-Bab 10-

1.6K 110 0
                                    


Lyra melihat sekeliling, mungkinkah ada yang bisa telepati? Atau menjadi siapa Slavic menyamar? Delapan belas hari. Delapan belas. Kurang dari satu bulan, hanya lebih empat hari dari dua minggu.

Sebuah tangan menyentuh pundak Lyra, membuat gadis itu terkejut bukan main, ia hampir berteriak.

"Lyra, kamu tidak apa-apa?" Lucas bertanya. "Kamu berkeringat." Imbuhnya, ia menatap kening, hingga tengkuk leher Lyra yang di aliri keringat.

"Aku—aku baik-baik saja." Jawab Lyra. "Hanya sedikit pusing."

"Kamu mau aku antar ke ruang kesehatan?" Abigail menawarkan.

Namun jawaban yang keluar dari mulut Lyra hanya, "Tidak. Tidak usah, tidak apa-apa." Lyra menyeka keringatnya dengan sapu tangan handuk yang dia bawa, "Ayo kita ke kelas."

Sepanjang pelajaran, Lyra hanya memegangi kepalanya. Walau Slavic sudah tidak berbicara lagi, kata-katanya masih berkelebat di benaknya.

Aimee, Madeline, Amber, Art, Thomas, Clyde, Abigail, Miles, dan Josh. Kamu akan kehilangan mereka. Cepat atau lambat.

Aku Slavic. Kamu akan ku tuntun dalam delapan belas hari menuju kematianmu.

Lyra... Lyra... Suara lagi, Lyra semakin panik, matanya membelalak, mencari-cari, apa mungkin itu suara dari dalam kepalanya lagi? Apa mungkin Slavic sedang menggerogoti pikirannya?

"LYRA!" Teriak Lucas.

Lyra bangun dari lamunannya, kemudian menatap Lucas yang memandangnya. Posisi duduk laki-laki itu persis di hadapan Lyra.

Lyra juga baru menyadari, seisi kelas memperhatikannya.

"Nona Meyer? Apa anda baik-baik saja?" Ms. Chang bertanya, pelajaran geografi itu sampai berhenti beberapa menit untuk membangunkan Lyra dari mimpi di siang bolongnya.

"Maaf, Ms. Chang, aku hanya lelah." Jawab Lyra, melambaikan tangannya, menandakan kalau ia tidak apa-apa. "Aku butuh istirahat."

Tiba-tiba, Lucas menyela, "Ms. Chang, bisakah anda izinkan kami pulang? Aku rasa, Lyra butuh istirahat di rumah satu hari saja."

Ms. Chang terdiam sesaat, "Aku akan memberi surat pengantar ke prinsipal dulu." Jawabnya pada akhirnya.

Sementara Ms. Chang menulis surat pengantar, Lucas terus mengajak bicara gadis itu supaya tidak kehilangan kesadarannya lagi.

"Apa yang kamu lihat, Lyra?" Lucas bertanya.

"Bukan apa-apa." Jawab Lyra, menepis pertanyaan Lucas. Lyra menggigit bibirnya, "Apakah sindrom Death's Mark bisa melihat kematian kita sendiri?" tanya Lyra.

Lucas mengedikkan bahu, kemudian menyadari sesuatu, ia memegang kedua bahu Lyra, menatap gadis itu lekat-lekat, "Jangan bilang, kamu barusan melihat kematianmu sendiri?"

"Apa?" Lyra merasa bodoh melontarkan pertanyaan untuk pertanyaan.

"Kamu tidak melihatnya 'kan?" Lucas bertanya sekali lagi.

"Oh astaga, tidak." Jawab Lyra.

Lucas menghela napas lega, hal itu semata-mata membuat Lyra tersenyum. Entah perasaan apa yang mengaliri Lyra, namun kehadiran Lucas di sisinya membuat gadis itu lebih tenang.

"Baiklah, Lyra, kamu silahkan ke ruang kepala sekolah." Ucap Ms. Chang menyerahkan sepucuk surat pengantar. Lyra menerima surat yang di serahkan. Lucas mengikuti di belakangnya, namun dadanya di tahan oleh Ms. Chang. "Oh, Lucas Doyle, apa yang mau kamu lakukan?" Ujarnya.

Death's Syndrom : DEATH'S MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang