I (Don't Wanna) Owe You

2.2K 545 34
                                    

Pemandangan sesosok pria yang familiar di mata Daniel kembali mengundang teriakan darinya.

"Ong Seongwoo?!"

Merasa terpanggil, Seongwoo beralih sejenak dari aktivitasnya bermain-main dengan dua kucing peliharaan Daniel di lantai.

Seakan sudah sering bertandang kemari, sang lelaki berambut hitamㅡyang semula tengah tengkurapㅡlangsung mengubah posisinya menjadi duduk bersila. "Ya ampun, lama sekali kau pulang. Memangnya kau terjebak macet di jalan?"

"Dari mana kau tahu kalau aku tinggal di sini? Dan bibi itu... Kau pasti melakukan sesuatu padanya supaya dia mengizinkanmu masuk kemari 'kan?"

Mulailah Daniel mempertanyakan kekuatan mengerikan macam apa yang dipunyai Seongwoo hingga membuatnya mampu mengetahui segala bentuk informasi yang semestinya hanya ada pada Daniel.

"Dari mana aku tahu alamatmu? Rahasia, kau tak perlu tahu soal itu. Apa aku melakukan sesuatu pada bibi pemilik apartemen? Kalau menerima ajakannya untuk berfoto bersama agar aku bisa masuk kemari termasuk dalam kategori 'melakukan sesuatu', berarti jawabannya iya."

"Berfoto bersama?"

"Bibi tadi bilang kalau dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan seseorang yang ketampanannya setara dengan aktor di layar kaca." Seongwoo bahkan terkekeh sendiri mengingat apa yang dia alami beberapa saat lalu.

Kalau boleh jujur, Daniel masih kesal karena dia sama sekali tidak mengharapkan Seongwoo untuk menyambangi kediamannya. Mengingat status mereka sebagai orang asing yang tidak saling kenal, ini sama saja Seongwoo mengusik privasi Daniel tanpa izin.

Akan tetapi penampakan selembar plester yang menempel di pinggir bibir Seongwoo sedikit mengusik nurani sang penyandang marga Kang.

Luka itu pasti tercipta akibat ulah Daniel yang meninju wajahnya.

Belum lagi ditambah dengan menyaksikan raut cerah sekaligus damai nan terpatri pada paras Seongwoo setiap kali dia mengelus-elus Rooney dan Peterㅡnama kedua piaraan Danielㅡdi pangkuannya.

'Oh, astaga. Aku tidak boleh goyah begini.'

Menyadari kalau otaknya mulai melantur, Daniel segera bergeleng dengan cepat bak berusaha mengusir pikiran-pikiran tadi dari dalam kepala.

"Kau tidak memperbuat hal yang aneh pada kucing-kucingku 'kan?" Kembali dia bertanya dengan nada curiga.

"Apa misalnya? Kawin dengan mereka?" Yang ada Seongwoo malah tergelak. "Aku tahu mereka berdua betina, tapi aku tak tertarik memacari kucing."

Daniel mengejek dengan tawa datar tanpa ekspresi, "Hahaha, lucu. Padahal kau sendiri berasal dari spesies yang sama."

"Tapi aku juga manusia, jangan lupakan itu," koreksi Seongwoo. "Kalau aku cuma kucing biasa, mustahil aku sanggup membayari uang sewa bulanan seorang manusia bukan?"

"............... Kau melunasinya?!"

Mata Daniel sampai terbelalak lebar saking kagetnya dia, sementara jawaban Seongwoo hanyalah berupa anggukan.

Lagi-lagi ini terjadi, Seongwoo kembali berbuat sesuka hatinya tanpa persetujuan dari orang yang dia bantu.

Bukannya Daniel tidak tahu diuntung, hanya saja dia benci jika harus bergantung dengan orang lain.

Alasan paling kasar yang mungkin akan Daniel lontarkan apabila ada yang menanyakan soal itu kepadanya ialah, "Aku tidak mau ada orang yang mencampuri urusanku, karena aku hampir tidak pernah mencampuri urusan siapa-siapa."

Salah satu tujuannya pindah ke Seoul yakni demi belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri, jadi kenapa untuk urusan sesepele pembayaran sewa saja dia masih harus menerima uluran tangan dari makhluk jejadian di hadapannya?

Ini tidak bisa dibiarkan. Semakin sering Seongwoo menolongnya, maka akan semakin berat pula beban Daniel untuk melunasi utang budinya.

Atau bisa juga begini. Makin besar jumlah utang budi Daniel, makin banyak juga frekuensi Seongwoo berlalu-lalang dalam kehidupannya.

"Berapa banyak nominal yang kau bayarkan?"

"Setara satu bulan sewamu seperti biasa."

"Aku akan melunasinya," ucap Daniel tegas. "Tunggu sampai aku memperoleh gaji dari pekerjaanku dan aku akan mengganti seluruh uangmu segera setelahnya."

"Tidak usah, aku tidak butuh uangmu. Kau yang lebih memerlukannya ketimbang aku, bukankah begitu?"

Sekuat tenaga, Daniel menahan diri untuk tidak mengertakkan gigi atau mengepalkan tangannya erat.

'Dasar orang kaya, mudah sekali dia berkata begitu.'

"Tapi kalau kau bersikeras tetap ingin membayar, aku punya satu penawaran khusus yang pastinya menarik bagimu," sambung Seongwoo, bibirnya kembali berhiaskan seringai misterius. "Jadilah pegawai di tempatku bekerja."

Yang ada Daniel malah mendengus jengkel, netranya mendelik bak menantang Seongwoo.

"Oh, wow. Mentang-mentang aku berutang budi padamu, sekarang kau jadi merasa sok pahlawan dan ingin menginjak-injak harga diriku ya?" tuding laki-laki dengan warna rambut kuning kecokelatan tersebut. "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku sudah nyaman dengan profesiku yang sekarang karenaㅡ"

"Karena apa? Karena tidak ada seorang pun yang melarangmu menggunakan sebagian besar gajimu untuk mabuk-mabukan, tapi sesudahnya kau tinggal menghitung hari sampai bibi pemilik apartemen menyuruhmu angkat kaki dari sini ya?" potong Seongwoo.

Di luar dugaan, pria dengan tiga tahi lalat di pipinya itu bangkit dan menarik pergelangan tangan Daniel dengan paksa agar dia mengikuti Seongwoo keluar dari unit apartemennya sendiri.

"Kau akan membawaku ke mana lagi? Lepaskan aku, aku belum memberi makan Peter dan Rooney!"

Daniel berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Seongwoo, namun tenaga Seongwoo ternyata jauh lebih kuat dibanding perkiraannya.

Seongwoo berujar, masih sambil setengah menyeret manusia di belakangnya, "Diam dan lihat saja nanti, tuan kasir-paruh-waktu-di-minimarket. Akan ku buat kau berubah pikiran lalu mengundurkan diri dari pekerjaanmu itu. Dan satu hal lagi, kedua kucingmu sudah ku beri makan banyak-banyak jauh sebelum kau datang. Mereka akan baik-baik saja tanpamu."

Black Feline⚫ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang