#CharlottePOV#
Charlotte memandangi jaket Jayden lama. Kenapa dia mau membantu Charlotte? Padahal mereka tidak terlalu mengenal satu sama lain.
"Aku tahu masalahmu. Makannya aku sengaja menumpahkan ini. Pakailah jaketku dan lingkarkan ke pinggangmu." kata Jayden dengan wajah datar.
Walaupun tanpa ekspresi, Charlotte bisa melihat ada ketulusan di mata Jayden. Tanpa sadar, Charlotte tersenyum sendiri mengingat kejadian di MRT tadi.
"Hah tidak! Tidak boleh!" seru Charlotte dalam hati.
Charlotte menghapus memori itu dengan cepat.
"Mungkin jika ini bukan aku dia akan menolong juga. Dia menolong orang secara random. Aku tidak boleh suka padanya hanya karena ini." Charlotte melempar jaket itu ke sofa terdekat yang ada di kamar minimalisnya.
Charlotte merebahkan diri diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Charlotte menghela nafas. Kenapa setiap berdekatan dengan Jayden ada sesuatu yang berbeda. Tatapannya yang begitu menghanyutkan. Rahangnya yang tegas.. Bibirnya yang seksi..
"Kau mesum sekali Charlotte! Apa yang kau pikirkan!" Charlotte berteriak pada dirinya sendiri.
Charlotte berusaha menghalau perasaan itu. Namun, ia tak tahu ini bisa bertahan berapa lama.
-----
Mata Charlotte menjelajahi seluruh lantai. Namun orang yang Charlotte cari tak kunjung ia temukan. Dimana sih dia?
Charlotte naik ke lantai dua. Namun hasilnya tetap sama, ia tak menemukan sosok Jayden. Charlotte dengan segenap kekeraskepalaannya tak menyerah dan naik ke lantai terakhir. Walaupun Charlotte sudah sedikit hopeless karena di lantai ini jarang sekali ada siswa yang mau naik. Selain sepi dan pencahayaannya yang minim, di lantai ini hanya ada gudang dan aula yang tak terpakai.
Benar saja, ketika Charlotte sampai di lantai tiga tak ada siapapun. Charlotte hendak turun tetapi ia mendengar suara seseorang. Charlotte mempertajam pendengarannya dan mengikuti arah suara. Dan ternyata itu..
Jayden?
"Sedang apa dia disini?" batin Charlotte
Charlotte mengawasinya dari kejauhan. Jayden tampak sedang berbicara dengan seseorang di telfon.
"Aku sudah berhasil menemukannya. Kau katakan saja kapan aku harus membereskannya."
"Menemukan apa? Membereskan? Membereskan siapa?" dan ribuan tanda tanya lain bermunculan dalam benak Charlotte.
Jayden menutup telfonnya. Tadinya Charlotte hendak mengembalikan jaketnya namun karena terlalu takut Charlotte memutuskan untuk turun. Tapi tak sengaja kaki bodohnya menendang sebuah kaleng kosong yang ada di hadapannya.
PLETAK
"Shit! Siapa yang menaruh kaleng sialan ini sembarangan!" seru Charlotte dalam hati.
"Siapa disana?"
#JaydenPOV#
Jayden menerima beberapa misscall dari Adam. Apa dia tak tahu anaknya ini sedang berada dimana. Bodoh.
Jayden memutuskan untuk melakukan callback padanya. Namun agar tidak ketahuan, Jayden melakukannya di lantai tiga yang jarang didatangi orang karena Jayden tahu pasti ini akan berhubungan dengan pekerjaan kotornya.
Tutt.. Tutt.. Tut..
Tepat di nada ketiga, telfon terhubung.
"Ada apa lagi dad?"
"Jay apa kau bodoh?! Kenapa kau tidak membunuh pria tua itu!" bentak Adam.
"Aku sudah melihat jasadnya di depan mataku sendiri, ayah."
"Polisi menemukan kejanggalan dengan kematiannya. Keluarga Anderson tidak terima dengan kematian pria itu. Pulang nanti pergilah ke rumah sakit. Sabotase seluruh bukti yang ada dan bunuh seluruh anggota keluarganya. Ingat! Lakukan dengan baik. Apa kau sudah mencari data-data keluarga itu?"tanya Adam.
"Aku sudah berhasil menemukannya. Kau katakan saja kapan aku harus membereskannya."
"Baiklah aku akan menghubungi mu nanti." Adam pun memutuskan sambungan telfonnya.
Ketika Jayden hendak turun ke lantai dua tiba tiba saja
PLETAK
"Bunyi apa barusan?" tanya Jayden dalam hati."Pasti ada yang memata- mataiku."
"Siapa disana?"
Jayden melihat sekelebat bayangan hitam di balik tembok itu. Tak lama sosok itu menampakkan dirinya.
"Charlotte? Sedang apa kau disini?" tanya Jayden pada gadis itu.
Charlotte terlihat gelagapan.
"Ehmm aku hanya ingin mengembalikan ini." Charlotte mengulurkan sebuah jaket.
"Apa dia mendengar percakapanku dengan Adam barusan?" tanya Jayden dalam hati.
"Jay? Apa kau tidak apa apa?"
Jayden sadar dari lamunannya.
"Ya. Terimakasih." kata Jayden sambil mengulurkan tangan dan mendekatkan diri padanya.
Bibir Jayden menyentuhnya.
Jayden tak dapat menahan hasratnya lagi. Jayden mencium bibirnya. Tidak. Jayden melumatnya.
#OrangketigaPOV#
"Nice shoot."
Aku berkata dalam hati sambil menyimpan handphoneku.
Tadinya aku ingin pergi ke aula untuk mengambil beberapa barang milik Mr. Robertus. Namun tanpa sengaja aku menemukan Charlotte dan Jayden disini. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Jadi, aku memutuskan untuk memotret mereka ketika Jayden sedang memegang tangan Charlotte dan holyshit tiba tiba ia menciumnya.
"Well, kira kira apa yang akan terjadi jika ini tersebar."
Di sekolah ini memiliki peraturan yang ketat, seperti dilarang merokok di lingkungan sekolah, minum-minuman keras dan persetan dengan semua itu. Walaupun kebiasaan disini tidak melarang hal tersebut dilakukan, namun tidak di lingkungan sekolah.
Oops Charlotte! You were in trouble.
------------------------------------------------------
Please vote and comment :)
Happy reading all💗xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy's Aftertaste
Teen FictionHIGHEST RANK: #11 IN AMERICA🥇 (18062018) #5 IN AFTERTASTE (01072018) #3 IN AFTERTASTE (03072018) #25 IN SENIOR HIGH SCHOOL(07072018) #770 IN MISTERY(07072018) #2 IN AFTERTASTE (05062019) "Sometimes the person you'd take a bullet for ends up being t...