MOS *Part 7*

39 4 2
                                    


>hufth.. akhirnya di post juga, nih Author baru aja pulang dari Jakarta gengs.. hehehe.. jadi sesuai janji, ada Post double-double yaks.. happy reading gengs<

>MOS *Part 7*<

"iya kak" aku menghapus air mataku dan masih tersedu-sedu aku berlari menuju parkiran. Akupun mengayuh sepedaku kuat-kuat agar bisa sampai di rumah kak Juna lebih cepat...

Di jalan, pikiran ini semakin kacau dan kacau. Kabar tentang kak Juna yang katanya sakit, membuat perasaan ini semakin was-was. Sebenarnya ada apa denganku, kenapa aku segitu khawatirnya dengan kak Juna ?. Aneh dan sangat aneh.

Setelah sampai di alamat rumahnya kak Juna, gw langsung mengetuk pintu gerbang yang saat itu terkunci rapat.

"teng..teng..teng, permisi ? kak Juna ?" aku teriak. Kemudian keluarlah seorang wanita paruh baya yang sedang membawa sapu.

"iya sebentar, adek cari siapa ?" Tanya ibu tadi dengan ramah

"apa benar ini rumahnya kak Juna, bi" tanyaku pelan

"iya benar, dia sedang sakit dek. Adek langsung ke kamarnya saja, ada di lantai dua. Adek namanya Brian bukan ?." Tanya ibu tadi

"i.. iya benar" jawabku bingung

"ohh ya udah.. langsung masuk aja den.. ayo" mempersilakan masuk. Gw pun langsung naik ke lantai dua dan mengetuk pintu kak Juna.

"tok..tok..tokk.. kak Juna..." gw memanggilnya

"...." Tidak ada jawaban, saat gw pegang gagang pintu "krekk" tidak dikunci.

Gw langsung masuk dan mendapati kamar kak Juna kosong, aku clingak clinging di kamar kak Juna sendirian. Kamar yang luas jika hanya ditempati seekor manusia aja. Ehh.. desainnya elegan dengan rak buku yang berjajar serta buku komik yang ditata rapi membuat kesan ruangan ini semakin simple dan berkelas.

Saat gw masih dalam lamunan gw, gw dikejutkan dengan tangan yang melingkar di pinggang gw.

"brian, akhirnya kamu mau datang menemuiku... uhukk.. uhukk" kata kak Juna ter batuk-batuk. Lantas gw berbalik badan dan memeluknya

"kak Juna, kenapa ? kenapa ?" gw menitikan air mata "kakak harus sembuh, harus sembuh" tapi kak Juna nggak membalas pelukan gw. Dia lemas dan pingsan

Gw membantu mengangkat kak Juna ke ranjangnya. Gw goyang-goyangkan tubuhnya "kak Juna bangun... kak"

"kamu kenapa nangis haa ? dasar lemah" kata kak Juna pelan

"...." Gw diam memandang wajahnya yang kulihat.. arghh gw ga bisa gambarinnya (wajah yang penuh dengan keiinginan yang mustahil akan terwujud... gitulah pokoknya)

"aku seneng kamu dateng.. uhukk... a..aku sayang kamu.. boleh kakak minta satu hal sama kamu ?" Tanya kak Juna

"apapun itu kak, bakalan coba brian kabulin" gw sukur jeplak waktu ngomong

"sebenarnya ini penyakit udah lama, aku kena sakit paru-paru yang sudah kronis. Aku percaya sama kamu bakal bilang gitu. Jadi biarin aku tenang, peluk dan tidurlah disampingku.." pinta nya

"i..iya kak" gw taroh tas dan naik keranjang. Tidur disamping nya dan memeluknya. Entah perasaan dari mana ini, aku merasa nyaman saat ada dalam dekapan kak Juna. Tapi wajahnya yang sekarang pucat bener-bener bikin gw takut dia kenapa-napa.. hufthh

Tak lama kemudian kak Juna tertidur, akupun menyelimutinya. Ehh tapi ada yang aneh dengan tidurnya, gw coba denger dadanya. Gw cek nafasnya.

"kak Junaaaaa...." Aku teriakkk sekencang-kencangnya hingga bibi tadi datang

"ada apa dek ?" dia panik

"kak juna... kak Juna gak napas" aku lemes. Bibi tadi mengecek kak Juna... dan dia menangis.

"innalillahiwa'inaillahiroji'un... adenn" dia menangis dan mengambil ponsel. Dan menelpon seseorang. Gw nggak tau apa yg udah terjadi, saat gw bangun. Gw udah ada dirumah, apa itu Cuma mimpi ?. aku pun berlari keluar dan mengambil sepedaku dan mengayuhnya menuju rumah kak Juna. Saat sampai disana aku langsung mengetuk pintu gerbang yang saat itu juga terkunci rapat. Dan akhirnya bibi tadi membuka pintu.

"bi aku mau ketemu kak Juna" aku langsung masuk dan berlari masuk kedalam kamar kak Juna. Sepi, semuanya kosong dan rapi. Aku terduduk lemas, dan dipundakku di tepuk oleh bibi.

"adek, ini ada titipan dari den Juna." Kata bibi sambil kasih amplop

"apa ini bi ?" Tanya ku sambil mengusap air mata

"buka aja dek, sebelum den Juna meninggal dia sering cerita sama bibi soal anak yang buat dia bertahan sampe sekarang. Dia kesepian dek, orang tuanya bercerai dan ayahnya menikah lagi. Dia bibi rawat dan dibiayai sama ibunya yang bekerja di luar negeri. Bibi udah tau kalo den Juna itu beda sama anak laki-laki yang lain, dia pengen banget katanya deket sama adek. Tapi Tuhan berkata lain. Sekarang ibunya sedang tidak boleh pulang sama majikannya, ayahnya tidak peduli. Dan saat pemakaman pun maaf adek terpaksa bibi antar pulang...dan" saat bibi mau melanjutkan kata-katanya aku berlari keluar dan mengayuh sepedaku menuju pemakaman.

Mungkin ini kejadian paling dramatis dan paling nggak mau aku ingat selamanya. Tapi semakin aku mau melupakan, semakin ingat lebih dalam lagi kejadian ini.

>BAB 1. END<

>Hiksss Lanjut.... Next BAB guys...<


Two RingsWhere stories live. Discover now