-Bab 22-

459 59 6
                                    

"Bukan Lucas." Ucapnya, "Aku Slavic."

"Kami tidak tau apa maumu, tapi kami sedang tidak ingin berperang sekarang." Ucap Aimee bijak.

"Oh, Aimee kamu sungguh berbeda. Aimee yang kukenal tidak pernah mencari kedamaian." Ucap Bower lembut, namun terkesan menghina.

Thomas masih memeluk tubuh tak berdaya Rebecca. Gadis itu sudah tidak lagi bernapas, sementara Lyra, dia masih syok mengetahui pria yang selama ini dicintainya adalah musuh terbesarnya.

"Apa maumu?" Clyde yang biasanya tenang, kini dipenuhi amarah. Pria berkulit gelap itu mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak melepaskan pedang dari sarungnya.

"Kamu tau kalau kami sudah lelah dengan dewa kematian itu." Ucap Bower, "Sudah saatnya aku memimpin era baru."

Clyde terdiam, kemudian sesuatu melintas di pikirannya. "Penunduk. Kamulah sang penunduk."

Tawa Bower menggema di sekeliling pekarangan. Kini, mereka tau mengapa protector bisa ditembus. Itu semua karena musuh dalam selimut.

"Luke, sadarlah! Ini bukan dirimu!" Lyra mulai bergelimang air mata.

"Maaf, Lyra, tapi kenyataannya, Luke itulah yang bukan diriku." Lucas tersenyum tipis, "Kamu salah satu yang paling sulit kutaklukan."

"Brengsek!" Carina berteriak, kemudian melemparkan tombaknya ke arah Lucas, namun dengan mudah tombak itu ditangkap oleh tangan kosongnya.

Lucas menggerakan tangannya, seolah sedang mencekik. Carina terangkat, ia merasa napasnya tercekat.

"Carina!!" Lyra berteriak. "Luke, kumohon hentikan!!" Lyra setengah menangis.

Lucas menurunkan tangannya, menyebabkan Carina terhempas ke tanah. Gadis itu terengah-engah.

"Tenanglah, Slavic." Ucap Bower. "Lyra, aku ingin kamu ikut dengan kami. Ada yang ingin kami bicarakan."

Aimee secara refleks merentangkan tangannya, menghalangi Bower untuk menghampiri Lyra. "Kamu tidak bisa seenaknya." Ucapnya.

Bower tertawa, kemudian menusuk Aimee. "Kamu bukanlah prajurit yang kuharapkan, Aimee." Aimee memegangi perutnya, kemudian menatap tangannya, berlumur darah. Wanita itu jatuh tak berdaya di hadapan Bower.

Lyra menangis, ia tidak bisa melakukan apa-apa, mimpinya kala itu sungguh terjadi.

Suara teriakan Thomas mengalihkan perhatian, lelaki itu menembakkan panahnya bertubi-tubi namun berhasil di tangkis oleh Bower. Kemudian tangan Lucas bergerak, meninju angin. Namun dengan ajaib membuat Thomas terjatuh.

Clyde menembakkan belatinya, dengan mudah Lucas menghindar. Mereka berdua sungguh sulit ditaklukan. Mereka berperang, seolah sedang bermain.

Sampai akhirnya, Amber melempar pisaunya, menusuk tepat di telapak tangan Bower, menyebabkan pria tua itu meringis, melepaskan pisaunya. Wajahnya tampak dipenuhi amarah, "Darahku..." Gumamnya pelan, "Darahku sebagai dewa tidak boleh terbuang!" Teriakkannya mendapat respon dari kerumunan Pengendara. "Bunuh mereka!!!"

Para Pengendara berseru, mereka maju, pasukan Reaper's Angeles siaga, menghadapi ribuan pasukan Pengendara. Amber bersiul, kemudian muncul asap yang mengaburkan pandangan. Ketika asap lenyap, kawanan monster berada di belakang mereka.

Monster-monster itu berjumlah cukup banyak, tinggi 8 kaki, dengan taring dan wajah seperti serigala, tangan seperti kepiting, dan ekor seperti kucing.

"Mereka di pihak kita." Ucap Amber memberi tatapan tenang.

"Moor." Ucap Clyde, "Aku tidak tau kamu bisa memanggil Moor."

Amber mengedipkan sebelah mata, kemudian memerintah para Moor menggunakan bahasa Yunani kuno.

Para Moor maju di garis depan, suara mereka seperti singa, mereka mulai mengoyak dan mencabik-cabik para pengendara.

Di lain sisi, Lyra berusaha menyelamatkan teman-temannya. Ia tau beberapa teknik pertolongan pertama, ayahnya dulu adalah seorang perawat.

Namun seketika suara bisikan terdengar di telinganya.

"Aku sudah bilang, kamu akan mati dalam 18 hari."

Seketika, Lyra tidak bisa bernapas, pandangannya mulai kabur, namun sudut matanya menemukan sosok Lucas dengan tatapan tanpa ampunnya.

Hal terakhir yang ia dengar adalah suara Thomas yang meneriakkan namanya. []

Death's Syndrom : DEATH'S MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang