"Tidak ku sangka Jisung hyung juga tahu soal makhluk jadi-jadian ini."
"Jangan menyebutnya begitu, cukup panggil dia 'manusia kucing'."
Padahal tersedia tempat duduk untuk Daniel di seberang meja kerja Seongwoo, tapi dia tetap bersikukuh menyandarkan punggung pada tembok.
Netra Daniel terfokus pada Jisung yang menempati kursi Seongwoo sambil mengelus lembut kucing hitam di pangkuannya.
Kucing yang tak lain merupakan Seongwoo sendiri.
"Kau pasti menyangka Seongwoo menyimpan rahasianya rapat-rapat tanpa memberitahu siapa-siapa," terka Jisung. "Manusia itu makhluk sosial, Niel-ah. Terkadang dia butuh bantuanku selama menjadi 'penolong' orang."
"Bukankah dia bisa segalanya? Bahkan dia mampu menemukan alamat rumahku tanpa pernah sekalipun aku menyebutkannya."
"Tapi tetap saja Seongwoo bukan penyihir yang bisa berpindah tempat atau mengubah apa saja sesuka hati hanya dengan menjentikkan jari, dia masih harus melakukan segalanya dengan usaha sendiri."
Satu helaan napas dilancarkan oleh Jisung sebelum kembali menyambung, "Tidak ku sangka kaulah yang menjadi klien terbaru Seongwoo, karena biasanya aku tidak pernah mengenal klien-kliennya sebelum ini."
Tatapan iba yang Jisung tujukan ke arahnya membuat Daniel semakin yakin kalau Jisung tahu Seongwoo cuma menolong orang-orang yang didera persoalan berat.
Dan Jisung adalah satu dari segelintir orang yang mengenal Daniel bahkan hingga ke masalah-masalah yang dialami oleh si pria asal Busan.
Mengingat kecenderungan Jisung untuk membuat Daniel menjadi pribadi yang lebih baik, pastilah nantinya dia akan banyak berpihak pada Seongwoo untuk memperbaiki kehidupan Daniel.
Tok! Tok! Tok!
Lamunan Daniel dibuyarkan oleh bunyi ketukan dari luar. Pintu ruangan Seongwoo terbuka dan kepala milik pria bernama Sungwoon yang tadi sempat diajak bicara oleh Jisung kini menyembul dari luar.
"Jisung hyung, kita kehabisan stok uang koin," ucap Sungwoon.
"Lho? Seingatku tadi di mesin kasir masih ada."
"Kosong, hyung. Padahal ada pelanggan yang kembaliannya masih kurang 650 Won."
"Ya sudah, akan ku ambil dulu di brankasnya Seongwoo. Kau kembalilah ke bawah, jangan sampai kita terlalu lama mengabaikan customer."
Alis Sungwoon terangkat. "Memangnya Seongwoo ke mana? Bukannya dia naik ke sini duluan sebelum kalian berdua?"
"Dia sedang berada ke toilet." Dengan lancarnya Jisung berdusta, seakan-akan dia sudah sering berkelit seperti ini.
Mulut Sungwoon membulat pertanda paham, dia lalu pamit untuk kembali ke pekerjaannya.
Jisung memindahkan Seongwoo yang berwujud kucing dari pahanya ke hamparan karpet di lantai ruangan karena dia hendak membuka laci lemari di sudut yang ternyata berisi brankas, di sanalah Seongwoo kerap meletakkan uang untuk mengisi mesin kasir.
"Seongwoo-ya, aku ambil 10 Won, 50 Won, 100 Won, dan 500 Won masing-masing satu rol ya," kata Jisung.
Seakan memberi jawaban 'iya', Seongwoo mengeong.
Sang petugas kasir menepuk pundak Daniel seraya berpesan, "Niel-ah, aku turun dulu ya. Kau jangan bertengkar lagi dengan Seongwoo."
"Bagaimana hyung bisa tahu kalau aku...?"
"Kau pikir aku tidak melihat lukanya yang ada di sini?" Jisung menunjuk sudut bibirnya sendiri sebelum beranjak ke luar.
Tapi baru beberapa detik Jisung pergi, lelaki tersebut kembali lagi hanya untuk berujar dalam bisikan, "Oh iya, aku lupa memberitahu satu hal. Kalau Seongwoo mengeong padamu, itu berarti dia hendak berubah wujud menjadi manusia dan kau dilarang melihat ke arahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Feline⚫ongniel
FanfictionTerombang-ambing dalam sisi kehidupan nan kelam, Kang Daniel mengira bahwa hanya alkohol dan rokok yang dapat menghiburnya hingga dia bertemu dengan Ong Seongwoo, laki-laki dengan senyuman penuh misteri yang kerap menjelma menjadi seekor kucing hita...