Menerima tantangan Jisung dengan sepotong rahasia Ong Seongwoo sebagai taruhannya, ini akan menjadi delapan jam paling produktif yang pernah Daniel jalani seumur hidupnya.
Sebetulnya Daniel bukanlah tipe orang yang suka bermalas-malasan saat bekerja, tetapi baru kali ini dia ikut menangani bidang yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
"Daniel, bisa kau ambilkan sedotan yang baru di dapur? Kelihatannya stok di sini mau habis," pinta Sungwoon.
Jisung ikut menyambar, "Tolong sekalian panggilkan Daehwi. Kalau pekerjaannya sudah selesai, mungkin dia bisa membantu kita di depan sini."
"Sebentar ya, kakak-kakak sekalian!" Daniel meneriakkan jawabannya sebelum memelankan suara demi pelanggan yang tengah dia layani, "Selamat menikmati minuman Anda, nona."
Bertolak menuju dapur, di sana Daniel kembali menjumpai Woojin dan Daehwi yang tak jauh berbeda dengan dua karyawan di luar tadi.
"Hyung, bantu aku mengambilkan gula bubuk di rak paling atas."
Ucapan Daehwi mengundang Daniel untuk memutar bola mata. "Kenapa harus aku?"
"Karena hyung lebih tinggi dariku, lagipula..." Daehwi melirik semangkuk besar buah ceri yang dipilahnya bersama Woojin untuk dijadikan hiasan kue. "Ku kira cuma hyung yang tidak sedang sibuk."
Dari situ, Daniel mulai curiga kalau Jisung memberitahu para pegawai lain sehingga mereka berkonspirasi untuk menguji Daniel dengan cara memperbudak dia seharian penuh.
'Jangan mengeluh, jangan mengeluh...' rapalnya dalam hati seraya meraih gula yang diminta Daehwi berikut sedotan untuk persediaan di konter depan.
"Ini gulanya." Daniel menyerahkan benda yang dimaksud ke tangan Daehwi. "Oh iya, Jisung hyung bilang dia butuh bantuanmu karena di luar ramai. Cukup banyak customer yang datang."
Daehwi mengangkat jempol. "Okay, kalau begitu akan ku selesaikan dulu tugas di sini."
"Oi, hyung! Tunggu sebentar."
Baru saja hendak keluar dari dapur, kali ini giliran Woojin yang menghambat Daniel dalam melaksanakan pekerjaannya.
"Ada apa lagi?" tukas Daniel jengkel. Dia berpaling sambil berkacak pinggang menghadapi si pemuda bergigi gingsul.
Takut-takut, Woojin menunjuk sesuatu yang tak bisa dilihat oleh Daniel.
"Di pundak hyung... ada laba-laba."
"AAAAAAA!"
Terjadilah kehebohan di dapur Monochrome akibat teriakan panik dari ketiga orang yang sama-sama takut serangga.
Bahkan Daniel sampai nyaris mengambil ancang-ancang membuka kemeja yang dia kenakan seandainya Sungwoon tidak lekas datang untuk mengusir laba-laba barusan.
🌙🌙🌙
Usai sudah jam operasional Monochrome pada hari itu.
Semua orangㅡbaik pekerja maupun konsumenㅡtelah meninggalkan kedai tersebut kecuali Jisung dan Daniel, yang tentunya masih harus menuntaskan urusan di antara mereka.
"Beritahu aku bagaimana penilaianmu."
Duduk berseberangan dengan Jisung di satu meja, Daniel bertopang dagu menyaksikan sahabatnya menyesap secangkir kopi buatan sendiri.
"Cukup bagus, tidak ada kesalahan atau masalah fatal selain laba-laba tadi." Demikianlah komentar Jisung.
"Jangan sebut-sebut makhluk itu lagi."
"Lucu sekali. Padahal ukuran laba-labanya tidak seberapa besar dibanding tubuhmu, tapi kalian begitu geger seakan-akan dunia mau kiamat." Mengingat kejadian tadi siang membuat Jisung tergelak. "Untung ada Sungwoon yang berani melawan serangga."
Daniel mendengus. "Aku yakin ucapan hyung akan berbeda dari ini seandainya hyung-lah yang berada di posisiku."
Sembari tertawa kecil, Jisung meletakkan cangkirnya yang sudah kosong di atas meja.
"Nah, sebaiknya dimulai dari mana?"
Seketika Daniel menegakkan badan, dia kembali bersemangat mengetahui Jisung siap membocorkan soal Seongwoo kepadanya.
"Kenapa hanya aku yang diberi upah per minggu? Bahkan Daehwi dan Woojin yang bekerja paruh waktu pun tidak demikian."
"Rupanya kau betul-betul tak bisa dialihkan dari topik ini ya." Jisung menyindir perubahan dalam sikap Daniel yang mendadak jadi menggebu-gebu.
"Jangan coba-coba mengelak, hyung."
Terkekeh, Jisung pun menjawab, "Baiklah, baiklah. Baru kali ini Seongwoo menjadikan kliennya sebagai karyawan di sini. Seongwoo bisa saja menggajimu per bulan kalau dia mau, tetapi nyatanya tidak. Aku merasa dia mengambil pilihan tersebut karena kesempatan yang dia miliki sedikit sekali."
"..... Maksud hyung?"
"Seongwoo hanya punya waktu satu bulan, atau lebih tepatnya 31 hari untuk menuntaskan masalah yang dialami oleh kliennya. Dalam hal ini, dia akan memutuskan kontraknya denganmu apabila 31 hari telah terlewat atau semuanya terselesaikan sebelum batas waktu tiba," tutur Jisung dengan wajah serius. "Makanya tidak lucu 'kan kalau dia menerapkan sistem bulanan padamu? Gaji pertamamu akan merangkap sebagai gaji terakhir sekaligus uang pesangon."
Belum sempat Daniel membalas, Jisung bertanya, "Kapan pertama kali kau bertemu dengan Seongwoo?"
"Kalau tidak salah seminggu yang lalu, pada Jumat malam."
Masih membekas dalam benak Daniel bagaimana seekor kucing hitamㅡyang ternyata merupakan Ong Seongwooㅡmenghampiri dirinya yang tersungkur di gang sempit dalam keadaan mabuk berat sepulangnya dari bar.
"Jika Seongwoo selalu menganggap perjumpaan pertamanya dengan klien sebagai 'nol', itu berarti..." Jari Jisung sibuk berhitung. "Sekarang adalah hari kesembilan, dan sisa waktu kalian tinggal 22 hari lagi."
Daniel termenung, namun bukan karena memikirkan betapa pendeknya tenggat yang diterapkan.
"Biar ku tebak, kau pasti berencana ingin cepat-cepat membereskan semua masalahmu agar bisa segera menjauh dari Seongwoo bukan? Kau 'kan sebal direcoki terus olehnya," terka Jisung.
"Bisa dibilang begitu, tapi..." Daniel sempat menjeda perkataannya, dia tampak ragu untuk melanjutkan. "Hyung tahu salah satu dari problemku 'kan? Apa Seongwoo sanggup menemukan solusi untuk persoalan serumit itu?"
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini, lagipula seingatku Seongwoo belum pernah gagal dalam menjalankan misinya." Kali ini giliran Jisung yang menumpukan siku pada lengan kursi kemudian bertopang dagu. "Asalkan kau mau membantunya, semua pasti akan lebih mudah."
Tanpa Daniel sadari, seutas senyum yang kini menghiasi bibir Jisung sebenarnya bukanlah bertujuan untuk menyemangati ataupun menenangkan.
Ada makna tersembunyi nan terkandung di dalamnya. Sesuatu yang menyedihkan, penuh rasa iba, dan mustahil diketahui oleh Daniel. Setidaknya untuk sekarang.
Demi kebaikan Daniel dan juga Seongwoo, terdapat fakta lain yang sengaja tidak dibongkar oleh Jisung.
Perihal akhir dari takdir yang menghubungkan antara sahabat serta rekan kerjanya.
"Oh iya, hyung."
"Ada apa? Sesi tanya-jawabnya sudah ku tutup."
"Aku janji ini yang terakhir, toh pertanyaannya tidak terlalu penting. Berapa usia Seongwoo?"
"Kau masih belum tahu? Dia lebih tua setahun darimu lho, makanya aku heran kenapa sampai sekarang Seongwoo belum menegurmu karena tidak memanggilnya 'hyung'."
•
•
•Mulai chapter depan bakal ku cantumin reminder udah hari keberapa di awal tiap chapter, kayak 'Day 16' dst biar lebih gampang ngitungnya ㅎㅎㅎ
Terus kalo ada misteri yang bikin kalian bingung silakan ditanya aja di kolom komen, siapa tau bakal kejawab seiring berkembangnya jalan cerita. Itung-itung buat ngingetin aku juga seandainya ada yang lupa ku jelasin 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Feline⚫ongniel
FanfictionTerombang-ambing dalam sisi kehidupan nan kelam, Kang Daniel mengira bahwa hanya alkohol dan rokok yang dapat menghiburnya hingga dia bertemu dengan Ong Seongwoo, laki-laki dengan senyuman penuh misteri yang kerap menjelma menjadi seekor kucing hita...