Aku berulang kali memutar tubuhku ke kanan dan kiri dan berusaha untuk tidur tapi nggak berhasil. Akhirnya, aku menyerah. Aku melirik jam dindingku dan menghela napas frustasi. Udah jam 1 dini hari tapi aku masih belum bisa tidur. Aku nggak pernah punya gangguan semacam insomnia atau apapun itu. Hari ini aku pun nggak ada mengonsumi kafein. Tapi kenapa aku nggak bisa tidur?
Ah, benar. Besok adalah hari keberangkatan Sehun ke Perth. Maksudku, hari ini, nanti malam. Itulah yang mengganggu pikiranku semalaman ini sampai aku nggak bisa tidur. Membayangkan hari-hariku tanpanya benar-benar membuatku bergidik. Mengerikan.
Aku nggak akan bisa melihatnya sesering biasanya, aku nggak akan bisa bicara dengannya kapanpun aku mau seperti biasanya karena perbedaan waktu, aku nggak akan bisa mengontrol diriku untuk tidak mencurigainya walaupun berkali-kali aku mengatakan aku percaya padanya. Yah, bukannya nggak percaya sih, tapi aku cuma takut Sehun bakal nemuin perempuan yang lebih baik dariku disana.
Lagipula, kalau Sehun tetap tinggal di Indonesia, belum tentu hubungan kami masih terus berlanjut. Nggak menutup kemungkinan aku menemukan laki-laki yang lebih baik, begitupun dia. Saat lulus SMA dan melanjut kuliah, pasti keadaan tidak akan sama seperti saat SMA. Kami akan menjalankan hidup masing-masing dengan kegiatan yang berbeda. Sulit untuk menemukan waktu luang yang sama.
Yah, jadi lebih baik aku nggak terlalu ambil pusing soal LDR ini. Bukan berarti aku mau ngelepasin Sehun gitu aja, tapi if it's meant to be, then it will be. Nggak ada yang perlu dipaksakan.
Aku mengambil ponselku yang tergelatak di atas meja sebelah tempat tidurku. Setelah menekan tombol lock, aku mengusap layar. Jemariku mencari nama Sehun dalam kontakku. Tanpa ragu, aku menekan tombol 'call'.
Aku menunggu sampai hampir 20 dering tapi Sehun nggak mengangkatnya. Pasti dia udah tidur jam segini. Aku menghela napas, hendak mengakhiri telepon itu lalu nada dering telepon itu berhenti dan berganti dengan suara laki-laki.
"Halo," bisik Sehun di ujung sana yang lebih terdengar seperti desahan.
Aku menelan ludah. "Hun? Udah tidur?"
"Udah.." jawabnya setengah sadar.
"Aku ganggu, ya?"
"Nggak, kok."
Aku terdiam lama. Aku nggak tahu harus ngomong apa karena aku juga heran kenapa aku meneleponnya. Aku cuma ingin dengar suaranya.
"Belle? Kamu nggak apa-apa?" tanya Sehun. Oh, dia udah sadar sepenuhnya.
"Nggak apa-apa, kok."
"Kenapa nelepon?"
"Nggak tahu," jawabku lalu menyengir walaupun dia nggak bisa lihat.
"Kok belum tidur?" tanyanya lembut.
"Nggak bisa tidur," aku menjawab jujur.
Aku mendengar desahan napas Sehun. "Kamu pasti kepikiran, ya?"
"Kayaknya gitu, sih."
"Belle, besok pagi aku jemput, ya?"
Aku mengernyit.
"Mau kemana?"
"Kemana aja. Selama masih ada waktu."
Oke, bicara Sehun mulai ngelantur. Hubungan jarak jauh bukan berarti nggak ada waktu lagi untuk kami berdua, kan? Sehun bisa balik ke Indonesia saat liburan atau aku bisa menabung untuk mengunjunginya di Perth.
"Hun.." panggilku lirih.
"Jam 9 aku jemput," potongnya cepat. "Sekarang, kamu tidur, ya?"
"Oke," jawabku pasrah karena sebenarnya aku udah mulai mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Closer I Get To You
FanfictionOh Sehun. Cowok yang bener-bener gak pedulian sama pacarnya sendiri. Cuek maksimal! Gak ada romantis-romantisnya lagi. Aku kesel sendiri ngadepin dia. Abis kalo aku ngomong, katanya dia dengerin sih, tapi masa gak ada respon? Dia itu super nyebelin...