Bagian 2

2.6K 81 4
                                    

Setelah itu...

Adel melewati lorong kelas X untuk sampai ke kelas XI IPA 2 dengan hati-hati. Agar Pak Alex tidak dapat menemukannya.

A.k.a Pak Alex. Guru Bahasa Indonesia yang dijuluki guru terkiller.

Keajaiban sedang tidak berpihak pada Adel.

"Hei, sini kamu!" Teriak Pak Alex.

Adel menelan salfilahnya.

Mampus deh gue.

"Kamu sudah berani kabur ya?!" Teriak Pak Alex lagi.

"Ma-maaf pak."

Dan pada akhirnya Adel pun disuruh ke lapangan untuk hormat pada bendera sampai jam istirahat.

"Mamam tuh hormat. Gak bilang makasih ke orang ganteng, ya gitu deh jadinya," ucap Alfi disebrang sana sambil tertawa terbahak-bahak.

Flashback off

Setelah berceritanya panjang kali lebar itu selesai, Tia bertanya pada Adel,"Tapi lo baik-baik aja kan?"

Adel mengangguk.

"Walaupun gue belum sarapan, tapi mental gue lumayan kuat kelesss."

"Iya deh, kita percaya," kata Rara.

Kemudian Tia bertanya lagi,"Terus lo belum tau siapa nama cowok itu?"

Adel menggelengkan kepalanya.

"Kenapa lo gak liat nametag Nya?" Tanya Rara greget.

"Udahlah, itu gak penting. Ada satu hal yang bikin gue penasaran nih," ucap Adel serius.

Keempat sahabatnya sedikit mendekatkan telinganya pada wajah Adel. Agar terdengar lebih jelas.

"Tadi pas dia ngomong sama Pak Najib, tiba-tiba gue langsung di bolehin masuk. Kalo pas gue yang ngomong mah gak dibolehin. Pilih kasih, dasar! Eegghhh kesel gue!" kata Adel sambil menghentakan kakinya berkali kali.

"Dan yang bikin gue kesel lagi, pas cowok itu ngomongnya cepet pake banget. Dan gue gak tau sama sekali dia ngomong apa. Ngomongnya aja gak ada jeda. Udah kaya kereta expres, blablablablabla,"

"Tapi ada sih satu kata yang gue denger. Kalo gak salah kata 'sekolah'. Yang lainnya gue gak tau deh dia ngomong apa."

Adel menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

Keempat sahabatnya hanya ber'oh'ria sambil mengangguk nganggukan kepala.

"Ngerti gak yang gue omongin barusan? Jangan bilang, kalian gak ngerti?" Adel sudah siap ingin menggelitiki sahabat-sahabatnya itu.

Mereka mengeleng-gelengkan kepala dan tertawa bersamaan.

"Aargghh kalian nyebelin banget si! Samanya yah kalian sama dia. Sama sama nyebelin!" Kata Adel sambil menggelitiki keempat sahabatnya itu.

Hingga terjadilah aksi kejar-kejaran sampai keluar kelas.

Tiba tiba Adel menubruk dada bidang seseorang.

Bruk!

"Aduh, sorry-sorry gue gak sengaja," Ucap Adel sambil mengusap-usap dada yang di tabraknya dan menunduk.

Namun orang yang ditabraknya itu tidak menjawab ucapannya.

Adel pun langsung menengadahkan kepalanya, sehingga ia bisa melihat wajah orang tersebut.

Adel terkejut dan reflek mendorong tubuh cowok itu.

"Lo lagi! Lo lagi! Bosen gue liat lo!" gumam Adel pelan namun bisa didengar oleh cowok itu.

"Eh emangnya gue enggak bosen liat muka lo yang kaya perkedel gitu?! Udah nubruk bukannya minta maaf, ehh ini malah yang ditabraknya yang di omel-omelin. Mau lo apa si?! Pas tadi pagi udah gue tolongin tapi lo enggak bilang makasih, malah kabur. Lama-lama gue jadi gila kalau ketemu lo terus," kata Alfi kesal dan langsung meninggalkan Adel tanpa basa basi.

Adel pun melipatkan kedua lengannya dan tidak menghiraukan ucapan cowok tadi.

Hidup-hidup gue,kenapa dia yang ribet.

Kemudian Adel mendapatkan tatapan intens dari keempat sahabatnya.

"Kenapa? Kok kalian natap gue gitu," ucap Adel heran.

"Iiih lo gila ya?! Lo udah berani ngelawan dia. Dia itukan Most Wanted di sekolah kita," kata Zulfa sedikit kesal.

"Dan dia itu anak dari keluarga Biostoro. Itu berarti dia juga yang punya sekolah ini," jelas Bina yang juga sedikit kesal.

"What?! Tadi lo bilang apa? Dia yang punya sekolah ini? Demi apa lo?" Adel terkejut.

Adel melihat sekelilingnya. Begitu banyak cewek-cewek yang menatapnya sinis sekaligus menyinyirnya.

Tumben banget si Adel gak cuek ke cowok.

So jual mahal.

Jutek-jutek kok kalo ke doi gue gitu, so iya banget.

Berani-beraninya dia ngelawan Alfi.

Dan masih banyak lagi.

Waduh gue lagi masuk zona merah nih. Liat aja tuh cewek-cewek pada muncul tanduk.

Tapi bay the way, kan yang punya sekolahan ini bokapnya bukan dia. Berarti ngapain amat gue takut. Ya kan?

Ah tapi nanti kayak di drama-drama lagi.

Yang perintah dari anak kesayangannya slalu diturutin.

Argghh..

Seketika ia baru sadar kalau keempat sahabatnya sudah tidak ada di hadapannya.

"Anjir gue ditinggalin."

Adel melihat sekeliling.

"Lah pada mencar gini sih. Gue kan jadi bingung mau samperin siapaa?" tanya Adel pada dirinya sendiri.

Akhirnya Adel pun memilih menghampiri Tia yang sedang berjalan menuju kantin.

Karena diantara yang lainnya, yang paling mengerti hati dan pemikiran Adel hanyalah Tia.

Untunggg Adel sahabat gue, batin Tia sambil mengusap-usapkan dadanya.

Setelah Adel berlari cepat, akhirnya ia sampai juga sejajar dengan Tia.

"Hosh...hosh... lo yah hosh...hosh... dipanggil bukannya berhenti dulu... hosh...hosh... Cape nih gue dari tadi...hosh...hosh... lari-larian...hosh... hosh...," Ucap Adel disela mengatur nafasnya.

Lalu Tia menjawab pada Adel dengan nada awalnya rendah menjadi naik satu oktaf, "Adel.... EMANGNYA LO DOANG YANG CAPE!! GUE JUGA CAPE TAU NGOMONG SAMA LO!"

Kalau Tia udah ngebentak gini,berarti dia beneran kesel nih.

Kemudian Adel meminta maaf dengan menampilkan puppy eyes-nya.

"Sorry.. iya gue tau kok, gue salah. Lo kan tau sendiri, kalo gue itu otaknya pas-pasan. Jadi maklumin aja ya. Lo jangan gini dong ke gue, please..."

Tia pun bergidik, merasa jijik karena tingkah Adel yang penuh dengan drama.

Seketika Tia malah tertawa dan Adel pun ikut tertawa.

Begini nih kalo lagi bareng sahabat. Gila, batin Adel dan Tia bersamaan.

Tia pun memaafkan Adel.

Karena dalam persahabatan mereka (Adel, Tia, Zulfa, Bina dan Rara) jika ada masalah sepele jangan di perbesar nanti bisa hancur. Apalagi, persahabatan mereka sudah akan menjalani 2 tahun.

Adel dan Tia pun saling merangkul sambil melanjutkan jalannya menuju kantin.

Dan tidak lupa mengajak yang lainnya untuk bergabung.

***

Jangan lupa di kasih bintang dan komen!

Salam hangat,
Partisijingga.

BENCI Menjadi CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang