"Eh kelen tau gak, sekolah kita mau tawuran sama SMA Bintang." Ujar Jumi
"What? Seriusan lo." Sahut Deva tak percaya
"Iya seriusan, lo liat aja Pak Dede yang notabane nya guru paling killer di sekolah kita ini, gak ngajar kan? Padahal jam kita sekarang jadwal ngajar Pak Dede. Kemungkinan Pak Dede lagi ngurus siswa-siswa yang mungkin akan ikut tawuran."
"Eh iya-ya, Sandi juga gak ada." Ucap Gina membenarkan. Mata mereka mengarah pada bangku Sandi yang kosong.
"Emang kenapa dengan Sandi?" Rasa penasaran Rere semakin dalam.
"Asal lo tau aja, Sandi ini udah terkenal kenakalannya. Dia nih beberapa kali sudah masuk ruang bk. Tapi akhir-akhir ini tumben aja dia rada kalem gitu."
"Jadi lo jauhi Sandi, entar lo ikut terjerumus nakal juga." Ujar Jumi menasehati.
Rere mengangguk mengiyakan nasehat Jumi.
***
Rasanya Rere sudah menghela nafasnya ratusan kali, ia dan teman-temannya sudah bosan berada di dalam kelas. Jam pelajaran sudah berakhir 20 menit yang lalu tetapi masih belum terdengar bel berakhirnya aktivitas belajar. Ibu Mega sedari tadi mondar mandir di koridor sekolah memastikan tidak ada siswa yang keluar kelas.
Suasana sekolah mulai gaduh karena tak ada kejelasan dari pihak sekolah atas keterlambatan bel pulang.
"Tes tes tes. Pengumuman untuk siswa siswi SMA 12 Raya agar bertahan terlebih dulu di dalam kelas. Keadaan di luar sekolah lagi tidak terkendali, jadi diharapkan untuk jangan dulu meninggalkan lingkungan sekolah sampai suasananya benar-benar aman. Bagi siswa-siswa yang berniat ikut tawuran akan kami beri sanksi seberat-beratnya."
Mendengar pengumuman itu, membuat suasana kelas menjadi bertambah ricuh. Siswa-siswa mulai bergosip, berkumpul sesama gengnya untuk bergosip. Begitu juga dengan dengan Rere dkk. Mereka kini berkumpul di meja Rere.
"Tuh benerkan gue bilang, bakal ada tawuran."
Ketiga teman Jumi mengangguk menyetujui.
"Duh bisa lama pulangnya ini." Keluh Gina dengan lesu.
"Yah daripada lo pulang sekarang, bisa-bisa ada hujan batu siap hantam pala lo." Sahut Deva membalas keluhan Gina
"Ya udah, tunggu aja dulu. Jangan lupa kabarin orang rumah kalau bakal pulang telat."
"Iya Re." Ucap mereka serempak
***
Akhirnya setelah 2 jam berlalu, Rere bisa pulang juga, ia sedikit terkejut ketika melihat luar sekolah, banyak sekali batu-batu seukuran kepalan tangan yang tergelatak di jalanan tidak hanya itu, ada juga balok-balok kayu bahkan yang berlumuran darah. Motor scoopy yang dikendarainya pun beberapa kali tersandung oleh batu-batu yang bertebaran di jalan. Rere bergidik ngeri membayangkan seberapa mengerikannya tawuran tadi. Ada beberapa polisi yang masih berjaga di sekitar area tawuran.
Karena sistem fullday ditambah 2 jam tertahan di sekolah, mau tak mau membuat Rere pulang agak senja. Gadis manis itu berhenti di sebuah Mini market dekat sekolahnya, Ayahnya tadi ada berpesan untuk membeli pasta gigi, kebetulan pasta gigi di kamar mandi habis. Setelah selesai melaksanakan amanah ayah, Rere pun bergegas pulang.
Tetapi tiba-tiba langkah kakinya terhenti, kepalanya menoleh pada gang buntu di samping mini market.
Mata dan kuping Rere mulai menelisik pada gang tersebut. Gelap dan sedikit mengerikan karena memang hari mulai senja.Rere merasa ada suara rintihan di dalam gang tersebut. Ia sebenarnya bergidik ngeri tetapi rasa penasaran yang tinggi memacu keberaniannya untuk mencari suara rintihan itu.
Gadis itu mengeluarkan senter handphonenya. Secara perlahan menelurusi gang itu.
Rere menutup mulutnya, matanya membulat terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Seluruh badannya gemetar, Ia terduduk lemas rasanya ingin berteriak minta tolong tapi entah mengapa mulutnya membisu. Ia terlalu shock.
Dengan mengumpulkan keberanian, Rere pun bangkit menghampiri Gaga yang terkapar lemah.
"Tunggu sebentar, aku cari bantuan." Ujar Rere panik, ia hendak pergi mencari pertolongan tetapi tangannya di tahan oleh Gaga.
Laki-laki itu menggeleng agar jangan membuat kehebohan, ia membenarkan duduknya sambil tertatih.
"Bawa gue keluar dari sini."
"Gimana bisa aku bawa kamu keluar, kalau keadaan mu kayak gini!"
"Please." Ucap Gaga dengan sangat amat memohon. Rere mengusap wajahnya frustasi. Ia segera mengambil motornya dan memasukkannya dalam gang tersebut.
Rere membopong tubuh Gaga untuk menaiki motornya, sebelum itu Rere mengeluarkan topi upacara dan satu masker yang tersedia dalam tasnya. Kedua benda itu ia pakaikan pada Gaga.
"Kamu pegangan."
Gaga memeluk pinggang Rere dan menyandarkan kepalanya di bahu gadis tersebut. Rere sedikit terkejut karena memang ini pertama kalinya ia sedekat ini dengan cowok.
"Rumah mu dimana?" Tanya Rere, ia sama sekali tak tahu alamat rumah Gaga dimana.
"...."
"Hey rumah mu dimana?"
"..."
Tak ada jawaban dari Gaga
"Gaga? Jangan bilang kamu pingsan, gak lucu loh."
"...."
"Astaga."
Rasanya Rere ingin menangis saja, ia frustasi ingin membawa Gaga kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Hug Me
RomanceBerkisah tentang dua orang yang berusaha bertahan dalam kerasnya kehidupan. Berawal dari hal yang tak terduga membuat mereka saling mengenal satu sama lain. Cus baca aja