- Why Always Says Sorry?

1.2K 150 16
                                    

Hiruk pikuk khas suasana kelas pagi begitu terasa di Kyunggi High School. Tak terkecuali di kelas 1-3, kelas yang dihuni oleh Chaeyoung.

Para siswa yang baru datang pun melakukan aktivitasnya masing-masing sebelum bel pagi berbunyi tanda masuk. Ada yang sedang saling menyalin tugas rumah, ada yang sekedar bercerita tentang  acara televisi yang semalam ditayangkan, ataupun bercanda tak jelas seperti yang dilakukan oleh Jiwon dan kedua temannya yang lain.

"Kalian sudah tahu bukan tentang rumor tersebut?" tanya Jiwon yang tengah memegang sebuah sapu dan berdiri di ruangan kelas bagian belakang bersama kedua temannya yang lain, sebut saja Seongwoo dan Jimin.

"Tapi apa memang benar rumor tersebut?" Seongwoo bertanya balik pada Jiwon, memastikan apakah benar kalimat yang diucapkan lelaki bergigi kelinci tersebut.

"Sungguh, jika kalian berani menatap langsung matanya selama lebih dari tiga detik kalian semua dipastikan akan terkena kutukan!" tegas Jiwon sungguh-sungguh, saking semangatnya ia sampai tak menyadari jika sapu yang berada di tangannya dengan leluasa ia layangkan ke depan dan


"BRAKKK!!"


Berakhirlah sapu naas tersebut dengan kondisi patah. Sapu yang tadinya ia ayunkan ke depan dengan sialnya malah menghantam bagian atas kursi yang berada di depannya. Alhasil, sapu tersebut terbagi menjadi dua bagian.

Seongwoo dan Jimin yang melihat kecelakaan tersebut tidak tinggal diam. Berbarengan mereka berkata, memojokkan Jiwon "Dimarahi-dimarahi." begitu berulang-ulang sampai ketika mereka bertiga menoleh ke kanan, ke arah pintu bagian belakang kelas 1-3.


"Selamat pagi," ucap Chaeyoung pelan sambil memasuki kelas, ketiganya langsung berhenti bercanda dan diam seketika.

Jiwon yang posisinya berada di dekat jalan menuju bangku Chaeyoung langsung menepi, ia bukannya membalas sapaan Chaeyoung dengan hal yang sama melainkan mengatakan hal yang berbeda.

"Maaf!" ucapnya sambil menunduk, menyingkir dari jalan "milik" Chaeyoung.











Sementara di bangku barisan nomor ketiga dari depan terdapat dua siswi tengah berbincang-bincang.

"Kalau berani, kita bisa saja meminta bantuannya. Aku dengar dia bisa mengabulkan permintaan, bahkan ia bisa membuat orang menjadi kaya raya!" ucap siswi dengan rambut diikat kuda kepada teman sebangkunya.

"Tapi sepertinya itu akan susah, Chaeyoung selalu terlihat sedang marah dan itu membuat aku ketakutan menatapnya." jawab teman sebangkunya.

Belum sempat mereka melanjutkan perbincangan, lewatlah Chaeyoung di samping mereka. Tak sengaja Chaeyoung menatap keduanya dan dengan sigap pula kedua siswi tersebut mengucapkan hal yang sama dengan apa yang diucapkan Jiwon.

"Maaf!"

Chaeyoung yang sudah terbiasa hanya diam saja. Ia melanjutkan langkah menuju bangkunya, dan ketika ia melewati teman-teman sekelasnya kata "Maaf" merupakan kata yang ia dengar. Kenapa? Chaeyoung sudah mengerti alasannya.

Kata maaf merupakan kata yang sangat lazim ia dengarkan. Entah apapun yang ia ucapkan pada lawan bicaranya, selalu jawaban tersebut yang keluar dari mulut mereka. Seakan mereka memiliki dosa besar pada Chaeyoung, atau malah mereka seakan sangat takut terhadap gadis Park tersebut.

Memangnya ia semenakutkan apa hingga mereka semua harus mengatakan kata maaf? Padahal Chaeyoung mengucapkan selamat pagi dengan harapan mereka juga akan mengucapkan hal yang sama seperti ia. Namun nyatanya sampai saat ini belum ada satupun siswa yang dengan benar membalas ucapannya.

Sampai pada akhirnya ia duduk di bangkunya, mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Jika tak salah gadis tersebut mendengar seseorang mengucapkan selamat pagi pada dirinya.

"Selamat pagi, Chaeyoung." ucap Yoongi kembali dengan senyuman ramah yang mengakhiri kalimat pemuda terasebut.

Chaeyoung yang tak pandai berekspresi itu pun hanya diam sambil menganggukkan kepalanya, tanda menerima salam pertamanya di pagi hari ini ah lebih tepatnya salam pertamanya selama ini yang ia terima dari orang lain selain kedua orangtuanya.

Merasa dibalas, Yoongi dengan segera melanjutkan langkahnya menuju bangkunya sendiri. Setelah ia duduk, matanya mencuri pandangan ke arah bangku gadis tersebut.




----



Dikarenakan jam pelajaran yang kosong, Bu Jihyo memberikan tugas uraian untuk kelas 1-3 untuk dikerjakan dan dikumpulkan di mejanya.

Dirasa jam pelajaran guru sastra tersebut telah usai, Chaeyoung beranjak dari bangkunya dan berdiri di altar kelas memberikan pengumuman "Bagi yang sudah selesai bisa dikumpulkan ke depan." ucapnya sambil meletakkan buku tugas miliknya sendiri di atas meja guru.

Kompak, seisi kelas saling melempar pandangan. Mereka seakan tak ingin maju ke depan mendekati Chaeyoung, sampai Jimin yang berada di belakang Mina memberikan bukunya ke depan dan berkata "Mina, aku titip saja ya."

Dengan terpaksa Mina menerima titipan Jimin dan membawanya ke depan namun tak sampai di altar, gadis asal Jepang tersebut malah meletakkan buku di atas bangku milik Chaeyoung karena ia merasa tak sanggup menatap wajah Chaeyoung secara langsung "Ehm, aku letakkan disini saja ya."

Dan seisi kelas pun dengan latahnya meletakkan buku tugas mereka di atas bangku Chaeyoung. Hingga hanya ada satu siswa yang berani maju ke altar dan memberikan buku tugasnya pada Chaeyoung secara langsung.

"Ini, tugasku." ucapnya dengan diiringi sebuah senyuman ramah, lagi.

Chaeyoung menerima buku tersebut dengan cepat. Dengan tergesa-gesa ia langsung mengambil tumpukkan buku yang sudah terkumpul di bangkunya dan bergegas keluar dari kelas.


----


Bel terakhir untuk hari ini berbunyi dengan nyaring di Kyunggi High School. Tanda bahwa para murid di sekolah ini diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Di sekolah ini terdapat sebuah kawasan khusus untuk menampung sepeda milik para murid. Memang kebanyakan mereka yang bertempat tinggal tak jauh dari sekolah lebih memilih membawa sepeda daripada berjalan kaki atau malah menaiki bus.

Deretan sepeda yang terparkir berjejer dengan rapi di sini, hingga entah bagaimana bisa dengan cerobohnya seorang siswa yang tengah mengambil sepedanya malah mengakibatkan sepeda-sepeda yang lain hilang kendali dan jatuh layaknya sebuah domino yang disentil.

Dan dengan tidak bertanggung jawabnya ia melajukan sepedanya, meninggalkan jejak kesalahannya tadi.

Chaeyoung yang tak sengaja melihat kejadian tersebut langsung mengarahkan kakinya menuju tempat parkir dan merapikan sepeda-sepeda yang terjatuh tadi.

Satu persatu sepeda ia naikkan dan tempatkan kembali ke posisi semula. Yoongi yang kebetulan juga salah satu diantara mereka yang membawa sepeda melihat tindakam Chaeyoung, dengan sigap ia membantu gadis tersebut.

Saat sedang membantu tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan dan membuat Chaeyoung tersentak sadar akan kehadiran Yoongi.

Gadis tersebut kaget, ia tak pernah mengira akan ada yang membantunya apalagi sosok yang memberikan bantuan kepadanya merupakan ia yang selalu tersenyum kepadanya.

Belum sempat Yoongi membuka mulut, Chaeyoung melesat pergi, berjalan menjauh dari hadapan Yoongi karena ada hal aneh yang ia rasakan namun ia tak mengerti apa itu.











Sementara di lain sisi, Yoongi semakin tertarik dengan gadis tersebut.









































A/n : karena storyku yang lain itu penuh kerecehan, diriku menemukan sebuah tantangan baru membangun kalimat-kalimat di story ini u,u

From Me To You  [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang