Gaga perlahan membuka mata, ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan silaunya cahaya lampu yang menyeruak masuk ke matanya. Laki-laki tampan itu bersender di headboard (sandaran kasur), rasa pusing langsung menyerang kepalanya.
Ia di suguhkan ruangan minimalis berwarna pink. Disampingnya terdapat boneka beruang besar berwarna coklat. Baju yang dipakai dibadannya pun berbeda dengan baju yang Ia pakai sebelumnya.
Kamar cewek?, pikirnya
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan gadis manis dengan rambut sedikit ikal. Gadis itu membawa nampan berisi bubur dan segelas teh hangat.
Rere sedikit terkejut melihat Gaga yang sudah siuman. Ia langsung meletakkan nampannya di atas meja belajar.
"Eh kamu udah sadar? Ada yang sakit? Pusing gak?" Tanya Rere dengan beruntun.
Gaga mengeryitkan dahinya heran, kenapa gadis disampingnya ini sebegitu paniknya. Gaga hanya menggelengkan kepalanya menandakan bahwa ia baik-baik saja.
Rere bernafas lega.
"Ya udah kamu makan dulu, ini udah aku siapin bubur sama teh hangat."
"Jam berapa?" Tanya Gaga. Ia tak menghiraukan bubur dihadapannya.
"Jam 8 malam. Kenapa? Mau pulang? Makan dulu, nanti biar ayahku yang anterin kamu pulang." Ujar Rere
Gaga hanya diam tak menjawab pertanyaan Rere. Ia mulai menyendokkan bubur dan memakannya secara perlahan.
"Gimana? Enak?"
Gaga mengangguk
"Hehehe buatan ayahku pastinya enak dong."
Heran, itulah yang dirasakan Gaga. Padahal Ia tidak bertanya sama sekali, tapi kenapa gadis ini sangat cerewet sekali.
"Ya udah, aku mau bilangin ayah dulu kalau kamu sudah sadar."
Rere menutup pintu kamar secara hati-hati takut mengganggu makan Gaga.
***
"Yah, temenku sudah sadar. Ayah jadikan nganterinnya?"
Anton yang sedang fokus menonton tv, menoleh pada putrinya yang sudah duduk disampingnya.
Anton mengangguk,
"Teman mu namanya siapa?"
"Gaga, Yah."
"Sekelas sama kamu?"
"Gak yah, aku juga gak terlalu dekat. Malah aku doang yang tau namanya, sedangkan Gaga gak tau namaku."
"Kenapa bisa begitu?"
Rere menggaruk tengkuknya, ia tak mungkin menceritakan kepada ayahnya bahwa ia dan teman-temannya sering bergosip tentang Gaga.
"Ya pokoknya gitu deh." Ucap Rere nyengir.
***
Gaga menyendokkan bubur terakhirnya dengan lahap, Ia merasa takjub dengan rasa buburnya, ini bubur terenak yang pernah Gaga makan.
Setelah makanannya habis, Gaga segera membereskan tempat maknannya. Ia membuka pintu kamar sembari membawa nampan berisi mangkok dan gelas yang telah kosong.
Ayah dengan anak gadis disampingnya itu reflek menoleh ke sumber suara. Rere langsung berlari menghampiri laki-laki yang membawa nampan tersebut.
"Eh biar aku aja yang bawa."
Gaga sempat menolak, tetapi gadis itu terus saja memaksa mau tak mau ia harus mengalah. Gaga menghampiri laki-laki yang berusia sekitar 40 tahuan yang sedang menunggu diruang tamu.
Gaga berdehem dahulu, mempersiapkan mental untuk ditanya-tanya.
"Maaf om ngerepotin, dan juga terima kasih sudah bantu saya." Ucapnya dengan tulus
"Kamu harusnya yang berterima kasih pada putri saya, karena yang nolongin kamu putri saya."
Gaga melirik ke arah Rere yang sedang mencuci piring. Ia mengangguk, mengiyakan perkataan laki-laki paruh baya tersebut.
"Baik om. Nanti saya berterima kasih juga sama putri om."
"Kamu mau pulang? Biar om antarkan."
Gaga terdiam sejenak, sebenarnya ia enggan pulang dalam keadaan seperti ini. Tetapi tidak mungkin juga Ia menginap ditempat orang yang tak dikenalnya.
"Baik om terima kasih sebelumnya. Nama saya Gaga om, entar untuk biaya pengobatan sama biaya makannya bisa saya transfer ke om atau ke putri om."
"Kalau gitu panggil aja saya om Anton. Untuk masalah itu gak usah aja, om sama putri om ikhlas bantuin."
"Tapi om saya jadi gak enak sama om karena udah ngerepotin."
"Tenang saja, santai saja sama om."
"Kalau begitu terima kasih banyak om."
"Iya sama-sama Gaga."
Padahal tadi Gaga sudah bersiap untuk ditanya-tanya perihal lebam-lebam ditubuhnya. Anehnya, om Anton ini tidak menyinggung masalah itu sama sekali. Sebenarnya Gaga sedikit lega, jadi ia tak harus membuat alasan yang mengharuskan berbohong kepada orang tua.
Setelah beres mencuci piring, Rere kemudian ikut bergabung ke ruang tamu. Ia duduk di samping ayahnya.
"Ya udah om mau siap-siap dulu. Dek kamu ajak ngobrol teman mu dulu."
"Oke ayah."
Anton berlalu menyisakan Gaga dan Rere di ruang tamu. Mereka berdua terdiam canggung.
"Nama lo siapa?" Tanya Gaga berusaha mencairkan suasana.
"Renata, panggil aja Rere."
"Lo bukannya yang pernah lempar bola basket ke kepala gue kan?"
Rere menyengir malu, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hehehe maaf ya yang waktu itu aku beneran gak sengaja."
Gaga mengangguk, menerima maaf dari gadis dihadapannya ini.
"Kelas berapa?"
"11 IPA 1."
"Btw, thanks ya udah nolongin gue."
"Iya sama-sama. Emang kenapa sih kamu kok bisa sampe babak belur gitu?"
Rasa kepo yang ditahan sedari tadi akhirnya bisa ditanyakan juga oleh Rere.
Laki-laki di hadapan Rere terdiam. Ia berpikir sejenak untuk mencari alasan yang masuk akal.
"Gue tadi sore lagi jalan, tiba-tiba datang anak-anak dari SMA Bintang, ngeroyok gue. Mungkin gara-gara gue dari SMA 12 Raya. Jadi begitu deh." Jelas Gaga secara singkat. Rere ber'oh'ria akhirnya rasa penasarannya pun tertuntaskan.
Pintu kamar terbuka menampilkan, Ayah Rere yang sudah siap mengantarkan Gaga.
"Ayok Gaga, om antarkan. Dek kamu tinggal di rumah aja ya, jaga rumah." Kata Anton yang baju nya sudah rapi.
"Yah titip sate ya."
"Okey tuan putri."
Rere dan ayahnya saling tersenyum satu sama lain. Gaga yang menyaksikan keakraban seorang ayah dengan anaknya itu merasa iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Hug Me
RomanceBerkisah tentang dua orang yang berusaha bertahan dalam kerasnya kehidupan. Berawal dari hal yang tak terduga membuat mereka saling mengenal satu sama lain. Cus baca aja