yaitu mengeluarkan beberapa alat pengikat dan sex toys.

"Beatrix dan kau sama-sama bajingan. Sama-sama sudah gila, perlu pergi rumah sakit jiwa." Axton melontarkan kata-kata kasar bertubi-tubi, ia tidak merasakan bahwa dirinya saat ini dalam bahaya besar. Bahaya yang akan merenggut keperjakaannya.

Axton tertegun melihat wajah Ferdinand sudah berdiri dihadapannya dengan wajah merah padam dan membawa ball gag berwarna merah menyala. Lelaki itu marah, marah besar setelah Axton menghinanya-menghina habis-habisan dengan caci-makinya. "Diamlah." Lelaki itu menjejalkan ball gag kedalam mulut Axton, membuatnya tak bisa berbicara dengan lancar serta jelas.

"Let's start our game."

Derai air mata mulai keluar dari pelupuk mata Axton, kedua tangan dan kakinya sudah terikat manis dikerangka besi tempat tidur tersebut. Membuatnya tidak bisa bergerak seinci pun, seluruh bagian intimnya terekspos tanpa ada yang menututupi sama sekali. Benaknya kini bercampur rasa ketakutan, kesedihan, dan penyesalan.

Axton kembali menggeliat ketika tetesan lilin panas mengenai kulitnya dan beberapa bagian intim lainnya. Gumaman dan desahan tak jelas kembali memenuhi kamar itu, tangan besar Ferdinand mulai menjamah setiap inci tubuh Axton, hingga bagian intim pun ia jamah.

"Aku akan memuaskanmu." Suara itu, bagaikan iblis yang menarik jiwa dan raga Axton kedalam neraka. Dikeluarkan junior milik Ferndinand dan mulaikan memainkan pada lubang milik Axton secara agresif. Saat hendak memasukan juniornya, pintu kamarnya didobrak oleh sosok lelaki lain. Tak hanya Ferdinand yang terkejut, Axton pun terkejut. Lelaki itu marah, sangat marah.

"Kurang ajar kau. Apa maksudmu?"

Lelaki itu menghampiri Ferdinand, memaksanya untuk turun dari tempat tidur. "Maksud apa?" Satu tonjokan melesat dipipi kanan Ferdinand hingga merintih kesakitan, lalu terkekeh.

"Kau meniduri kekasihku." Tonjokan melayang pada lagi pada pipi yang sama. Ferdinand tidak melawan sama sekali, ia hanya tersenyum melihat musuh bebuyutannya dilanda amarah besar.

"Sudah kukatakan sejak awal, aku akan merenggut semuanya. Semua yang membuatmu bahagia. Aku sangat membencimu, akan kurebut semuanya darimu." Ferdinand mengenakan pakaiannya lalu pergi meninggalkan mereka berdua, terutama Axton yang masih terikat dan terbungkam oleh ball gag. Axton Lelaki itu bergumam tak jelas, seolah meminta pertolongan pada lelaki itu. Dengan malas, lelaki itu melepaskan semua tali-temali yang mengikatnya, melemparkan jaket yang dikenakannya pada Axton.

"Pulanglah. Jauhi lelaki itu atau hidupmu akan hancur ditangannya." Lalu pergi meninggalkan Axton yang masih termenung diatas tempat tidur.

***

You're My ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang