Chapter 7

150 5 0
                                    

Tinggal menghitung jari lagi keberadaan Eve di indonesia. Bisa di bilang lusa kakak Eve, Leslie, akan datang menjemput Eve.

Di dalam hati Alvin merasa sangat sedih. Di sisi lain juga dia bahagia. Rasa yang campur aduk seakan akan berpadu jadi satu dalam hati Alvin.

"Alvin..." panggil seorang gadis cantik yang tak lain lagi adalah Eveline.

"Hn..?"

"Alvin..." panggil Eve sekali lagi sambil senyum-senyum.

"Iya..?" Jawab Alvin lagi.

"ALVIN...!!!" Teriak Eve di telinga Alvin.

Teriakkan yang cukup membuat gendang telinga Alvin pecah dalam hitungan kurang satu detik.

Alvin mencoba menarik nafas perlahan. Menariknya dari hidung dan menghembuskannya lewat mulut.

"Lu ngajak berantem yaa?" Ucap Alvin seraya berdiri dari kursi yang dia duduki dari tadi.

"Iya, ALVIINN....!!!!" Teriak Eve sekali lagi di telinga sebelah kiri Alvin.

Membuat Alvin menutup kedua telingannya. Emosi yang sudah memuncak sampai di kepala Alvin.

Alvin berubah menjadi iblis yang sangat menyeramkan yang siap menerkam Eve kapan pun dia mau.

"A-alvin" ucap Eve terbata.

"Eveline!!"

Eve yang kini ketakutan melihat tampang menyeramkan Alvin langsung lari menuju halaman belakang rumah.

Dengan senang hati Alvin mengejar mangsanya itu. Mengejar Eve dan kemudian menangkapnya.

"Alvin, lepasin. Iya, iya, Eve gak akan nakalin Alvin lagi." Ucap Eve menyerah.

"Ogah, gue pengen masak lu dalam microwave." Jawab Alvin sambil terus menahan tubuh Eve yang meronta ronta ingin di lepaskan.

Alvin melihat ke sekilingnya mencari benda yang bisa mengikat tubuh Eve.

Sebuah lampu ide muncul di atas kepala Alvin saat dia melihat kolam di halaman belakang rumah mereka.

"Kalau lu mau gue lepasin. Gue pengen gendong lu kek di film film sinetron." Ucap Alvin. Ada udang di balik batu.

"Hmm...?" Eve menatap Alvin dengann heran.

"Kebanyakan makan micin lu, vin."

Muka datar jelek terbentuk di wajah Alvin. Mendengar ucapan Eveline yang menusuk sampai ke lubuk hati yang paling dalam.

Tanpa aba aba lagi Alvin yang makin kesal di buat Eve. Langsung menggendong tubuh Eve dan melemparnya masuk ke dalam kolam renang.

"Hahahahha... Rasain tuh." Ucap Alvin sambil tertawa penuh kemenangan.

Eve keluar dari air dan berlarian menuju pinggiran kolam. Mengambil satu buah pistol air.

Wusshhh...
Semprotan air mengenai mulut Alvin yang tengah menga nga lebar menertawakan Eveline.

"Uhuk... uhuk..."

"Sadis lu, Eve. Kejam banget." Ucap Alvin yang masih terbatuk batuk.

"Hahaha... rasain tuh, rasain." Ucap Eve sambil terus menembaki Alvin dengan pistol airnya.

Alvin harus lari jika tidak ingin basah kuyub. Namun kemalangan menghampirinya, dia terpeleset dan langsung tercebur kedalam kolam juga.

Membuat tawa Eve kian menjadi saat melihat cara Alvin jatuh ke dalam kolam.

Bisa di bilang mereka bermain air di halaman belakang rumah membuat sebuah kenangan yang tak akan mungkin bisa di lupakan Eveline.

Tanpa sadar mereka bermain air hingga menjelang jam 5 sore. Alvin dan Eveline memutuskan untuk menyudahi permainan mereka.

Alvin berlarian ke kamarnya begitu pula dengan Eveline.

Seusai mandi, mereka makan malam seperti biasanya. Namun, begitulah hanya mereka berdua. Karena seluruh anggota keluarga mereka sangatlah sibuk.

"Vin, jalan jalan yuk. Bosan nih." Ucap Eveline sambil bersandar manja di bahu Alvin di ruang keluarga.

"Mau jalan jalan ke mana? Taman lagi? Bosan ah." Ucap Alvin.

"Gak ke taman. Ke pantai aja yuk. Ini lagi bulan purnama pasti di sana indah banget."

Eveline mulai berceloteh menceritakan keinginannya yang sangat ingin jalan jalan ke pantai.

"Hmm... Udah malam, Eve."

"Alvin.." rengek Eveline.

"Iya, iya, ayok kita go. Jangan lupa pakke jaket sama topi. Di sana dingin pasti." Ucap Alvin kemudian berdiri berjalan menuju kamarnya.

"Asiik. Okkey." Ucap Eve kegirangan.

Setibanya di pantai, Eve langsung berlari menuju ke tepian pantai.

Merdunya suara ombak malam seolah memecah keheningan di malam itu.

Indahnya rembulan menerangi mereka berdua yang duduk bersebelahan di atas pasir putih yang jadi saksi bisu di antara mereka berdua.

Angin sepoi sepoi yang menambah suasana romantis saat itu benar benar mampu membuat deguban kencang di jantung kedua pemuda pemudi yang tengah di mabuk asmara.

Meskipun Alvin tau sebentar lagi mereka akan segera berpisah. Dalam hati Alvin berharap agar waktu bisa berhenti. Dan bisa tetap terus seperti ini.

Satu yang ada dalam pikiran Alvin. Kenapa harus ada perpisahan di setiap pertemuan?

Tiba tiba Eveline mengucapkan satu hal yang tidak seharusnya dia tanyakan di momen seromantis ini.

"Lusa aku akan segera pergi. Apa kau tidak akan sedih, Alvin?" Ucap Eveline sambil menatap lurus ke arah lautan.

"Berjanjilah padaku untuk tetap mengingatku meskipun kita harus berpisah jarak dan waktu."

To Be Continued...

The Time [ COMPELETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang