21

49 3 0
                                    

Bisa menghabiskan waktu di rumah dia tumbuh besar membuat perasaan Meta semakin membaik setiap harinya. Bundanya pun merasa senang karena bisa setiap waktu bertemu dengan cucunya.

"Aku dengar kamu sakit" Meta tersentak saat mendengar suara Rayyan yang tiba-tiba berada di teras rumahnya.

"Udah baikan kok, Agam lagi pergi sama bunda"

"Aku akan menunggu di sini"

"Duduklah, Aku akan membuatkan minum" Saat Meta berdiri, Rayyan mencekal pergelangan tangannya.

"Apa kamu bahagia?" pertanyaan itu entah mengapa menyentak Meta, apakah dia bahagia? Jika itu sebelum kemunculan Shella dia akan menjawab mantab iya. Tapi sekarang, apakah dia bahagia?

"Kamu tahu, saat kembali kemari aku berniat untuk melamarmu. Tidak peduli meski aku belum menemukanmu kala itu. Dan kabar pernikahanmu dengan Revan meruntuhkan semua harapanku."

"Ray..."

"Dengarkan dulu.. Aku berusaha melepaskanmu karena tahu bahwa Revan bisa menjagamu dan membahagiakan kamu. Setidaknya itu yang aku lihat dulu, tapi sekarang sorot kebahagiaan itu tak lagi terlihat di matamu. Karenanya, jika kamu merasa tidak bahagia, lepaskanlah ikatan itu. Mari kita mulai lagi semuanya dari awal, aku tidak ingin melihatmu seperti ini."

"Brengsek.." Meta tersentak kaget saat tiba-tiba Revan datang dan meninju Rayyan. Dia hanya bisa menjerit histeris meminta mereka menghentikan perkelahian saat Rayyan pun mulai membalas pukulan-pukulan Revan.

"Jadi memang seperti ini, kamu selama ini berhubungan dengannya dibelakangku?"

"Bukan, semua tidak seperti yang kamu fikirkan" air mata Meta mulai menetes, Revan jelas telah salah paham menilai situasi ini.

"APA? Selama ini aku selalu berfikir positif sama kamu,dengan semua hal yang aku dengar tentang kamu ta, aku tetap yakin jika aku masih bisa percaya sama kamu. Tapi sepertinya aku yang terlalu naif dan bodoh. Apa jangan-jangan manak yang kamu kandung itu memang bukan anak aku?"

"Tarik kembali kata-katamu" Rayyan mencengkeram kembali baju Revan. Karena tak berhasil melepaskan cengkraman itu dia hanya menatap Meta sinis.

"karena itu kamu nggak mau ngasih tahu aku kan? Karena anak itu bukan anakku."

Air mata Meta berderai tanpa henti, mendengar tuduhan seperti itu dari suaminya sendiri membuat hatinya terluka. Belum sembuh luka akibat kehilangan calon anaknya sekarang Suaminya menambahkan luka baru dengan tuduhan yang kejam. Dia tidak memperdulikan Revan dan Rayyan yang kembali saling memukul.

Ranti kembali dan terkejut melihat Revan dan Rayyan sedang berkelahi. Untung saja dia datang bersama dengan Beny sehingga laki-laki tersebut bisa memisahkan mereka.

"kalian kenapa sih?"

Revan mencoba untuk kembali mendekat ke arah Rayyan, dia sepertinya belum puas menghajar lelaki tersebut meski wajah mereka telah sama-sama terluka. Namun karena ditahan Benny dia tidak berhasil mendekat sama sekali dan hanya menatap sengit ke arah Rayyan.

"Kalau kamu mau bersamanya, aku akan menceraikannya. Aku tidak butuh perempuan yang tidak setia seperti dia."

"Revan" Ranti membentak menantunya, namun Revan tidak menghiraukannya dan berlalu pergi. Putrinya sedang berduka, namun malah ditambah dengan jatuhnya talak kepadanya. Dipandanginya Meta yang hanya menatap kosong dan menitikan air mata. Diserahkannya Agam yang sedang tertidur kepada Beny. Dipeluknya Meta dan diucapkanlah kata-kata untuk menenangkannya.

***

Meta hanya duduk termenung di kamarnya seorang diri, dia sedang meratapi nasib buruk yang tengah melandanya. Tak pernah sekalipun dia membayangkan akan berada dalam posisi seperti ini. Setelah harus ikhlas di madu, kini dia harus menelan lagi pil pahit, dituding tidak setia. Padahal pada kenyataannya, siapa yang tidak setia pada pernikahannya. Dia menerima saja kenyataan pahit itu, namun sekarang, tuduhan tanpa bukti yang dilayangkannya langsung berbuah perceraian. Dia benar-benar merasa diperlakukan tidak adil.

Bukankah akan lebih baik seperti ini, toh sejauh ini dia juga merasa sendirian. Sudah dia putuskan bahwa dia akan berpisah dari suaminya, dan jika Revan berubah fikirn dengan keputusannya, maka dia yang akan mengajukan gugatan cerai. Tidak akan ada masalah lagi ke depannya, toh Agam sudah kehilangan sosok Revan cukup lama.

***

"Kamu nggak mau ketemu sama Revan? Bunda pikir kalian harus menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin. Jangan membiarkan kesalahpahaman ini berlarut-larut. Bukannya bunda ingin mencampuri masalah dalam rumah tangga kalian. Namun bunda rasa sudah saatnya kalian membicarakan mau dibawa ke mana pernikahan kalian ke depannya."

"apa bunda keberatan jika Meta ingin berpisah dari Revan?" Meta mendengar desahan nafas yang berat dari bundanya, sepertinya beliau tidak terlalu menyetujui keputusan yang di buatnya.

"kamu yakin? Pernikahan bukan permainan yang ketika kamu bosan bisa kamu tinggalkan ta."

"aku tahu"

"Lalu?"

"Entahlah bun, Meta merasa sudah tidak sanggup menghadapi keluarga revan, terutama mamanya. Dia terus menekan meta sejak tahu kehamilan Shella. Kata-katanya menyakitkan sekali"

"itu bukan alasan yang kuat untuk kamu berpisah dari suamimu"

"dia memiliki istri lagi bun"

"Kamu yang mengijinkannya"

"Lalu Meta harus bagaimana? Keluarganya mendesak, lagipula meta juga tahu bagaimana rasanya hamil tanpa suami bun. Tapi akhir-akhir ini revan berubah, dia menjadi kasar."

"Bunda tidak tahu, meski bunda kecewa dengansikap revan tempo hari, namun bunda masih belum bisa menerima keputusan kamuuntuk berpisah. Namun jika kamu merasa ini jalan yang terbaik, bunda bisa apa.Kamu yang menjalaninya, tapi bunda mohon pikirkan semuanya dengan matang.Setiap kehidupan rumah tangga selalu ada masalah, namun jika kamu lari, itutidak akan menyelesaikannya. Hadapi, apapun keputusan kamu bunda hanya bisamendoakan semoga itu yang terbaik. Namun bunda harap bukan perpisahan yang kamupilih" 

TBC   

Jalan BerlikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang