1

133 4 0
                                    

Ini cerita kedua aku, selamat menikmati. jangan lupa tinggalkan jejak ya, terima kasih.

Perkenalkan namaku Meta Ariyani Permana, Hari ini adalah hari pertama aku kuliah di semesterku yang ketiga. Sebenarnya hari ini jadwalku kuliah agak siang, tetapi karena sudah lama libur, aku jadi sedikit bersemangat untuk bertemu dengan teman-temanku. Karena beberapa temanku berasal dari luar kota sehingga membuat kami tidak bertemu sesering biasanya ketika liburan semester. Aku melihat banyak wajah-wajah baru yang aku temui. Dan aku segera melangkahkan kaki ke arah kantin, tempat biasanya aku berkumpul dengan teman-temanku.

Brukkk...

Aduhh...Pantatku terasa sakit karena aku terjatuh setelah bertabrakan dengan seseorang.

"nggak punya mata?"

Degg..

Tanpa melihat wajahnya pun aku sudah tau siapa yang aku tabrak, dengan segera aku berdiri dan menatap wajahnya.

"Maaf' kataku malas dan kemudia dia berlalu meninggalkan aku. Dasar orang sombong, mentang-mentang idola dikampus. Tak kuhiraukan lagi tatapan orang-orang yang ada di sekitarku dan kembali aku langkahkan kakiku menuju ke kantin.

'Hallo semuanya, kirain aku duluan yang sampai disini. Ternyata aku yang paling belakangan.' Aku sudah melihat Dian, Monic dan Olif sudah duduk dimeja yang biasa kami tempati.

"Kamu sih pakai acara bikin drama tabrakan sama pangeran kampus." Kata monic kepadaku

"Kamu lihat? Kok kamu nggak nolongin aku sih? Jahat banget.' Kataku pura-pura marah

"Alah nggak usah sok ngambek, nggak cocok sama muka kamu." Kata monic lagi

'Sialan kamu" jawabku

"Kamu beneran nggak ada rasa sama Ray ta?" tanya olif

"kenapa tiba-tiba nanya itu?" jawabku malas

"Ya, Cuma kamu yang adem ayem aja kayaknya kalau ada orang yang ngomongin soal Ray." Kata-kata Olif diamini oleh kedua teman-temannya yang lain dengan anggukan kepala

"Lah, emang aku harus gimana? Udah deh, aku bukannya nggak suka ya sama dia. Bukan berarti aku suka juga nih, tapi ya emang biasa aja. Ya kalian tahu lah maksud aku."

"Masak sih?? Nggak ada sedikitpun yang menarik perhatian kamu?" tanya Dian menimpali

"Ihh, ini pada kenapa sih jadi bahas ini? Nggak penting juga kali." Kataku

"Penting kali ta, atau kamu udah naksir cowok lain?" tanya Dian

"udah deh, kenapa sih kalian ini. Monic bantuin aku dong masak kamu diem aja."

"Lah aku juga mesti ngapain?" Tanya monic cuek. Ih bener ngeselin nih anak.

Tanpa disadari keempat gadis itu, pembicaraan mereka didengar oleh2 orang yang kemudian merencanakan sesuatu yang buruk bagi gadis itu.

***

"Ray, kalau aku lihat kayaknya kamu nggak suka sama Meta anak jurusan Ekonomi." Kata Revan

"Biasa aja" kata Rayyan dingin, namun matanya tak lepas dari sesosok gadis yang menabraknya tadi.

"Kalau gitu, lihatnya biasa aja juga bisa kali" timpal zico

"kalau kamu nggak tertarik, nggak keberatan dong kalau aku deketin?" lanjut Revan.

"terserah" perkataan Rayyan langsung di tRevanpi dengan tawa teman-temannya. Dia segera berlalu meninggalkan mereka semua.

***

Hujan yang mengguyur membasahi bumi membuat suasana sore ini begitu menyejukkan. Meski dingin mulai terasa menusuk, namun tak urung membuatku menikmati suasana ini. Hujan dan udara lembab yang dihasilkan setelahnya membuat hatiku menghangat. Kupandangi jam yang sudah menunjukkan pukul setengah lima.

Drttt

"iya bun, kok belum sampai?"

"kamu pulang naik taksi aja ya sayang, bunda ada pekerjaan yang harus diselesaikan saat ini. Nanti kelamaan kalau kamu nungguin bunda. Nggak apa-apa ya sayang?!"

"ya mau gimana lagi, kok bunda baru ngasih kabar sekarang? Kalau tadi kan aku bisa nebeng sama anak-anak." Kata kecewa

"mau aku antar?" aku terlonjak mendengar suara berat yang ada di belakangku

"Nggak usah" tanpa memandang wajahnya aku segera menggedong tas punggungku dan siap berlari menerjang hujan. Baru satu langkah, tanganku dicekal oleh Rayyan.

"mau kemana? Aku anter" kata Rayyan memaksa

"nggap perlu, aku bisa naik taksi"

"kamu kenapa sih?" aku tidak percaya dengan apa yang didilakukannya

"Lepasin tangan aku ray" kataku seraya berusaha melepaskan cengkraman tangannya di tanganku. Aku sedikit berlari mengikuti langkahnya yang setengah menyeretku. Kuperhatikan sekitar dan bersyukur saat ini sepi, sehingga aku tidak perlu memikirkan omongan orang-orang besok. Kami meneroboh rintik hujan yang mulai mereda.

"Masuk" kata rayyan sembari membukakan pintu mobilnya

"Buruan" Rayyan mendorong tubuhku untuk segera memasuki mobilnya. Aku segera merasa tubuhku mulai kedinginan karena bajuku sudah mulai basah.

"turunin aja di depan, aku bisa naik taksi" kataku tanpa memandang Rayyan dan malah memalingkan muka kearah luar.

Ketika mobil melewati gerbang utama kampus, mobil Rayyan tetap melaju dengan cepat, tidak ada tanda-tanda dia akan menghentikan mobilnya.

"Ray, kamu nggak usah nganterin aku sampai rumah. Aku turun di depan aja." Aku tak berani melanjutkan kata-kataku saat melihat Ray yang melirikku dingin. Kuputuskan untuk mengalihkan pandanganku keluar jendela. Tidak ada tanda-tanda rayyan akan menurunkan aku, dan suasana menjadi sepi. Tidak ada satupun yang berbicara di antara kami. Ketika sampai di depan pintu rumahku, aku hanya menatapnya sekilas dan mengucapkan terima kasih sekedarnya. Segera kubuka pintu mobil, belum sempat aku keluar, tanganku dicekal oleh Rayyan, yang membuat aku menoleh kepadanya. Aku hanya menatapnya dengan perasaan binggung.

"turunlah" katanya seraya melepaskan cekalan tanganku. Meski dalam keadaan binggung aku tetap melangkah keluar mobilnya. Ketika mobil Rayyan berlalu dari depanku, aku masih belum mendapatkan kesadaran seutuhnya. Segera kugelengkan kepala dan bergegas masuk ke rumah.

Jalan BerlikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang