"Kau terkejut 'kan? Aku tahu kok, semua orang yang pernah ku 'tolong' juga sama terperanjatnya seperti kau saat mereka menyadari kalau aku adalah kucing hitam itu."
"AㅡApa maksudmu?"
Lagi-lagi Seongwoo tak serta-merta menjawab.
Kembali ke dapur dalam wujud manusia, dia melewati Daniel begitu saja sebelum meraih susu karton dari dalam kulkas serta dua buah gelas.
"Ayo kita bicarakan di meja makan saja," ajak Seongwoo. "Kau boleh menemaniku minum susu, sudah ku ambilkan gelas baru untukmu."
Bersikap defensif alih-alih ramah, Daniel menyandarkan punggung di ambang pintu dapur dengan kedua lengan terlipat di depan dada.
"Aku tidak akan beranjak ke mana pun, biar ku dengarkan ocehanmu dari sini."
Si pemilik rumah tertawa pelan. "Baiklah, kalau itu memang maumu."
Dengan tajam, netra kepunyaan Daniel mengamati setiap gerak-gerik Seongwoo. Sekali lagi dia menempati posisi yang sama di meja makan.
Bisa-bisanya pria itu menuangkan susu vanila dari karton ke gelas dengan santai, seakan-akan dia tak pernah membuat Daniel geger dengan berubah wujud menjadi hewan berkaki empat sebelum ini.
"Alasan apa yang mendasarimu menolongku yang sedang mabuk?" Mendadak memecah keheningan, Daniel mengajukan sebuah pertanyaan bernada ketus. "Karena mustahil siluman kucing sepertimu muncul di hadapan manusia biasa tanpa sebab yang jelas."
"Jangan katakan kalau kau masih menganggapku kucing hitam pembawa kabar kematian."
'Sial, jadi dia juga mendengarku meracau begitu dari kejauhan. Memalukan...' Daniel sempat membatin sebelum membalas, "Tidak usah berkelit, cepat jawab."
Dinilai dari kekehan Seongwoo berikut aksinya yang hanya menyesap minuman dingin nan kaya akan kalsium, Daniel menganggap kalau dirinya tengah diremehkan.
"Seharusnya kau merasa beruntung karena melihatku di gang pada malam itu." Akhirnya Seongwoo angkat bicara.
"Buat apa? Kau pikir aku memohon untuk ditemukan olehmu atau semacamnya?"
"Karena aku hanya muncul di hadapan orang-orang yang terpilih."
"Hah?"
Sukses menandaskan susu yang tersisa di gelas dalam sekali teguk, barulah Seongwoo melanjutkan, "Biar ku tebak, kau sedang mengalami masalah 'kan?"
Di luar kesadarannya, Daniel menelan ludah. Jantungnya juga berdetak lebih cepat tanpa bisa dia cegah.
'Ong Seongwoo.
Orang ini berbahaya.'
"Itu bukan urusanmu."
"Memang. Tapi terlalu sering menangani manusia-manusia sepertimu membuatku hafal dengan gelagat kalian." Selagi lengannya ditumpukan pada permukaan meja makan, Seongwoo kini bertopang dagu. "Dan jawabanmu barusan akan ku artikan sebagai 'iya'."
Sudah cukup, Daniel muak.
Kesabarannya sudah habis menghadapi Seongwoo yang terus-terusan bersikap seenaknya.
Secepat kilat, si pemuda Kang mendatangi meja makan dan mencengkeram kerah kemeja Seongwoo. Ditariknya dengan paksa sang pemilik apartemen hingga mereka berdiri sejajar dalam jarak yang cukup dekat.
"Dasar makhluk keparat, berhentilah bersikap seakan-akan kau yang paling tahu tentangku!" Daniel mengumpat tepat di wajah Seongwoo. "Belum genap 24 jam kita bertemu, tapi lagakmu lebih sok daripada siapapun yang pernah ku kenal."
Bohong besar kalau Seongwoo sudah menduga akan diperlakukan sedemikian kasarnya oleh Daniel. Karena dari sepasang manik mata Seongwoo, Daniel bisa menangkap dengan jelas pancaran sirat ketakutan, meski hanya sekejap.
Namun sama mendadaknya seperti pergerakan Daniel tadi, secepat itu pulalah Seongwoo mampu menguasai diri.
Seringai yang tampak meremehkanㅡsetidaknya dari perspektif Danielㅡterpatri pada paras tampan si penyandang marga Ong.
"Jadi begini balasanmu terhadap kebaikanku, hmm? Aku sudah mengungsikanmu kemari, memberimu makanan dan minuman, sampai membiarkanmu muntah di klosetku. Seandainya aku bisa tahu tata krama 'klienku' ternyata serendah ini, lebih baik ku biarkan saja kau tergeletak di gang sampai ada anjing liar yang menggigit dan mengoyak kulitmu."
"Klien, katamu? Jangan bercanda, jelas-jelas aku menegaskan bahwa tak pernah sekalipun aku meminta untuk diselamatkan olehmu atau orang lain."
"Makanya dengarkan dulu penjelasanku sampai selesai, tuan emosional. Baru setelah itu kau boleh mengambil kesimpulan sendiri."
Seongwoo memegang pergelangan tangan Daniel dan melepaskan cekikannya dari leher baju Seongwoo dalam satu entakan keras.
"Terkaanmu benar, aku memang tidak menjelma di hadapan sembarang manusia." Dirapikannya kancing kemeja serta kerah yang semula kusut. "Cuma orang-orang yang membutuhkan bantuan dan dukungan moral darikulah yang akan ku datangi kehidupannya, para manusia dengan masalah yang begitu berat sampai-sampai fisik atau mentalnya berpotensi terkena imbas dari masalah mereka itu."
Kali ini giliran Daniel yang dibuat tertohok. Masih dengan amarah yang menggelegak, yang bisa Daniel lakukan ialah mengepal erat kedua tangan di sisi tubuh.
"Apa kau bilang? Fisik dan mentalku akan terkena imbas? Aku?! AKU BUKAN ORANG GILA!" Intonasi Daniel meninggi pada kalimat terakhir yang dilontarkannya. "Okay, that's it. Lebih baik aku pergi dari sini sebelum otakku semakin terdoktrin oleh bualan-bualanmu, camkan baik-baik bahwa kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah ini."
"Oh no, you won't," tepis Seongwoo. "Kau tidak mungkin bisa mengelak dari ketentuan takdir, Nyel-ah. Di ujung dunia sekalipun, kita pasti akan berjumpa lagi karenaㅡ"
BUK!
Tinju kanan Daniel melayang begitu saja dan mendarat di wajah rupawan Seongwoo. Dengan tenaga yang terbilang kuat, Daniel menyebabkan tubuh korbannya terpelanting ke lantai ruang makan.
"Jangan asal mengubah-ubah namaku sesuka hatimu." Begitulah perkataan sang pria berambut pirang sebelum dia beranjak pergi meninggalkan apartemen Seongwoo tanpa sekalipun melirik si manusia kucing.
Bantingan pintu untuk yang ketiga sekaligus terakhir kalinya pada hari itu menjadi penanda bahwa Daniel sungguh-sungguh telah angkat kaki dari sana.
Lagi-lagi Seongwoo tertinggal seorang diri.
Dalam keheningan yang terasa familiar bagi indra pendengarannya, Seongwoo duduk bersandar di dinding terdekat seraya menyeka sudut bibir menggunakan punggung tangan.
Selain lidahnya yang mulai mengecap rasa anyir, bercak merah khas darah turut mewarnai kulit punggung tangan Seongwoo meski tak banyak.
Gelak tawa si empunya rumah tak ayal bergaung memenuhi kediaman mewah miliknya.
"Menarik sekali klienku kali ini... Kita lihat saja, sehebat apa dia membenahi dirinya sendiri dan sampai seberapa jauh hidupnya akan baik-baik saja tanpa campur tangan dariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Feline⚫ongniel
FanfictionTerombang-ambing dalam sisi kehidupan nan kelam, Kang Daniel mengira bahwa hanya alkohol dan rokok yang dapat menghiburnya hingga dia bertemu dengan Ong Seongwoo, laki-laki dengan senyuman penuh misteri yang kerap menjelma menjadi seekor kucing hita...