part 3

77 24 0
                                    

"Huaaaaaa aku malu banget." Rengek Rere. Sepulang sekolah Rere dan ketiga temannya bertahan dikelas, mereka sengaja menunggu sekolah sepi.

Deva tertawa melihat Rere
"Hahaha kan sudah gue bilang Gaga tuh cowok terganteng di sekolah ini."

"Gaga ganteng banget sih, Ya Allah semoga jodohku." Timpal Gina

"Iya sih." Ucap Rere lesu. Ia kemudian mengusap wajahnya seraya menghentakkan kakinya.

"Tapi, aku malu banget, huaaa bisa-bisanya tepat kena kepala. Mau di taruh dimana muka aku, kalau sampai ketemu Gaga lagi." Rere terus saja terngiang-ngiang kejadian siang tadi.

Ketiga temannya hanya tertawa puas.

"Udah-udah, lupain aja. Ya udah yuk pulang, udah sepi." Ujar Jumi diangguki oleh Gina dan Deva. Rere menarik nafas lesu.

"Ya udah ayok pulang."

****

"Gaga, mulai besok kamu les Matematika." Ujar Hadi, ayah Gaga yang duduk di Sofa menonton Tv. Gaga yang baru saja sampai rumah menjadi bete terhadap perkataan Ayahnya.

"Hmmm." Jawabnya malas. Gaga menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai 2.

Laki-laki remaja yang baru saja menginjak umur 18 tahun itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia telentang menatap langit-langit kamar. Banyak sekali pikiran berkecamuk dalam otaknya.

"Satu tahun lagi."

Gumamnya pelan. Gaga mengangkat lengan kanannya menutupi mata. Tak berapa lama kemudian, Ia pun terlelap tidur.

***

Sudah beberapa hari ini gadis berambut sedikit ikal itu sudah seperti orang yang bermain petak umpet. Hal ini Ia lakukan agar menghindari dirinya bertemu Gaga. Rere sudah sangat malu atas kejadian 'itu', bahkan teman-teman sekelasnya saja kadang masih membahas kejadian Rere melempar bola basket mengenai kepala Gaga.

"Udah sih Re, Gaga gak mempermasalahin kejadian itu kok." Ujar Gina kesal. Gara-gara Rere, Ia juga menjadi ikut-ikutan bersembunyi ketika tidak sengaja bertemu Gaga. Gina juga bingung kenapa ia malah ikut-ikutan bersembunyi.

"Ya kamu juga ngapain ikut sembunyi." Sewot Rere tak mau kalah.

"Ya karena reflek aja."

"Oh."

Mendengar jawaban Rere begitu singkat. Gina pun menjitak kepala Rere.

"Sakit astaga." Tak terima di jitak, Rere pun membalas jitakan Gina. Gadis berwajah manis itu dengan sigap menghindar dari jitakan Rere.

"Re ampun, ini lagi di perpus entar kena marah Pak Agil loh (Penjaga Perpus)."

Mendengar itu Rere pun menghentikan aksinya. Ia kini kembali duduk tenang di tempat semula.

"Eh udah yuk gue bosen di sini. Jumi sama Deva udah di kelas nih."

"Emang mereka udah selesai bantuin Pak Aji."

"Udah, nih mereka ada ngechat gue." Ujar Gina seraya menampilkan isi chatnya dengan Jumi.

"Ya udah ayok. Emang udah biasa ya mereka berdua bantuin Pak Aji?"

"Anak kesayangan guru, emang dah biasa di jadiin babu."

Rere reflek tertawa, membuat seisi perpus melihat ke arah mereka berdua. Kedua orang tersebut langsung ngibrit menjauhi tempat berbau buku usang itu.

Please Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang