#JaydenPOV#
Setelah mengemudi dengan cepat dan hampir menabrak beberapa orang hingga disumpahi, akhirnya Jayden sampai juga di penthouse Charlotte. Disana ia melihat mobil Aaron yang baru saja keluar dari penthouse.
Sebelum gerbang ditutup Jayden menancap gas untuk masuk ke dalamnya. Para penjaga gerbang mengejarnya. Namun Jayden tak peduli. Yang terpenting sekarang adalah keadaan Charlotte.
Entah sejak kapan Jayden menjadi gila akan dirinya. Sedetik pun Jayden tak bisa melepaskan pikirannya dari Charlotte. Bahkan Jayden sampai mengeprint foto Charlotte ukuran poster dan menempelnya di kamar. Katakan dirinya gila. Jayden tak peduli. Dirinya mencintai gadis itu. Walau Jayden selalu dingin padanya.
Dan ketika mendengarnya sakit seperti ini, hati Jayden ikut sakit dan otaknya pusing sekali memikirkan kondisi gadis barbar yang menggemaskan itu.
Jayden menggedor pintu besar penthouse Charlotte.
Tak ada jawaban dan kesabaran Jayden sudah habis.
"BUKAAA PINTUNYAAA!!!" Jayden berteriak sekuat tenaga.
Sumpah jika tak ada yang membukakan pintu ini, Jayden akan mendobraknya sekarang juga sampai hancur.
KREK
Akhirnya ya Tuhan ada seseorang yang mendengar. Jayden langsung masuk dan menuju kamar Charlotte tanpa mempedulikan wanita di hadapannya yang membukakan pintu.
----
Di hadapan Jayden terbaring sosok perempuan yang dicintainya. Dia begitu sakit dan lemah. Suhu tubuhnya panas sekali.
"Kau panas Charlotte." kata Jayden pada gadis yang tertidur tanpa dosa padahal Jayden sudah hampir gila dibuatnya.
Charlotte tak membalas. Pipinya merah seperti kepiting rebus.
Jayden mengelus puncak kepalanya dan mengecupnya pelan.
"Aku akan merawatmu." Jayden hampir berbisik.
Jayden mengambil kain yang ada di atas nakas dan membasahinya. Lalu menaruhnya di atas dahi Charlotte. Jayden membolak balikannya setiap beberapa menit sekali agar suhu tubuhnya cepat turun. Selain itu, Jayden menggendongnya sebelum menggulungnya dengan selimut tebal agar dia berkeringat.
Jayden tahu ada seseorang yang memperhatikannya dari ambang pintu yang tak lain adalah pelayan yang tadi membukakan pintu untuknya. Dia menatap Jayden tapi Jayden diam saja. Saraf otaknya tak mampu merespon apapun selain Charlotte.
-----
Sudah satu jam Jayden di kamar ini dan mengompresnya. Namun demamnya tak kunjung turun. Jayden mulai khawatir sehingga ia membuka gulungan selimut tebal Charlotte. Betapa kagetnya Jayden ketika menemukan beberapa bintik bintik merah keunguan di tangan mulusnya.
"Jangan jangan dia terkena demam berdarah."
Jayden panik sekali. Ia langsung mengeluarkan handphone untuk menelfon ambulance. Tapi handphone keparat itu mati di saat yang tidak tepat.
"Argh!" Jayden membanting handphonenya frustasi.
Ia akan membuangnya nanti.
Jayden berjalan keluar kamar dan mencari pelayan tadi untuk meminjam telfon rumah. Ia mengedarkan pandangan sampai menemukannya di lantai dasar. Jayden turun tangga secepat mungkin sampai tak ingat keberadaan lift di rumah ini.
"Telfon mana telfon? CEPAT! " seru Jayden tepat di belakang wanita itu.
Dia sedikit terkejut dengan kehadiran Jayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy's Aftertaste
Teen FictionHIGHEST RANK: #11 IN AMERICA🥇 (18062018) #5 IN AFTERTASTE (01072018) #3 IN AFTERTASTE (03072018) #25 IN SENIOR HIGH SCHOOL(07072018) #770 IN MISTERY(07072018) #2 IN AFTERTASTE (05062019) "Sometimes the person you'd take a bullet for ends up being t...