Chapter 4

201 5 3
                                    

Hari terus berjalan dan waktu terus mengalir mengiringi kehidupan Eve serta masalah masalah yang harus dia hadapi perlahan semakin rumit.

Masalah yang kian membingungkan membut Eve lebih asik sendiri. Semuanya berubah dalam beberapa detik. Ini masalah yang rumit.

Eve tidak tau harus mulai menyelesaikannya dari mana. Eve terus memukul mukulkan pulpen pink di kepalanya.

Sakit di kepala Eve kian bergejolak. Eve mencoba untuk tetap tenang tapi sayang sakit di kepalanya makin menjadi.

"Sakit..." ucap Eve sambil memegangi kepalanya yang sakit.

Sekilas beberapa bayangan kabur melintas di kepalanya.

"Get out, celine!"

"Mom! Dad!"

"Hurry up, celine!"

Tiba tiba saat Eve tengah tenggelam dalam ingatannya. Ada yang memegang bahu Eve.

"Are you okay?" tanya Alvin khawatir.

"Em.. Eve mau ke taman." ucap Eve sambil menatap wajah Alvin

"Yaudah, ayok." ucap Alvin mengiyakan kemauan Eveline.

"Eve.. Mau pergi sendiri aja." ucap Eve ragu. Pikirannya saat ini kosong dia tidak tau apa yang sedang dia lakukan.

"Gak!" Alvin langsung menjawab dengan cepat saat Eve meminta sesuatu yang tidak mungkin.

"Ayolah,sebentar saja"Rengek Eve seperti anak kecil.

"Hm .. Keras kepala"Pungkas Alvin mengiyakan kemauan Eve.

Mereka pergi ke taman dekat dengan rumah.Eveline hanya termenung di kursi taman menatapi rumput yang ditendangi nya sejak tadi.

"Dulu,kami selalu pergi ke taman saat hari Minggu."Eveline mulai bercerita tentang masa lalunya.

"Aku selalu berbaring di pundak Ayah,dan kakak ku berbaring di pundak Ibu hingga aku dan kakak tertidur."

"Mungkin sekarang aku hanya bisa merasakannya lewat mimpi"

Alvin tak tega melihat mata Eve yang sudah berkaca-kaca.

"Kamu salah.Kamu masih dapat merasakannya sekarang.Sini,berbaringlah di pundak ku"

Tangan Alvin menarik tubuh Eve ke pundaknya.Kini ia berbaring di pundak Alvin sembari memejamkan mata nya seperti dulu kala.

"Tenang saja,disini ada Alvin.Dulu Alvin pernah bilangkan,orang tua Alvin itu juga orang tua mu.Kak Ferdi itu juga kakak kamu sendiri.Kamu bukan orang asing disini.Kami sudah menganggapmu sebagai bagian dari keluarga Mahendra." tutur Alvin sambil mengusap-usap rambut Eve dengan penuh kasih sayang.

"Benarkah ?" tanya Eve.

"Bahkan bagiku seorang Eveline lebih dari sekedar saudaraku" Gumam Alvin tak sadar.

"Jadi Maksudnya A.."

"Maksudnya ya kamu itu saudara ku yang paling nyebelin hehe." Balasnya mengalihkan pembicaraan.

"What ? Begitu ya?" Eve bangkit lalu memasang wajah cemberut nya.

"Eh,enggak.Maksudnya Eveline adalah saudaraku yang paaaliing cantik" Ujar nya mencubit pipi Eve.

"Aaw...Apa bisa lebih keras lagi ?" Tangan Eve mengelus-elus pipinya sendiri.

"Bisa saja kalau kau meminta nya" Lagi-lagi Alvin menggoda Eve tanpa ampun.

Tiba-tiba terdengar suara motor sport dari arah belakang yang suara nya sudah tidak asing lagi bagi mereka berdua.

"Ekhem,sorry mengganggu" Goda Rio menghampiri mereka berdua

The Time [ COMPELETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang