Mr. Perfectionist

2.1K 460 12
                                    

"Daniel. Kang Daniel."

"Lee Daehwi. Senang mengenalmu, hyung."

Ternyata yang dimaksud Seongwoo dengan 'Daehwi' ialah anak laki-laki yang membantu Sungwoon saat Daniel pergi makan siang, nama lengkapnya Lee Daehwi.

Dan sekarang Daniel sedang berjabatan tangan sekaligus berkenalan dengannya di pojok dapur supaya tidak mengganggu kinerja pâtissier yang membuat kue.

"Sungwoon hyung bilang café ini merekrut part-timer bagian dapur, jadi kaulah orangnya?"

Sebagai jawaban, Daehwi mengiyakan dengan anggukan kepala. "Selain aku, ada juga Woojin hyung. Tapi jadwalnya Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Kalau aku Senin, Rabu, Jumat, Sabtu, Minggu."

"Shift kalian bergantian setiap harinya?"

"Cuma pada hari kerja."

Daniel mengangguk-angguk paham sambil mempertimbangkan dalam benak, 'Oke, ku rasa cukup basa-basinya. Langsung ke inti permasalahan utama.'

"Sudah berapa lama kau bekerja di sini?"

"Sekitar..." Daehwi melipat beberapa jarinya guna berhitung. "Tiga sampai empat bulan, kalau tidak salah. Memangnya kenapa, hyung?"

Dengan satu pundak bertumpu pada dinding terdekat, Daniel melipat kedua lengan di depan dada.

"Kau kenal dengan Hwang Minhyun? Katanya dia adalah V.I.P di kedai ini."

"Kalau Minhyun hyung sih aku kenalㅡ Ah, tidak. Sekedar tahu sih, bukannya kenal." Buru-buru Daehwi mengoreksi omongannya sendiri. "Dia sahabat baik Seongwoo hyung. Sewaktu ide untuk mendirikan café ini baru digarap, Minhyun hyung ingin ikut menanamkan investasi. Tapi Seongwoo hyung menolak karena dia mau mendirikan usaha secara mandiri."

Alis Daniel terangkat. "Kau tahu dari mana soal itu?"

"Dari Jisung hyung, Seongwoo hyung dan Minhyun hyung sendiri yang langsung bercerita kepadanya."

'Astaga... Sejak dulu Jisung hyung benar-benar tidak berubah, masih saja suka mengulik informasi dan membagikannya ke orang-orang,' batin Daniel.

Sang manajer Monochrome melanjutkan, "Dia itu orangnya seperti apa sih? Barusan Hwang Minhyun kelihatan berniat mengatakan sesuatu tentangku ke Seongwoo. Belum lagi ditambah caranya menatapku, seakan-akan di wajahku terdapat sampah."

"Tunggu, jadi hyung lebih tua daripada Seongwoo hyung? Kau tidak memanggilnya dengan sebutan 'hyung'."

"Hah?" Saking mendadaknya topik pembicaraan mereka teralihkan, Daniel jadi bingung dan sedikit ternganga. "Entahlah, aku bahkan tidak tahu berapa umur dia."

"Oh... Ya sudah, kembali ke soal Minhyun hyung," sambung Daehwi. "Menurutku, bisa dibilang dia adalah seseorang yang perfeksionis. Terobsesi dengan kebersihan, lebih menyukai suasana yang damai. Sudah menjadi ketentuan tak tertulis bahwa meja di sudut paling kiri Monochrome merupakan tahta favoritnya."

"Selain itu?"

"Selain itu dia tidak mengonsumsi kopi dan minuman yang mengandung beralkohol, Sungwoon hyung paling hafal dengan satu minuman tertentu yang selalu dia pesan. Aneh memang, padahal dulu Minhyun hyung yang bersikeras ingin membantu Seongwoo hyung mewujudkan sebuah kedai kopi." Sebaris tawa terselip di antara informasi yang Daehwi tuturkan.

"Mungkin minuman yang kau maksud adalah grapefruit ade, tadi aku mengantarkannya ke Hwang Minhyun atas perintah Sungwoon hyung," timpal Daniel.

"Nah iya, itu maksudku." Daehwi menjentikkan jari, dia baru ingat. "Oh iya, tadi hyung bilang Minhyun hyung seperti ingin mengadukan hyung 'kan?"

"Betul."

"Apa hyung melakukan suatu kesalahan di depan dia?"

Mulailah Daniel bersungut-sungut, "Justru itu, aku bahkan tidak tahu apa yang telah ku perbuat sampai-sampai dia bersikap begitu. Jangan katakan kalau dia tipe manusia yang gemar mencari-cari kesalahan orang lain."

"Setahuku tidak, tapi Minhyun hyung tak segan-segan menegur orang yang bertindak tidak selaras dengan prinsipnya. Dua bulan lalu, Minhyun hyung pernah bertengkar hebat dengan pelanggan lain karena mereka merayakan ulang tahun di sini."

"Lho, masa hanya karena begitu saja dia marㅡ"

Si yang lebih muda menempelkan telunjuk di bibir, menyuruh Daniel untuk diam. "Sst! Tunggu dulu, hyung, ceritaku belum selesai!"

"..... Baiklah, lanjutkan."

"Jadi saat Minhyun hyung mampir kemari, ada sekelompok mahasiswi yang merayakan ulang tahun salah satu dari mereka dengan cara... mendorong wajahnya hingga menempel ke seloyang kue. Hyung pasti paham 'kan tipikal kejutan ulang tahun anak-anak muda? Nah, Minhyun hyung mengamuk gara-gara itu. Dia benci dengan tindakan mubazir dan café milik Seongwoo hyung malah jadi kotor karenanya. Belum lagi para mahasiswi yang ku maksud kelewat berisik, berteriak dan tertawa melengking biarpun ada pengunjung lain di sekitar mereka."

Sebenarnya Daniel juga setuju kalau soal itu.

Walau di mata orang lain terkesan sepele, bukankah kue ulang tahun lebih baik dinikmati bersama-sama atau dibagikan kepada orang-orang ketimbang disia-siakan? Apalagi harganya tidak murah.

Namun bukan itu yang menjadi persoalannya sekarang.

Daniel berdalih, "Tapi mereka 'kan terang-terangan berbuat salah, kalau aku? Semua yang ku lakukan masih sah-sah saja kok, aku masih bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Lagipula bukankah akan jauh lebih etis jika Hwang Minhyun langsung menegurku alih-alih diam saja dan membicarakannya bersama Seongwoo yang tak tahu apa-apa?"

"Daehwi-ya, Nyel-ah. Kalau kalian sedang membicarakan orang lain, setidaknya pelankan suara kalian supaya tak terdengar hingga ke luar dapur."

Belum sempat Daehwi membalas, ada suara lain yang datang memperingatkan.

Baik Daniel maupun Daehwi sama-sama menoleh ke satu arah dan membeku di tempat karena kepala Seongwoo-lah yang melongok dari luar pintu.

"MaㅡMaaf, Seongwoo hyung..." cicit Daehwi, dia tertunduk malu.

Seongwoo terkekeh menyaksikan betapa imutnya Daehwi ketika dilanda perasaan bersalah sebelum beralih memandang Daniel. "Ikutlah denganku, ada yang perlu kita bicarakan."

Kedua tangan milik laki-laki yang bersangkutan masih berada dalam posisi defensif. "Jadi benar dugaanku? Hwang Minhyun mengadukan sesuatu kemudian memintamu untuk memecatku?"

"Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat, Mr. Negative Thinker. Aku bahkan belum mengatakan apa-apa."

Seongwoo berhenti berucap dan sempat membuat cengiran lebar tatkala pâtissier Monochrome lewat di hadapannya sambil membawa sekantung stroberi dingin dari kulkas untuk dekorasi kue.

"Oh iya, kau tidak usah khawatir Minhyun mendengar segala gerutuanmu. Barusan dia pergi karena ditelepon anak buahnya di kantor," lanjut sang pemilik kedai kopi. "Semakin cepat kau menurutiku, semakin cepat pula urusan ini berakhir."

Black Feline⚫ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang