-Bab 20-

1.7K 128 10
                                    

Lyra duduk diam di kasurnya, mendekap kedua lututnya, menempel pada dada. Gadis itu sudah mengalami skenario terburuk yang bahkan tidak dia mimpikan di sindromnya. Selesai sudah, ia kehilangan satu lagi orang penting dalam hidupnya. Duduk dalam keadaan seperti ini, layaknya ia mengalami Dé Javu, membawanya kembali pada ingatan hari-hari dimana dia kehilangan Leon.

Suara ketukan di pintu, Lyra mempersilahkannya masuk.

Aimee.

Gadis itu tampak tegar, bahkan dengan matanya yang sudah berkantung itu.

Dia juga pasti memikirkanmu.

"Hai." Sapanya pelan. Wanita itu menghempaskan bokongnya di atas kasur, di sisi Lyra.

Diam. Mereka hanya diam.

"Kamu tau," akhirnya, setelah keheningan yang panjang, Lyra mulai berucap, "Aku pernah bermimpi. Sebuah mimpi yang indah, namun menyakitkan."

Aimee nampak memerhatikan.

"—aku dan Luke pergi ke taman, kami bermain hujan. Tubuh kami basah kuyup, kemudian Luke berkata—aku akan pergi.—

"Aku akan pergi, Lyra."

Lyra menatap Luke bingung, ia ingin sekali menghalangi lelaki dihadapannya itu untuk pergi. "Kemana?" Lyra bertanya. Suaranya yang berbisik lembut di tengah derasnya hujan.

"Jauh. Ke suatu tempat." Jawab Lucas.

Sebesar apapun Lyra ingin menghentikannya, yang keluar dari mulut gadis itu justru, "Kalau begitu aku akan menunggu. Kecuplah aku sebagai janji, dan tersenyumlah untukku."

Lucas tersenyum.

"Kalau memang itu membuatmu tersenyum, aku ingin kamu membiarkanku membuatmu tersenyum. Senyummu adalah senyumku." Mereka pun menutup jarak di antara mereka. Mereka berciuman di derasnya hujan.

"Maaf, aku tau itu konyol." Lyra berkata usai bercerita.

Namun Aimee tersenyum, "Perpisahan yang indah." Ucapnya. "Kami semua bersedih, Lyra. Lucas sudah seperti keluarga kami sendiri."

Lyra tau itu. Ia tau sekali akan hal itu.

"Apa kamu mau keluar?" Ajak Aimee, ia bangkit dari sisi Lyra. "Menurut pandanganku, mimpimu itu adalah pesan dari Luke agar kamu selalu tersenyum."

Lyra menengadah, menatap wajah Aimee, kemudian bangkit. "Oke." Jawabnya.

Mereka akhirnya keluar dari kamar, menatap halaman baru, merasakan segarnya udara, terdengar suara pertengkaran antara Carina dan Thomas dari ruang tamu, seperti biasa, karena hal kecil. Becky sedang memasak di ruang makan, ditemani oleh Clyde, yang terus berusaha mencicipi makanan dengan sepiring penuh nasi. Lyra tertawa kecil, tawanya menggema di seisi rumah, semua menyambut kedatangan Lyra. Ia tidak sendirian.

Setidaknya begitu—sampai sebuah ledakan terdengar lagi.

Hanya ledakan kecil, semua menoleh ke arah suara, hening. Sekarang hening. Hening yang tidak biasa, terasa begitu sunyi.

Jeda beberapa detik, terdengar suara undakan di halaman belakang. Seketika mata Aimee membelalak, Lyra menoleh, menatap reaksi Aimee.

"Ada apa? Apa yang terjadi, Aimee?" Lyra bertanya.

Aimee kaku beberapa saat, sebelum keringatnya mengucur deras, nampak ketakutan, ia berbisik kepada Lyra, "Pengendara. Mereka di sini.". []

------------------------

Budayakan membaca ya! 

*Notes dari Author : 

Maaf yang sebesar-besarnya, kemaren sempet break sampe berbulan bulan, dan ada kemungkinan bulan ini, atau bulan depan juga bakal ada break :"( tapi author selalu berusaha kasih yang terbaik buat kalian para readers! Kan author sayang readers :3 hehe. Tapi mungkin nanti bakal author adain sesi Q&A? (Kalo pada mau) yeah, we'll see aja. :) 

Btw maaf kalo part ini terlalu pendek, karena Author udah kangen banget sama kalian, jadi ngebut deh nulisnya :3, oh iya jangan lupa follow instagram author : 

instagram.com/morgensternsmark

Masih anget, kuyy di follow 

Jangan lupa makan, ibadah, istirahat yang cukup, sama belajar ya, salam sayang dari Author buat readers! Buh-bye! 

  

Death's Syndrom : DEATH'S MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang