Chapter 12

118 11 2
                                        

[ MELAWAN KETAKUTAN ]

﹏﹏﹏
﹏﹏﹏



🏘🏘🏘

Flashback

Malam itu, Suga sedang berjalan sendirian di sebuah gang sepi. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan part-timenya. Ia memakai jaket berwarna hijau army serta topi hitam yang menjadi favoritnya.

Ia melewati gang-gang sempit, menyelusuri terotoar dan jalanan yang sepi. Sampai beberapa menit kemudian ia menghentikan laju kakinya di depan sebuah gudang.

 Sampai beberapa menit kemudian ia menghentikan laju kakinya di depan sebuah gudang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan ia membuka pintu gudang itu. Ia terdiam. Ia menghela nafas panjang. Sampai akhirnya ia mulai memberanikan diri masuk ke dalam gudang itu. Suara derak dari pintu yang sudah mulai berkarat itu menggema di seluruh ruangan.

Bau bensin juga aroma asing menyeruak memasuki indra penciumannya. Semacam bau besi berkarat. Sungguh. Sebenarnya ia tak ingin datang ke tempat seperti ini. Ingin rasanya berlari keluar dari tempat ini, namun sialnya tiba-tiba pintunya tertutup, entah siapa yang melakukannya. Dan yang pasti bukan hantu atau hal yang semacamnya.

Lagi-lagi ia terdiam. Nafasnya tercekat, dan mendadak oksigen yang ia hirup seakan menghilang entah kemana. Atmosfer di sekitarnya tiba-tiba berubah begitu cepat. Rambutnya mulai basah terkena keringatnya, akibat lembabnya ruangan itu karena kurangnya terkena asupan cahaya matahari.

Matanya bergerak awas, melihat ke kanan juga ke kiri.

Perlahan matanya mulai menyesuaikan dengan pencahayaan diruang tempat ia berada. Pencahayaan disini kurang, terlebih debu tebal yang melayang membuatnya sedikit sesak.

Ia memicingkan matanya, mencoba menangkap siluet dua individu itu di pojok gudang itu.

"Hoi, kau yang ada disana, kemarilah!"
Teriak salah satu pria itu, suaranya memantul di dalam ruangan tersebut.

Perlahan namun pasti Suga berjalan mendekatinya. Pria itu memberikan sebuah kursi usang yang sedikit berdebu.

"Duduklah, apa kau sudah membawa apa yang ku butuhkan?" tanyanya lagi sedikit menyeringai, sembari menaikkan kaki kanannya di atas kursi yang berada di sebelahnya.

"Kau tidak lupa kan ini kesempatan terakhirmu untuk membayar hutang ibu tirimu, jika tidak... Hari ini akan ku patahkan kakimu" Tegas seseorang tepat di depan gendang telinganya.

Wajah pria itu menunjukkan sebuah emosi. Wajahnya terlihat memerah, terlihat juga rahangnya yang mulai mengeras seperti dia hendak membunuh Suga.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang