"Tidak terjadi apa-apa!"
Pierce mengerjapkan matanya pelan, ia merasakan kelegaan yang luar biasa karena tidak terjadi apa-apa dengan dirinya. Tapi, sangat disayangkan bahwa kelegaan itu tidak berlangsung lama, karena ia mendapati dirinya sendirian.
"Dimana yang lain?" bibir Pierce bergetar ketakutan ketika menemukan dirinya di ruangan kosong tanpa siapapun "Kenapa ini terjadi, tunggu sebentar, mereka menutup mata bukan. Aku tidak mati, tidak mungkin."
Pierce menampar pipinya keras sekali sampai sudut bibirnya berdarah, matanya nyalang melihat ke seluruh ruangan. Sayangnya, ia tidak menemukan siapa-siapa.
"Luna..!"
"Anthony...!"
"Bertha..! dimana kalian?"
Pierce keluar dari ruangan itu dan menemukan dirinya berpakaian lengkap. Bajunya tidak basah, tidak ada bagian seragam yang rusak karena berlarian, tidak ada noda darah. Koridor sekolah terasa sejuk tidak pengap, bau amis tidak menjalar dan menyakitkan hidung. Bahkan lantai-lantainya bersih tidak ada noda.
Tiba-tiba bunyi yang familiar itu terdengar lagi. Bel sekolah berbunyi menggema, cahaya putih itu kembali menyilaukan mata. Pierce sempat mendengar teriakan untuk tidak membuka matanya, tapi cahaya menghipnotis, sayang untuk dilewatkan. Pemuda itu mendapati dirinya di tengah lalu lalang murid-murid yang sedang berlarian menuju kelasnya.
"Kalian mau kemana?" teriak Pierce.
"Berbahaya balik!" Ia menarik semua yang lewat.
Mereka memandangi Pierce dengan tatapan aneh. Pierce menghiraukan tatapan itu dan justru menarik mereka menjauh.
Tidak ada yang peduli dengan peringatannya, ia hanya bisa menangis.
"Lily?"
Samar-samar ia melihat sesorang yang sedang mengintip dari sudut ruangan berpakaian lengkap dengan pita merah di atas rambutnya. Sangat mirip dengan Lucy.
Pierce berlari ke arahnya, tapi gadis itu langsung berlari menghindari lalu lalang murid-murid itu. Lily, sekarang tawanya terdengar menggema, derap kaki murid-murid tidak terdengar lagi. pierce mencoba menengok kebelakang tapi kemudian ia mengurungkan niatannya itu.
"Lily! Berhenti!" tawa Lily semakin kuat menggema di telinga Pierce. Tapi pemuda itu telah kehilangan jejak sosok yang dianggapnya Lily, dan ia sadar bahwa di hanya berputar-putar di tempat itu saja.
"Berhenti!" Teriak Pierce.
"Dimana kau?"
"Jangan tertawa lagi!" Pierce memegang kepalanya frsutasi, dunia seakan berputar dengan diiringi tawa yang mencekam itu.
"Aku tidak tahan."
"Argggh!!!"
>>>
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Jean, salah satu guru Pierce.
"Kami telah mengupayakan berbagai cara." ujar Dokter Ed, yang sama dengan Jean, memandang ke ruangan lewat kaca.
"Lalu?" tanya Jean yang mengalihkan pandangannya ke dokter itu.
"Yang terakhir ini sangat sulit untuknya." ujar dokter itu dengan wajah muram.
"Anak yang malang." ujar Dokter itu kembali.
"Sejak kehilangan orang tuanya dia jadi lebih suka menulis, aku tidak melihat kejanggalan sampai hal ini terjadi." ujar Jean.
"Bukankah hanya ayahnya saja?" tanya Dokter Ed.
Wanita itu mengganggukan kepalanya pelan.
"Lalu ibunya?" tanya Ed.
KAMU SEDANG MEMBACA
1440
Mystery / ThrillerGenre: Psychological Thriller "Aku tidak ingin mati." Cecil sangat pucat, tubuhnya bergetar dan tatapan matanya kosong. "Tidak ada yang akan mati." ujar Thomas yang berusaha menenangkan Cecil. "Aku tidak ingin bergantung pada kata mungkin." Bill se...