The Puff of Smoke and Its Scent

2K 471 31
                                    

Semula Daniel mengira dia akan dibawa ke ruangan pribadi Seongwoo di lantai tiga.

Nyatanya kini mereka berada di bagian atap Monochrome yang kosong melompong, tidak ada apa-apa di sana kecuali tiga bangku plastik.

Karena bangunannya berupa ruko dengan bentuk dan tinggi seragam, mereka bisa melihat atap milik toko-toko lain di kanan-kiri, dibatasi oleh sekat dari terali besi.

Suasana langit masih sama suramnya seperti saat Daniel pergi makan siang, membuat dia bertanya-tanya kapan awan yang membumbung tinggi di atas sana akan menumpahkan seluruh kandungan airnya untuk membasahi permukaan bumi.

"Berikan rokokmu, koreknya juga." Tiba-tiba mengulurkan tangan bak meminta, Seongwoo berucap.

"..... Untuk apa?"

Dari sekian banyak topik yang dapat Seongwoo lontarkan sebagai pembuka obrolan, kenapa dia langsung meminta barang-barang tersebut? Tidak pakai basa-basi pula.

Di mana letak korelasinya dengan Hwang Minhyun?

Jemu terus-terusan ribut dengan Seongwoo sejak pertama kali berjumpa, tanpa banyak bicara Daniel merogoh saku celana lalu menyerahkan sekotak rokok berikut korek gas kepunyaannya dengan agak enggan.

Mengangkat kedua benda yang dia terima hingga sejajar dengan wajah, Seongwoo melanjutkan, "Inilah yang dikeluhkan oleh Minhyun padaku."

Sejenak Daniel termenung. "Oh, soal yang di minimarket ternyata."

Berdasarkan ingatan si karyawan baru, Minhyun memang sempat memelototi dia di tengah-tengah aktivitasnya merokok.

Apa itu berarti pegawai di sini tidak diperbolehkan untuk merokok? Seongwoo bahkan tidak menyebut-nyebut hal yang berhubungan dengan larangan sewaktu Daniel menerima tawaran untuk bekerja di sini.

"Tapi kenapa?" Daniel memberanikan diri untuk bertanya. "Beri aku alasan yang jelas."

Bergerak mendekati tepi atap di mana panorama jalan raya paling jelas terlihat, Seongwoo memunggungi Daniel guna mengawasi kemacetan kecil yang terjadi di bawah sana.

"Bukankah kau sudah mendengar penjelasan Daehwi? Cukup dari situ, semestinya bisa kau tarik sendiri kesimpulannya."

Lagi-lagi cara bicara Seongwoo menimbulkan kesan bahwa dia memperlakukan Daniel laksana orang bodoh, dan Daniel tidak suka.

"Aku bukan makhluk serba tahu sepertimu," tandas Daniel sengit.

Perubahan drastis pada nada suara Daniel sedikit banyak menggugah rasa penasaran Seongwoo, dia berbalik sehingga mereka kembali berhadap-hadapan.

"Jadi kau menganggapku begitu, hmm? I see..." Kepala Seongwoo terangguk-angguk, gumaman barusan lebih dia tujukan kepada dirinya sendiri.

"Jangan mengulur-ulur waktu, cepat beritahu aku apa yang salah," ujar Daniel, lebih ke memerintah daripada sekedar permohonan belaka.

Iseng, Seongwoo mulai memainkan korek Daniel dengan memutar-mutarkannya di sela-sela jari.

"Sebetulnya tak ada yang salah dengan aktivitasmu sejauh ini. Tapi mengingat betapa disiplinnya Minhyun, dia kurang senang mendapati seseorang yang menjabat sebagai manajer di café milik sahabatnya ternyata tidak berpegang teguh pada etos kerja yang baik."

"... Maksudmu?"

Lama-lama Daniel bisa sakit kepala kalau Seongwoo terus menggunakan gaya bahasa yang sulit dipahami agar tampak misterius.

"Minhyun benci rokok dan asap hasil embusanmu mengenai dia ketika lewat." Si manusia kucing memandang lawan bicaranya tanpa berkedip. "Selain itu, Minhyun selalu berpendapat kalau higienitas para pegawai termasuk aspek penting dalam menciptakan lingkungan café yang nyaman bagi pelanggan."

Black Feline⚫ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang