Jayden melihat tubuh tergeletak tak berdaya Anderson di lantai. Ia baru saja mengancam beberapa menit yang lalu. Namun sayang, sekarang Anderson sudah tidak bernyawa. Jayden meniup asap yang keluar dari ujung pistol edisi G2 Elite yang ia pegang.
"Bereskan."
Jack langsung mengangkat mayat pria itu dan membereskan jejak. Sementara Rupert, ia suruh untuk mengambil seluruh surat rumah milik Anderson untuk dipindahkan atas nama Jayden Alexander Hamilton.
-----
Beberapa saat sebelumnya
Jayden melihat dengan jelas pria itu sudah memegang pistol di balik selimutnya. Dan benar saja sebelum Jayden selesai dengannya, Anderson menodongkan pistolnya. Namun sudah Jayden bilang, dia adalah pria bodoh. Jayden sudah terlebih dahulu mengambil pistol dan menutupinya dengan kaki sebelum Jayden mengangkat kaki keatas meja kaca barusan.
Tepat ketika Anderson mengarahkan pistolnya ke arah Jayden.
DOR!!
Jayden sudah lebih dahulu menembak Anderson tepat di jantungnya.
-----
Sepertinya Jayden akan mendapat berita utamanya hari ini.
Jayden terlalu lelah untuk sekedar memberitahu Aaron bahwa ia akan pulang hari ini. Oleh karena itu Jayden menyuruh Jack untuk mengirimkan Aaron sebuah pesan.
Jack membuat sup jagung manis dan menambahkan racun ke dalamnya. Setelah supnya jadi, Jayden mencekoki mayat Anderson dengan sup itu dan memompanya meggunakan alat khusus sehingga sup itu sampai di perutnya. Mereka membuat seolah kematian Anderson disebabkan karena keracunan, sedangkan untuk luka tembaknya itu urusan Daniel. Dia memang ahli dalam memanipulasi luka para korbannya.
-----
Pukul 4:00 PM
Pesawat pribadi Jayden sudah ada di bandara. Semuanya serba mewah dan ekslusif.
Note: pesawat Jayden
Jayden membuka laptop dan memasang sabuk pengamannya. Beberapa saat lagi pesawat akan take-off meninggalkan Washington menuju New York City.
Sekarang pesawat ini sudah mengudara. Jayden melihat pemandangan di sampingnya. Tampak begitu indah langit di sore hari dengan berbalut awan putih itu.
TING
Terdengar suara yang berasal dari laptop Jayden.
TING
Bunyi itu terdengar sekali lagi.
Jayden membuka notification itu dan ia melihat 2 email dari 2 orang yang berbeda. Aaron dan ayahnya.
From: Aaron
Jay tugasmu sudah ku kirim ke emailmu. Kenapa kau belum mengabari ku? Apa kau baik-baik saja? Hanya ada pesan dari Jack. Jika kau sudah membaca email ini, balas aku.
Lalu Jayden membuka email yang satunya lagi.
From: Adam
Apa semua sudah beres?
Jayden menghela nafasnya seraya membalas kedua pesan tersebut.
From: Jayden
To: AaronAku baik-baik saja, Ron. Terimakasih catatannya. Kemarin aku terlalu lelah. Jadi aku menyuruh Jack untuk mengirimkan pesan padamu.
From: Jayden
To: AdamSudah kubereskan.
Jayden menghela nafas. Sungguh Jayden tak ingin melakukan pekerjaan seperti ini kalau bukan karena ayahnya. Adam Hamilton merupakan pemimpin mafia yang disegani. Dia pintar sekali menyembunyikan identitasnya. Adam menutupi pekerjaan kotornya itu dengan menjadi seorang pengusaha otomotif. Publik mengetahui dirinya adalah sosok yang baik dan suka menolong. Namun di balik itu semua, Adam adalah sosok laki-laki yang kejam dan bengis.
Adam yang berdarah dingin tega menghabisi nyawa orang-orang yang berani melawannya. Termasuk wanita dan anak-anak. Sekarang kemampuannya dalam menembak dan bela diri ia wariskan pada Jayden. Adam selalu mengajarkan Jayden menjadi seorang pria yang kuat dan tidak takut pada apapun.
Keluarga kami selalu tertutup dari sorotan media. Walaupun kami pengusaha, namun kami tak selalu membicarakan seluruh kegiatan kami pada wartawan. Adam pun tidak segan akan membunuh paparazi yang berusaha mendapatkan informasi tentang pekerjaan kami di malam hari.
Ibu? Entah lah sampai sejauh ini Jayden tak pernah bertemu dengannya. Jayden hanya pernah melihat fotonya dari beberapa album yang anak buah Adam ingin bakar waktu itu. Dia cantik. Bentuk wajahnya hampir sama seperti Jayden. Ia mewarisi mata abu abu tersebut dari mendiang ibunya.
"Jayden kau harus kuat. Darah Hamilton mengalir di tubuhmu. Tak ada kekalahan dalam kamus keluarga kita." begitu lah kata kata yang sering Adam ucapkan pada Jayden.
"Pramugari, tolong bawakan aku segelas jus." kata Jayden pada salah satu pramugari yang ada di pesawat itu.
"Yes sir."
Jayden seorang anak SMA yang sudah sangat sering membunuh nyawa tak berdosa. Entah apa yang nanti Tuhan kan berikan pada Jayden sebagai ganjaran untuknya. Beban ini terlalu berat untuk Jayden tanggung sendirian. Jayden membutuhkan seorang pendamping yang bisa selalu bersama nya dalam susah dan senang. Setidaknya menjadi tempat Jayden bersandar ketika ia harus melakukan tugas itu.
Jayden memejamkan mata.
Tiba-tiba bayangan tentang gadis itu kembali ke ingatannya. Ketika Jayden pertama bertemu dengannya pagi itu. Wajahnya terlihat manis saat ia sedang marah karena hampir tertabrak oleh mobil supercar milik Jayden. Belum lagi cara ia menatap di kantin yang membuat Jayden hanyut dalam pikirannya sendiri.
Dan yang membuat Jayden tak pernah melupakannya adalah ketika Jayden dan dia terjatuh di koridor waktu itu. Kami dekat sekali. Wajahnya, rambutnya, matanya, bibirnya. Semua yang ia miliki Jayden menyukainya. Ingin sekali Jayden menciumnya apabila Jayden tak ingat kalau itu bukan di sekolah. Hasrat Jayden selalu naik dan sulit sekali rasanya untuk mengontrol diri apabila berdekatan dengannya.
Jayden membuka mata dan tersenyum mengingat gadis itu.
"Kau telah membuatku tak bisa memikirkan apapun selain dirimu. Kau milikku. Hanya aku, Charlotte."
------------------------------------------------------
Please vote and comment :)
Happy reading all💗xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy's Aftertaste
Teen FictionHIGHEST RANK: #11 IN AMERICA🥇 (18062018) #5 IN AFTERTASTE (01072018) #3 IN AFTERTASTE (03072018) #25 IN SENIOR HIGH SCHOOL(07072018) #770 IN MISTERY(07072018) #2 IN AFTERTASTE (05062019) "Sometimes the person you'd take a bullet for ends up being t...