Di sepanjang perjalanan dalam bus kota yang mengantarkannya ke rumah, Daniel tak berhenti memikirkan soal kejadian absurd yang dia alami sebelum ini.
'Manusia kucing? Di zaman modern begini? Aku pasti sedang bermimpi.'
Sambil membatin demikian, dia mencubit lengannya yang sedang bergelayut pada tali pegangan bus di atas kepala para penumpang.
Yang ada sang pemuda malah meringis tanpa suara.
Ternyata sakit, berarti yang dia alami adalah sungguhan.
Selain itu, Daniel tak habis pikir kenapa tadi malam Seongwooㅡyang rupanya tinggal di kompleks apartemen mewah di pusat kotaㅡbisa menjejakkan kaki di bar langganan Daniel yang notabene berada di pinggir kota.
Tetapi ada untungnya juga tempat tinggal mereka terpisah jauh begini.
Meski sekarang Daniel harus menempuh jarak yang cukup panjang hanya untuk pulang, itu artinya Seongwoo juga tak bisa serta-merta menyusulnya kemari dalam waktu singkat.
Dengan kata lain, Daniel akan terbebas dari gangguan makhluk yang mengklaim dirinya sebagai 'penolong'.
'Jika tidak bisa selamanya, minimal biarkanlah aku kembali ke kehidupan normal untuk sementara waktu,' pintanya.
Melihat rumah-rumah bertingkat nan familiar kini berderet di luar jendela bus, Daniel memutuskan dirinya akan turun di sini.
Dari halte bus yang terletak di jalan raya, laki-laki tersebut masih harus berjalan kaki sedikit untuk bisa sampai ke rumahnya.
Daniel juga tinggal di apartemen. Namun tak seperti kepunyaan Seongwoo yang megah dengan panorama gedung-gedung tinggi di sekitar, hunian Daniel terbilang sederhana dengan hanya satu ruangan dan berada di lantai dua dari bangunan kecil bertingkat tiga. Itupun statusnya bukan milik Daniel sendiri, melainkan apartemen sewaan.
'Tunggu, sewa?'
Seketika jantung Daniel mencelos, dia sampai menghentikan langkahnya karena teringat akan sesuatu.
Celaka, dia belum membayar biaya sewa apartemen. Padahal tenggat waktunya adalah hari ini.
Buru-buru dirogohnya saku celana demi mengeluarkan dompet. Tapi ketika dibuka, yang dia temukan hanyalah lembaran-lembaran uang sejumlah beberapa puluh ribu Won. Jelas tidak akan cukup untuk melunasi utangnya.
Bagaimana dengan sisa tabungan di rekening bank? Sudah dia habiskan untuk minum-minum semalam.
Mustahil pula Daniel meminta uang kepada orangtua, karena putra keluarga Kang ini tak tinggal satu atap dengan mereka.
Lagipula dia memiliki alasan pribadi mengapa dirinya merantau kemari dari kampung halaman dan enggan menghubungi orangtuanya sejak saat itu.
Tamat sudah riwayat Daniel. Bibi pemilik apartemennya terkenal sangat galak, apalagi jika berurusan dengan penyewa yang terlambat membayar kewajiban bulanan mereka.
Dalam hati, Daniel merutuki keteledorannya sendiri, 'Sial! Kalau tahu semuanya akan begini, seharusnya aku tidak usah pergi membuang-buang uang di bar!'
Selagi si rambut pirang sibuk memutar otak memikirkan alasan macam apa yang harus dia cetuskan demi menghindari malapetaka, tanpa sadar tungkainya lanjut melangkah kian dekat dengan destinasi akhir.
Hanya dalam waktu kurang dari lima menit, Daniel sudah berhadapan dengan bangunan mungil namun kokoh yang dia tinggali selama ini.
Mengingat sang empunya apartemen menghuni lantai satu, otomatis Daniel berjalan mengendap-endap untuk bisa sampai ke tangga yang akan membawanya menuju lantai dua.
Barangkali dengan menghindar bak ninja kemudian menghilang dari radar pengawasan selama beberapa waktu, Daniel bisa terbebas dari penagihan si bibi danㅡ
"Oh! Akhirnya muncul juga kau, Kang Daniel!"
Pekikan barusan sukses membuat Daniel membeku di tempat.
Ketakutannya betul-betul terjadi. Daniel malah berpapasan dengan bibi pemilik apartemen di tengah-tengah perjuangannya menaiki anak tangga diam-diam.
"SeㅡSelamat siang, bibi."
Saking gelagapannya, kepala Daniel sampai nyaris membentur besi pegangan tangga ketika membungkukkan badan. Untung saja refleksnya cukup cepat untuk menghindar.
"Kau ku cari ke mana-mana sedari tadi, aku sampai bertanya ke seluruh penghuni apartemen apakah ada yang melihatmu karena..."
'Oh Bumi, telanlah tubuhku saat ini juga agar aku bisa melarikan diri danㅡ'
"... Ada tamu yang menunggumu di atas."
Eh?
Kelopak mata Daniel mengerjap beberapa kali. "Hah? Barusan bibi bilang apa?"
"Ku bilang kau ditunggu oleh seorang tamu di apartemenmu. Sudah sana cepat naik, jangan membuat orang itu menunggu terlalu lama."
Wanita paruh baya tersebut sempat menepuk-nepuk pundak Daniel dengan keibuan sebelum dia menuruni tangga, meninggalkan Daniel yang terpaku di tempatnya berpijak.
Dia sama sekali tidak mengomeli Daniel? Menyinggung soal uang sewa pun tidak? Jangan katakan kalau malah perempuan itu yang kepalanya terbentur lalu menderita amnesia.
Dalam keadaan luar biasa bingung, sampailah Daniel di depan pintu unit apartemennya.
Terlalu asyik memikirkan soal sikap janggal lawan bicaranya tadi membuat Daniel sempat lupa akan tamu yang menanti kedatangannya.
Namun sewaktu password pengunci pintu berhasil dibuka dan Daniel melenggang masuk ke dalam, pemandangan sesosok pria yang familiar di mata Daniel kembali mengundang teriakan amarah darinya.
"Ong Seongwoo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Feline⚫ongniel
FanfictionTerombang-ambing dalam sisi kehidupan nan kelam, Kang Daniel mengira bahwa hanya alkohol dan rokok yang dapat menghiburnya hingga dia bertemu dengan Ong Seongwoo, laki-laki dengan senyuman penuh misteri yang kerap menjelma menjadi seekor kucing hita...