"Git nilai lo di mata kuliah nya Ibu Widia dapat E"
"WHAT?!"
Hah, yang benar saja Gita mendapatkan nilai E di mata kuliahnya Ibu Widia padahal itu salah satu mata kuliah yang paling utama di fakultasnya, Gita baru saja menyadarinya bahwa apa yang terjadi akhir akhir ini membuat Gita lupa dengan kuliahnya sendiri, sampai sampai Gita tidak memberikan tugas yang Ibu Widia berikan saat itu, tapi bukan nya Gita sudah memberikan bahan mata kuliahnya kepada Oviani, dan Oviani yang akan mengerjakan nya karena itu memang tugas kelompok dan Gita ikut serta dengan kelompoknya. Gita menepak jidatnya keras – keras karena jika nyokapnya tahu tentang ini apa yang terjadi kira kira sama Gita? OMG ini sungguh membuat Gita merasa frustasi. Bisa bisa Gita tidak dianggap anak lagi dikeluarganya.
"Kan gue waktu itu udah ngasih bahan presentasi kan sama lo vi? Ko bisa gue dapet nilai E?"
"Lo ga hadir pas di jam nya Ibu Widia, tahu sendiri kan lo Ibu Widia kalo soal masalah Nilai ga main main, gue udah nelfon lo waktu itu tapi nomor lo sibuk mulu"
"24 SKS gue kelar sudah gaes" Gita menghela nafas kekesalan nya.
***
Dilapangan terlihat sebuah team basket yang sedang latihan memasukan bolanya kedalam ring, ternyata itu adalah team nya Ganang, begitu juga Andre yang memang satu tim dengan nya, Dulu yang memimpin team basket ini adalah Andre, namun ketika kehadiran Ganang kini semua beralih kepada Ganang, Ganang terpillih menjadi kapten basket yang sebelumnya adalah Andre, apa mungkin di antara keduanya tercipta sebuah konflik hanya karena Andre tidak menyukai bahwa Ganang terpilih menjadi kapten untuk menggantikan posisinya?
"Apa Gita sudah menerima cinta lo bro?" Andre berhenti tepat di hadapan nya Ganang dengan memantul mantulkan bola basketnya, sedangkan Ganang mencoba untuk menghalangi Andre yang ingin melewatinya memasukan bola kedalam ring. Mata keduanya saling menatap sinis.
"Bukan urusan lo" Ganang berusaha merebut bolanya dari tangan Andre, namun Andre berhasil lebih cepat untuk memasukan bolanya kedalam ring.
"Woooooooo.... Yeeeeeeee" Sorak bahagia siswa kampus yang tengah sedang menonton nya karena Andre telah mencetak poin.
Andre melangkahkan kakinya dengan kedua tangan di pinggannya dia memutarkan kepalanya karena mungkin merasa lelah dengan permainan ini "Lo yakin?" Dia melewati Ganang begitu saja dengan mendorongkan bahunya ke bahu Ganang yang sedang berdiri di tengah lapangan.
"Hey brengsek!" Ganang memalingkan badan nya dengan melemparkan bola basket sehingga tepat terkena punggung Andre. BUGG!!! Andre menghentikan langkah kakinya tanpa bebalik arah, sedikit wajah Andre mengernyitkan dahinnya karena mungkin ia merasakan sakit di punggungna dan berubah menjadi emosi. Namun Andre memilih mengabaikan begitu saja melanjutkan langkah kakinya untuk meninggalkan lapangan.
"Gue ga akan biarin lo buat ambil Gita dari gue, gue ga akan biarin lo buat ngelakuin hal yang sama seperti dulu. Inget ndre Gita milik Gue" Ganang berbicara di dalam hatinya dengan melihat Andre menjauh dari pandangnya. Ganang sangat kesal wajah nya menahan amarah emosinya meluap, Ganang khawatir jika Gita akan menolaknya dan lebih memilih Andre sebagai gantinya, dan Ganang sangat khawatir jika Andre memang berniat merebut Gita dari Ganang. Bahkan bisa membuat Gita akan jatuh cinta dengan nya, tidak. Ganang tidak ingin itu terjadi. Soal merebut? Memang Andre pernah melakukan hal yang sekiranya itu milik Andre? Bagaimana bisa bahasa Merebut terlontarkan dari mulut Ganang terhadap Andre? Sedangkan Evi mantan sebelumnya Gita. Apa pernah ada konflik di antaranya?
***
Naya masih sedang dalam pemulihan nya namun Naya sekarang sudah boleh pulang dari pihak dokter, namun belum di perbolehkan oleh kedua orang tuanya untuk melakukan rutinitasnya. Begitulah mungkin itu hukuman bagi Naya karena selama ini tidak menjaga dirinya dengan baik sehingga Naya jatuh sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise & Treason.
Teen FictionKepercayaan yang telah lama hilang, kini dia mencoba untuk meyakinkan kembali hingga pada saat nya rasa pengkhianatanlah yang ia dapat. "Lantas kenapa tidak menyerah saja, bukankah sejak awal semuanya sudah jelas? akhir bahagia itu bukan milik kita"...