Chapter 27 - I Love You

986 26 17
                                    

Setelah suster itu menutup pintu, Charlotte kembali membaringkan badannya yang masih lemas.

#CharlottePOV#

Apa mungkin Jayden menyukai ku? Ah tapi tak mungkin pasti dia hanya bersimpatik saja.

KREK

Siapa lagi kalau bukan manusia es itu yang masuk.

"Katanya mau bubur. Tapi ga dimakan." kata Jayden sambil menatap mangkuk bubur di hadapan Charlotte.

"Baru dateng udah bawel aja. Ini buburnya juga baru dianterin tau." balas Charlotte sengit.

Jayden tak membalas.

Dia duduk di samping Charlotte sambil membuka tutup plastik yang melapisi atas mangkuk buburnya. Charlotte mengulurkan tangan hendak mengambil mangkok itu, namun Jayden menariknya.

"Biar aku saja yang suapin. Kamu masih lemah."

"Tapi Jay ntar ngerepotin.." balas Charlotte. Ia merasa tak enak karena dari kemarin Jayden sudah mengurusnya.

"Diam. Sekarang makan saja." sahut Jayden dingin.

"Tapi.."

Jayden menatapku tajam.

"Baiklah. Kau serius sekali Jayden hahaha" kata ku sambil tertawa. Aku ingin mencoba mencairkan suasana.

-----

"Ya ini suapan terakhir.. aaaa.." kata Jayden sambil memutar mutar sendok berisi bubur seperti pesawat ke mulut Charlotte.

"Jayden seriuslah" rengek Charlotte.

"Ah menyuapimu ini ternyata jauh lebih melelahkan dibanding lari mengelilingi menara eiffel ya" Jayden mengelap keringat di dahinya.

"Gaada yang memintamu menyuapiku tau."  protes Charlotte.

"Kalau kau makan sendiri dengan keadaan begini takutnya sendok itu kau masukkan ke hidung. Hahaha." balas Jayden dengan nada mengejek.

Charlotte kesal namun ia senang melihat Jayden tersenyum. Ia jauh lebih tampan ketika tertawa seperti ini.

"Kau mau apel?" tanya Jayden.

"Kau membelikanku?" Charlotte balik bertanya.

"Tidak. Ini untuk burung perkutut peliharaan rumah sakit." kata Jayden.

"Begitu saja langsung pundung. Boleh jika kau tak repot." balas Charlotte.

"Kau memang selalu merepotkan." kata Jayden sambil mengambil apel dan mengupasnya.

Charlotte tak membalas. Tak ada gunanya berdebat dengan orang seperti Jayden.

Jayden mengambil sebuah apel California yang segar dari kantung plastik yang ia bawa tadi dan mengupasnya menggunakan sebilah pisau besar yang sudah disediakan pihak rumah sakit.

Dia sangat ahli menggunakan pisaunya. Mungkin tukang tukang daging junior di pasar tradisional harus berguru padanya atau bertanya cara menggunakan pisau. Baru pernah aku melihat pria yang sangat telaten menggunakan benda tajam tersebut.

 Baru pernah aku melihat pria yang sangat telaten menggunakan benda tajam tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: apel California

"Jay aku boleh nanya ga?" tanya Charlotte pelan.

"Apa? Tanya saja." balas Jayden.

"Dari kemarin kemarin rasanya kamu jutek banget sama aku deh. Kenapa sekarang kamu jadi perhatian banget sama aku?" tanya Charlotte hati hati.

"Karena aku mencintai mu."

Jayden berkata seolah ada kucing lewat.

"Hah apa?"

"Apa kau tidak dengar? Karena aku mencintai mu, Charlotte.Agatha.Hadley." Jayden memberi penekanan setiap kata katanya.

Charlotte bingung ingin bereaksi apa. Ia yakin pipinya sudah merah sekarang. Jadi dirinya memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh ngomong ngomong kenapa dari kemarin kemarin kau sering tidak masuk? Apa kau tidak takut dihukum?"

PRANG

Piring yang sedang Jayden pegang pun jatuh. Charlotte terkejut. Apa ada yang salah dengan pertanyaan ku? Apa aku menyinggung Jayden?

"Jay maaf.. Pertanyaan ku salah ya?" kata Charlotte takut.

"Tidak kok barusan aku hanya sedang melamun. Ya aku banyak urusan saja dengan keluarga ku, mereka kan pembisnis juga sama seperti ayah mu." Jayden tersenyum manis. Untuk pertama kalinya.

"Ohh begitu yaa..Sini biar aku yang bereskan piringnya." kata Charlotte sambil menuruni ranjang.

Tak disangka, Jayden menaikkan dirinya kembali ke kasur.

"Tidak perlu. Biar aku saja. Istirahatlah." Jayden memunguti pecahan pecahan kaca yang berserakan di lantai.

Setelah itu hening. Tak ada lagi yang memulai pembicaraan diantara kami.

#JaydenPOV#

Aku tahu mungkin ini terlalu cepat untuk ku menyatakan cinta pada Charlotte. Tapi aku memang mencintainya dan aku tak mau jika aku terlambat menyatakannya, dia menjadi milik orang lain.

"Karena aku mencintai mu."

Jayden tak tahu kenapa kalimat itu bisa keluar dari mulutnya begitu saja. Padahal otaknya tidak sedang memikirkan itu dan juga tidak ingin menyatakan perasaan pada seseorang di rumah sakit dalam keadaan dia sedang lemah dan butuh perawatan. Bagus sekali Jayden betapa romantisnya dirimu. Tapi hatiku berkata lain. Dia lebih bisa bekerja sama dengan mulutku, sedangkan otak ku tidak.

Jayden tahu Charlotte salah tingkah ketika dirinya mengatakan hal itu. Tapi biarlah setidaknya dia mengetahui apa yang aku rasakan ketika mendengarnya tak sadarkan diri.

Tiba tiba saja

"Oh ngomong ngomong kenapa dari kemarin kemarin kau sering tidak masuk? Apa kau tidak takut dihukum?"

Pertanyaan itu langsung menohok hati ku. Apa aku ketahuan? Apa dia tahu aku anak seorang mafia kejam yang hobi membunuh setiap hari?

Tanpa sadar aku menjatuhkan piringku. Sial! Kalau begini aku makin kelihatan gugup di depannya. Aku berusaha menjawab apa yang ada di otak ku. Tentu saja ditambah dengan senyuman manis agar dia tidak curiga.

Aku sudah menduga trik ini berhasil. Dan memang selalu berhasil. Setidaknya aku aman. Untuk saat ini. Maafkan aku Charlotte. Aku tak mungkin memberitahu apa yang sebenarnya pada mu.

Setelah percakapan barusan. Tidak ada lagi yang memulai pembicaraan diantara kami. Setidaknya ini lebih baik agar identitas asliku tidak terbongkar semakin dalam. Lebih sedikit orang yang mengetahui, maka akan lebih baik.

------------------------------------------------------

Please vote and comment :)
Happy reading all💗

xoxo

 Bad Boy's AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang