Aku mencoba mengumpulkan kesadaranku setelah jatuh pingsan tadi. Badanku masih lemas, tapi tidak selemas tadi. Kurasakan sebuah tangan menggenggam tanganku erat. Tangan yang besar dan dingin. Perlahan kubuka mataku untuk melihat siapa pemilik tangan itu.
"Sehun?" ucapku kaget. Aku langsung menegakkan badanku begitu melihat Sehun duduk di kursi di sisi kiri tempat tidur. "Kamu ngapain disini?"
"Kamu belum makan, ya?" Sehun bertanya tanpa menjawab pertanyaanku.
"Oh, iya!" Aku menepuk jidat. Aku baru ingat kalau tadi nggak sempat makan siang. Tadi pagi juga aku nggak sempat sarapan. Lalu dari rumah ke sekolah tadi aku berlari-lari. Pantas aja aku pingsan. Kuakui fisikku memang lemah.
Sehun menghela napas. "Nih, makan dulu." Ia menyodorkan sekotak nasi dari restoran fast food dekat sekolah. Aku membukanya. Kotak itu berisi nasi dan ayam goreng bagian dada.
"Orang sakit kok dikasih makanan nggak sehat, sih?" gumamku.
"Kamu kan suka makan itu. Aku nggak tahu lagi yang lain." Sehun mengangkat bahunya. Aku terdiam sebentar, lalu menyengir kegirangan. Sehun baru aja bilang kalau dia tahu makanan yang aku suka. Bagiku, itu sebuah keajaiban dimana Sehun yang cuek maksimal bisa tahu apa yang aku suka walaupun cuma makanan yang standar. Sehun ngasih aku perhatian. Ini hebat.
"Makasih, ya," ujarku tulus sambil cengengesan.
Sehun tersenyum tipis sambil mengangguk. "Mau pake ini?" Sehun mengacungkan sebuah sendok dan garpu yang entah didapatnya dari mana.
"Bagusnya pake sendok-garpu apa tangan?" tanyaku meminta pendapatnya.
"Terserah kamu lah," desisnya.
"Pake sendok-garpu aja deh. Soalnya spesial dari Abang Sehun." Aku menyengir lagi. Aku mengambil sendok dan garpu dari tangan Sehun lalu mulai melahap nasi dan ayam itu. Ayam ini nggak ada tandingannya, deh. Aku berasa masih anak-anak kalau makan ayam ini.
Sehun menyodorkanku sebotol air mineral. Aku lalu meminumnya sampai setengah botol. Aku bener-bener haus, bukannya rakus. Aku mengelap bibirku dengan tangan.
"Kita di UKS, ya?" tanyaku setelah memperhatikan ruangan tempat kami berada sekarang.
Sehun mengangguk. "Kamu udah baikan?"
Aku menatap Sehun kagum. Ternyata manusia cuek kayak Sehun bisa juga menanyai keadaanku. "Udah kok."
Sehun mangut-mangut. "Bagus kalo gitu."
Aku turun dari tempat tidur lalu merapikan pakaian dan rambutku. Aku menatap jam yang melingkar di tanganku. Pukul setengah empat. Lama juga aku pingsan. Mungkin sekalian melanjutkan tidurku yang terpotong tadi. Rapat seharusnya masih berlangsung. Aku harus menghadirinya.
"Mau aku anter pulang?" tanya Sehun.
Aku mengernyit. Makin lama Sehun makin nggak biasa, deh. Bagus, sih, kalau dia perhatian begini. Tapi ini nggak kayak Sehun. "Kamu nggak sakit, kan?"
"Apaan, sih?" Sehun menatapku bingung.
"Kamu aneh," kataku.
Sehun mendengus. "Jadi mau aku anter pulang apa nggak?"
Ini pilihan yang berat. Jarang banget ada kesempatan diantar pulang sama Sehun. Tapi di sisi lain, aku juga harus mengikuti rapat panitia. Aku nggak boleh melepaskan tanggungjawabku cuma gara-gara Sehun. Baiklah, aku putuskan aku akan ikut rapat aja.
"Kamu pulang duluan aja. Aku mau rapat bareng anak-anak," ujarku sedikit menyesal.
"Yaudah, deh. Aku balik, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Closer I Get To You
FanfictionOh Sehun. Cowok yang bener-bener gak pedulian sama pacarnya sendiri. Cuek maksimal! Gak ada romantis-romantisnya lagi. Aku kesel sendiri ngadepin dia. Abis kalo aku ngomong, katanya dia dengerin sih, tapi masa gak ada respon? Dia itu super nyebelin...