I Do

2.9K 162 18
                                    

2022

Aku baru saja menyelesaikan masa koasku di sebuah rumah sakit. Kalau ditanya masa terberat selama hidupku, mungkin aku bakal milih masa koas itu. Di masa itu, aku merasa dekat dengan mimpiku sebagai dokter sekaligus merasa ingin menyerah saat itu juga. Aku hampir aja ngelepas cita-citaku kalau bukan karena dukungan orang-orang sekitarku.

Orang itu juga sangat berpengaruh. Setelah mempertimbangkan matang-matang, dia memilih untuk menetap di Perth dan melanjutkan kuliah disana. Saat libur panjang, ia kembali ke Indonesia selama satu atau dua minggu. Ya, sesingkat itu pertemuan kami. Selebihnya hanya melalui video call.

Kalian tahu, kan, betapa sibuknya mahasiswa kedokteran apalagi saat menjalani koas? Sehun juga sibuk dengan kuliah manajemennya. Sedikitnya waktu kami berkomunikasi menimbulkan cekcok beberapa kali. Bahkan kami sempat putus, walaupun nggak lama.

Tiga hari setelah putus, Sehun menghubungiku untuk mengajak memulai lagi. Sebenarnya aku juga masih sayang sama dia, cuma kami nggak ada waktu untuk berdua. Lagipula, waktu kan bisa dicari, kalau pasangan yang cocok susah dicari. Maka aku menerima Sehun kembali.

Sejak itu, kami nggak mempermasalahkan waktu lagi karena yang terpenting dalam sebuah hubungan adalah saling percaya dan mendukung. Karena udah pernah mengalami bosan dalam hubungan kami, aku bisa mengatasi masalah itu dengan mudah. Justru pacaran jarak jauh membuat tingkat kebosananku berkurang. Pacaran jarak jauh adalah hal yang baru bagi kami berdua, jadi keduanya saling belajar.

Terhitung 8 tahun sudah kami berpacaran. Aku melihat perubahan Sehun menuju dewasa, begitupula sebaliknya. Kayak melihat anak bayi yang baru belajar berjalan, rasanya ada aja hal baru yang kami alami. Gak pernah datar, melainkan selalu ada tanjakan dan turunan. Namun, semua begitu indah kalau kita melihat dari sisi positifnya.

"Hoi!"

Aku tersentak saat seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh dan mendapati Rania sedang menertawai ekspresiku sambil mendudukkan dirinya di hadapanku. Aku cemberut melihatnya yang tak henti tertawa.

"Apaan, sih?" gerutuku.

"Lo lagi mikirin apa, sih, sampe kaget gitu?" tanya Rania di sela tawanya. Ia mengusap ujung matanya.

"Melamun doang," kataku pelan. "Kali ini gue maafin ya lo telat."

"Dih, baru sekali juga."

"Waktu SMA lo juga pernah telat nemenin gue ke perpus gara-gara nemuin Kak Chanyeol. Inget?" kataku mengembalikan memorinya.

Rania meringis. "Aku yang dulu bukanlah yang sekarang."

Aku menarik tali tasku ke atas bahu kanan. "Berangkat sekarang, yuk? Takut kena macet."

Rania mengangguk. Kami beranjak dari cafe itu lalu berjalan menuju mobilku. Aku melajukan mobilku menuju sebuah resort di pinggir pantai. Rania memintaku untuk menemaninya datang ke acara tahunan kantornya.

Berhubung aku sangat butuh refreshing, maka aku bersedia. Selama beberapa tahun terakhir ini, tujuanku hanya rumah, kampus, puskesmas, dan rumah sakit. Sekarang ada kesempatan berlibur, kenapa nggak?

"Dys, lo tunggu sini dulu, ya," kata Rania saat aku memarkirkan mobilku di pelataran parkir resort itu.

"Lo mau kemana?" tanyaku.

"Gue mau ngecek ruangan dulu. Payah kalau bos marah."

"Gue ikut dong," pintaku.

"Ini urusan kerjaan, nyet."

Aku menghela napas. "Yaudah. Pergi lo sana," usirku.

Rania terkekeh pelan lalu turun dari mobilku. Aku mengambil ponselku. Daripada bosen nunggu Rania, mending aku nelepon Sehun. Aku menunggu Sehun mengangkat teleponku tapi dia nggak mengangkat sama sekali dan membiarkan operator memutuskan panggilanku. Mungkin dia sedang ada kelas.

The Closer I Get To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang