25. Sorry

1.9K 65 0
                                    

Danias Hardian Mandala POV

Semenjak pernyataan cinta dari rena dua hari yang lalu, yang aku balas dengan bentakan itu, rena tidak pernah membalas pesanku bahkan pesanku tidak pernah dia baca. Bagaimana keadaannya? Mungkin dia sangat menderita. Jujur akupun sama menderitanya. Saat itu aku ingin menjawab bahwa aku juga mencintainya. Tapi pikiran tentang lerie dan langit yang malu karena memiliki dua pasang orang tua berkelebat saat itu juga. Pikiranku salah, malam setelah pernyataan cinta itu mamiku dan mami aldeera datang mereka ingin membahas tentang kami yang ingin berpisah. Aku awalnya menolak karena alasan psikis lerie dan langit. Tapi mamiku menjelaskan jika bersama aldeera membuat hatiku sakit maka untuk apa terus bersama. Lerie dan langit pun akan mengerti nantinya tentang keputusan kedua orangtuanya berpisah. Lagipula, aldeera tidak pernah memerankan menjadi mommy bagi kedua anaknya terutama langit. Aku berpikir kembali, tentu saja rena yang cocok menjadi mommy lerie dan langit. Kami bertiga sangat bahagia bersama rena. Aku merasa sangat bersalah dengan apa yang aku lakukan pada rena. Iya aku mencintainya tetapi aku malah menyakitinya. Aku juga memberikan harapan palsu padanya. Aku juga berbohong tentang lerie dan langit bahwa mereka anakku. Aku sudah berjanji membuanya bahagia, tapi aku yang membuatnya menangis. Keputusanku sudah bulat, aku akan menceraikan aldeera jika itu yang dia mau.

Keesokan harinya pun aku mencoba menghubungi rena beberapa kali tapi tetap tak ada jawaban. Hanya satu yang dia baca kata 'maaf' saja dariku. Aku ingin ke rumahnya, tapi di rumahku masih ada mamiku dan mami aldeera yang belum pulang. Aldeera tidak sempat kemari, dia tetap tinggal di apartemennya. Mertuaku meminta maaf padaku atas perlakuan aldeera. Aku merasa tidak enak pada mereka, karena sebenarnya aku juga mencintai wanita lain selain aldeera. Aku tetap sepakat untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga aldeera, karena bagaimana pun aku pernah menjadi bagian dari keluarga mereka dan kedua anakku juga adalah cucu mereka. Mereka baru pulang tepat malam senin. Setelah mereka berangkat ke semarang. Aku mulai mempersiapkan diriku untuk menjadi guru pembimbing besok dalam olimpiade matematika. Aku senang karena besok akan bertemu rena. Dia akan datang bukan? Tiba-tiba aku merasakan perasaan tak enak. Semoga besok dia mau memaafkanku seperti saat dulu dia marah karena aku tidak suka dengan sam.
Pagi harinya aku sudah siap di sekolah. Aku tak melihat rena tapi kulihat thalita, key dan leta telah menungguku.

"Rena dimana?" Tanyaku sambil menghampiri mereka.

"Gak tau, sir. Gak bisa dihubungi." Ucap thalita.

"Waktu isi formulir lomba dia gak ngajuin diri buat jadi peserta utama. Untuk peserta cadangan kan itu cuma mau sekolah kita aja sir. Rena gak mau ngisi formulirnya jadi leta deh yang dimasukin ke daftar peserta." Aku pun sangat terkejut dengan ucapannya.

"Jadi dia gak hubungin kalian sama sekali? Jadi dia gak ikut dong hari ini?" Tanyaku lagi.

"Iya kan yang ikut cuma 3 orang." Ucap key.

Aku mengambil ponsel di saku celanaku karena tadi bergetar ada notifikasi masuk. Betapa kagetnya aku saat mendapat notifikasi di chat lineku.

ArzeinRichardo : Dani, bisa ke rumah sakit gak? Rena sakit lagi.
DaniHMandala : kirim alamatnya.

Aku menelpon pak akmal untuk menggantikanku menjadi pembimbing olimpiade, untungnya dia mau. Aku pamit pada ketiga muridku yang masih bingung mengapa aku sangat khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Orang yang aku cintai sedang sakit dan aku tak tahu karena apa. Setelah zein mengirim alamat rumah sakitnya, aku segera melaju ke tempat tersebut dengan mengendarai mobilku. Pikiranku hanya terpusat pada satu nama. 'RENA'. Aku merasa bersalah kepadanya jika dia kenapa-kenapa salahkan aku yang membuatnya seperti itu. Air mataku mengalir tanpa kusadari, aku merasa sedih entah apa alasannya. Aku sampai di rumah sakit dan berlari menuju kamar yang tadi diberi tau oleh zein. Aku melihat zein dari kejauhan.

Forbidden Love💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang