"Ibarat orang sedang terjatuh, aku harus bangkit dulu dan memastikan kakiku cukup kuat untuk berjalan atau berlari, baru mengulurkan tangan untuk membantu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ KEBETULAN YANG TIDAK DI SENGAJA]
﹏﹏﹏ ﹏﹏﹏
•
•
•
Tak ada lagi kata yang cukup untuk menggambarkan, meyakinkan, membuat seseorang bisa paham, apa yang sedang aku rasakan...
Yang ku butuhkan saat ini adalah sebuah dimensi lain untuk tempat hidup. Dimensi dimana ada sebuah hal selain suara, selain tulisan, selain nyanyian, lukisan, pahatan, airmata, musik, dan gerakan-gerakan yang bisa ku gunakan untuk mengkomunikasikan perasaan...
Karena tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Dan sembari menunggu jalan menuju dimensi tersebut. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah.... terdiam.
• • • • •
🍁🍁🍁
Pagi hari ini sangat indah dengan adanya pelangi menghias angkasa. Berbagai warna tergores dengan indahnya. Warna yang berbeda, menambah nilai seni yang melihatnya. Secara perlahan senyum sang mentari mulai nampak dari ufuk barat, memudarkan pelangi indah yang menghangatkan jiwa. Burung-burung berkicauan riang menyambut datangnya musim semi.
Seorang gadis berjalan memapakkan kakinya di sepanjang jalan di daerah Incheon, berjalan menuju taman disekitar tempat tinggalnya. Hawa dingin pagi membuat suasananya menjadi lebih tenang.
Ia memakai blus warna biru muda dengan kerah berbentuk V dipadukan dengan rok berwarna coklat tua selutut serta sepatu flat warna cream yang dipakainya. Dengan rambut panjang terurai indah sambil sesekali tangannya membenarkan letak headset ditelinganya, dan kemudian bersenandung kecil.
Ia berjalan santai sembari melihat keadaan sekitar.
Dia Yumi. Yah, Namanya Yoon Yumi. Ia kuliah di Universitas Seoul jurusan Seni. Anak tunggal dari keluarga sederhana.
• • • • •
※※※
Gadis itu terus berjalan sembari melihat ke arah sekitarnya. Ia hampir lupa kalau sekarang sudah musim semi. Musim dimana banyak orang yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berdua dengan pasangan mereka masing-masing. Atau hanya sekedar berkumpul bersama keluarga.
Setelah berjalan beberapa langkah akhirnya ia menemukan kursi yang masih kosong dekat dengan tempat bermain anak-anak, tempat strategis untuk menghilangkan penat yang ia rasakan. Daun-daun yang gugur menemani kegundahannya.
Sebuah buku terbuka di pangkuannya, sementara pena yang sewarna dengan matanya mengetuk bibir dalam gerakan konstan. Tak ada yang istimewa pada dirinya, hanya saja ekspresi wajahnya menujukkan keseriusan. Apa yang ia pikirkan? Sementara buku yang ia pegang masih bersih, putih, belum tersentuh warna sama sekali.