New Place, Old Friend

2.3K 511 7
                                    

Pertanyaan dalam benak Daniel perihal bagaimana cara Seongwoo bisa tiba di apartemen Daniel lebih cepat darinya terjawab sudah, karena kini mereka tengah melaju menembus jalan raya dalam sebuah mobil impor mewah berwarna hitam dengan Seongwoo sebagai pengemudinya.

Di sepanjang perjalanan menuju entah ke mana, tak sekalipun Daniel berbicara. Dia hanya memandang ke luar jendela tanpa pernah melirik pria yang duduk di sisinya.

Tampaknya Seongwoo juga tak memusingkan soal itu, dia lebih memilih untuk bersenandung riang mengikuti irama musik apapun yang diputarkan oleh stasiun radio yang disetel di mobil.

Tidak memerlukan waktu lama, akhirnya kendaraan Seongwoo berhenti untuk parkir di depan sebuah... kafe? Kedai? Toko kue? Restoran? Entahlah, yang pasti suatu tempat usaha makanan kecil yang terapit di jajaran ruko-ruko bertingkat tiga. Papan nama di depannya bertuliskan 'Monochrome'.

"Selamat datang~ Ayo silakan masuk." Sempat-sempatnya Seongwoo melontarkan candaan dengan membukakan pintu bagi Daniel selayaknya penyambut tamu, padahal yang dipersilakan cuma melengos lewat tanpa berterima kasih.

Aroma kopi berikut wangi manis kue menjadi hal pertama yang menyapa panca indra mereka begitu berada di dalam, disusul oleh warna hitam dan putih yang menyeruak dari seluruh penjuru kedai, serta bunyi denting piring yang beradu dengan alat makan dan beragam celoteh dari mulut para pelanggan yang mampir.

Orang yang mengajaknya datang kemari memang belum mengatakan apa-apa, tapi Daniel kurang lebih dapat menerka siapa pemilik dari tempat ini hanya dengan melihat sepasang warna yang mendominasi interior ruangan.

"Selamat datang di Monochrome Café, ada yang bisa diㅡ Oh!"

Pekikan nyaring barusan menarik perhatian Daniel dan membuatnya menoleh, namun alangkah terkejutnya dia menyadari keberadaan seseorang di belakang mesin kasir yang meneriakkan kalimat tersebut.

"Jisung hyung? Kaukah itu?"

"Hah, Kang Daniel?!"

Laki-laki yang Daniel sebut sebagai 'Jisung hyung' sampai berlari dari posisinya berjaga hanya demi menerjang Daniel.

Untung saja tempat itu sedang tak terlalu dipadati pengunjung. Kalau ramai, bisa-bisa mereka malah jadi bahan tontonan karena berpelukan erat di depan etalase kue.

"Astaga, astaga, astaga! Niel-ah, apa kabar? Kau sehat-sehat saja 'kan?" Lelaki dengan kartu tanda pengenal bertuliskan Yoon Jisung terkalung di lehernya sibuk mencubiti pipi Daniel, seakan ingin memastikan kalau eksistensi pemuda itu nyata adanya.

Si yang lebih muda terkekeh, disunggingkannya senyuman yang belum pernah dia tunjukkan selama berada di dekat Seongwoo. "Tentu saja, hyung. Mana mungkin aku berada di sini kalau memang sedang sakit."

"Bagaimana bisa kau datang kemari?"

"Dia yang mengajakku," jawab Daniel seraya menunjuk Seongwoo. "Aku bahkan tak tahu kalau hyung bekerja di café ini."

Jisung melirik ke arah yang ditunjuk Daniel dan terkejut karena baru menyadari siapa yang tengah berdiri di situ. "Ya ampun, Seongwoo-ya! Ku kira kau baru akan mampir besok."

Alis Daniel sedikit terangkat. "Hyung kenal dengannya?"

"Mustahil kami tidak saling kenal, Niel-ah. Dia 'kan bosku, Seongwoo-lah pemilik dari tempat ini dan dia yang mempekerjakanku."

Saking terkejutnya, Daniel sampai menatap Jisung dan Seongwoo bergantian. Walaupun dia sempat menatap tajam si manusia kucing dalam waktu yang lebih lama.

Yang ada Seongwoo malah balas memandang Daniel, seringai penuh kemenangan menghiasi paras tampannya.

Pantas saja Daniel diajak kemari, ternyata Monochrome merupakan café kepunyaan Seongwoo dan pasti di sini pulalah dia hendak menjadikan Daniel sebagai karyawannya.

Selain itu, Daniel menyangsikan kalau perjumpaannya kembali dengan Jisung adalah suatu ketidaksengajaan.

Mengingat entah kemampuan magis apa yang merasuki Seongwoo, pastilah dia sudah tahu kalau Daniel dan Jisung bersahabat dekat. Sama halnya seperti pengetahuan Seongwoo akan tempat tinggal Daniel tanpa diinformasikan oleh si empunya.

"Kalau kalian berdua sudah selesai melepas rindu, datanglah ke ruanganku di lantai tiga. Ada sesuatu yang perlu ku bicarakan dengan kalian," pungkas Seongwoo sebelum berjalan menaiki tangga di pojok ruangan.

Selepas lelaki barusan lenyap dari pandangan, barulah Jisung mengajak Daniel untuk duduk di meja terdekat dari kasir.

"Sudah bertahun-tahun ya kita tidak bertemu," kata Jisung mengawali sesi nostalgia mereka. "Terakhir kali aku melihatmu, rambutmu masih hitam dan belum dicat. Tampaknya kau juga lebih kurus sekarang."

"Hahaha, masa? Padahal aku tidak menjalani diet atau semacamnya lho, hyung, cuma rutin berolahraga saja."

"Rooney dan Peter sehat 'kan?"

Kepala Daniel mengangguk-angguk penuh antusias. "Sudah pasti, hyung tahu sendiri kalau aku tidak punya siapa-siapa lagi selain mereka."

Entah kenapa tatapan Jisung melembut mendengar kalimat yang diutarakan Daniel, seakan-akan dia kasihan dengan si pirang.

Apalagi Jisung tahu masalah apa saja yang selama ini melanda sahabatnya itu.

Seperti disengaja, Jisung pun buru-buru mengganti topik pembicaraan, "Ngomong-ngomong, kau sendiri kenapa muncul bersama Seongwoo? Kau berteman dengannya?"

Yang ada Daniel malah mendengus penuh remeh. "Berteman apanya? Hyung percaya tidak kalau ku bilang kami baru bertemu semalam? Tapi dia langsung bersikap seperti malaikat penolong terhadapku."

Semula Daniel mengira kalau Jisung akan memberikan respons yang biasa-biasa saja. Namun di luar dugaan, pria yang lebih tua darinya itu malah terbelalak kaget.

"Benarkah?! Jadi ternyata kau adalah... Dan pantas saja dia...!"

Tanpa aba-aba, Jisung segera menggamit pergelangan tangan Daniel dan menariknya menuju tangga.

"Lho, hyung?! Apa yangㅡ"

"Sungwoon-ah, tolong jaga kasir dulu sebentar! Aku ada di ruangannya Seongwoo kalau kau butuh aku."

Sebelum naik, Jisung sempat berpesan demikian pada seseorang yang sibuk berkutat dengan mesin kopi, lalu dibalas oleh acungan jempol oleh orang yang bersangkutan.



Kasian Daniel, 2 chapter berturut-turut diseret orang mulu 😂

Black Feline⚫ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang