"Kamu sama Chen ada hubungan apa?"
Aku mengangkat kepalaku. Sehun tadi membawaku ke taman belakang sekolah. Tak ada orang selain kami berdua disini. Aku nggak berani menatap mata Sehun, makanya aku menunduk lagi.
"Temenan doang, kok."
"Temenan pake kedip-kedip mata, ya?"
Aku hanya diam. Aku harus jawab apa, coba.
"Terus, tadi mau nemuin Chen, ya? Sana, gih, temuin."
Siapa elo nyuruh-nyuruh gue, pikirku.
"Kamu apa kabar?" Hanya itu yang bisa kuucapkan. Kuberanikan diri menatap matanya. "Kemana aja beberapa hari ini?"
"Baik. Kamu juga ngilang gak ada kabar."
"Dan kamu nggak merasa berkewajiban untuk ngabarin aku duluan?" balasku.
Sehun terdiam. Ia tampak berpikir. "Aku gak ngabarin kamu bukan berarti kamu bisa seneng-seneng sama cowok lain, kan?"
"Ya tapi sebagai pacar harusnya kamu ngabarin aku. Udah seminggu loh, Hun. Kamu gak mikirin aku emangnya?"
"Aku mikirin kamu kok. Tapi kan aku punya kesibukan sendiri."
"Kesibukan sendiri? Ngapain? Pelukan sama cewek lain?"
"Maksud kamu?"
"Gak usah pura-pura bodoh, Hun. Aku liat sendiri kamu pelukan sama Daniva." Aku mulai menaikkan nada bicaraku.
"Kamu liat?" Aku nggak menjawab pertanyaannya. Tapi seolah mengerti arti tatapan mataku, Sehun menghela napas berat.
"Daniva itu sahabat aku dari kecil, loh. Wajar dong aku meluk dia kalo dia lagi ada masalah."
"Wajar?" tanyaku tak percaya dengan jawaban Sehun. "Kalo gitu wajar dong Chen kedipin mata sama aku."
"Tapi keadaannya beda, Belle. Waktu itu Daniva lagi ada masalah. Kalo Chen, kan dia flirting."
"Setidaknya aku sama Chen gak skinship parah kayak kamu."
"Aku sama Daniva udah biasa pelukan kalo salah satu ada masalah. Kamu keberatan?"
Mataku mulai terasa perih. Apa dia bilang? Dia terbiasa pelukan sama cewek lain? Biasa?
"Kamu masih sanggup nanya aku keberatan apa nggak. Orang idiot mana sih yang rela pacarnya dipeluk cewek lain? Sekalipun itu sahabatnya dari kecil."
"Itu satu-satunya cara nenangin dia, Belle."
"Terus, kamu nenangin Daniva waktu dia ada masalah, padahal pacar kamu sendiri lagi ada masalah. Yang pacar kamu sebenernya siapa sih?"
"Kamu ada masalah? Kamu bisa cerita samaku kapan aja," kata Sehun tenang seakan nggak ada apa-apa.
"Kamu bahkan gak nganggap ini masalah. Kita lost contact itu masalahnya, Hun. Lagian kalo aku cerita, emang kamu dengerin? Emang kamu peduli?"
Apa-apaan ini? Kenapa suaraku jadi bergetar?
Sehun terpaku mendengar ucapanku. Mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu namun tertahan di ujung bibirnya.
Aku berdesis menyindirnya. "Gak pernah kan kamu peduli sama aku? Dan soal Chen. Salah kalo aku cari kebahagiaan lain saat kamu gak ngasih kebahagiaan yang aku butuhin?"
Aku memutar tubuhku dan berjalan menuju backstage. Langkahku kuperluas dua kali lipat dari biasanya. Sehun nggak mengejarku atau minimal memanggilku. Bener-bener keterlaluan.
Airmataku mulai mengalir tanpa bisa kutahan lagi. Entah kenapa rasanya backstage udah pindah ke ujung dunia. "Kok nggak nyampe-nyampe, sih? Agh," gerutuku.
Akhirnya tiba juga aku di backstage. Rania sudah menungguku dengan khawatir. Begitu aku memasuki backstage, ia langsung menghampiriku.
"Lo gak apa-apa? Lo diapain sama Sehun? Dia marah? Eh, elo kok nangis? Hah? Dia ngomong apa aja?"
Pengen rasanya nyopotin gigi Rania satu-satu supaya dia diam.
Aku memeluknya dan menangis puas di bahunya. Ia mengusap punggungku sambil terus bertanya kenapa aku menangis. Dia nggak bisa nebak, apa. Nanya mulu kayak pembantu baru.
Aku melepas pelukanku lalu menghapus sisa airmata di pipi dan ujung mataku. Aku berjalan lunglai dan Rania mengekoriku, tapi untungnya ia sudah berhenti bertanya. Aku menghempaskan tubuhku ke bangku diikuti oleh Rania.
"Ran," panggilku.
"Apa? Lo udah siap cerita?"
"Apa gue putus aja, ya?"
"Hah?!" pekik Rania histeris. Ia memandangiku dengan tatapan horor. "Kenapa?"
"Yah, dianya udah gak sayang lagi. Buat apa dipertahanin?" kataku sambil mengangkat bahu.
"Tapi kan lo masih sayang sama dia," ucapnya dengan nada prihatin.
"Lo apaan sih? Kemaren lo nyuruh gue putus. Sekarang gue mau putus, kok elo yang gak rela?"
"Gue gak nyuruh elo putus, Dys. Gue cuma gak mau elo digantungin sama Sehun. Kalian pacaran tapi gak kayak orang pacaran, kan?"
"Makanya itu. Mending gue putus aja daripada ribet gini."
"Nanti nyesel, loh," kata Rania mengingatkan.
"Nggak kok."
"Woi, Gladys!!!" jerit seseorang heboh.
Aku memutar bola mataku sebelum memutar kepalaku untuk melihat orang itu. Seperti yang sudah kuduga, Baekhyun sedang berlari ke arahku. Tapi, ada yang aneh kali ini.
"Ngapain lo bawa-bawa bunga?"
Ia ngos-ngosan tapi wajahnya sumringah. Ini anak kenapa? Pasti kumat lagi deh jiwa yaoi-nya.
"Dari mana aja lo gue cariin dari tadi?" tanyanya di sela napasnya.
"Napas dulu yang bener. Itu apaan?" Aku menunjuk bunga itu. "Buat Chanyeol?"
"Bukan, geblek. Ini buat Anda, wahai Nyonya Oh Sehun," katanya sok mendramatisir.
"Hah?"
Aku mengambil sebuket bunga baby's breath dari pangkuan tangan Baekhyun. Aku melirik Baekhyun sekilas untuk meyakinkan bahwa ini bukan bom atau semacamnya. Dia malah menyengir sambil bertepuk tangan tak sabar.
Pandanganku beralih ke bunga itu. Cantik banget, ya ampun. Ini bunga kesukaanku setelah edelweiss. Jemariku menggapai sebuah amplop yang melekat di tangkai bunga.
Amplop biru yang berukuran kecil itu tampak misterius. Tak ingin menerka-nerka, aku segera membukanya dan menarik sebuah kartu dari dalam.
Aku memang bukan tipe cowok yang bisa bicara manis ke cewek. Karna aku gabisa ngerangkai kata-kata, jadi langsung ke intinya aja ya. Selamat 5 bulan Belle.
Sehun.
Aku terpaku. Sehun ngasih aku bunga? Nggak salah? Harusnya aku senang karena Sehun ngasih aku bunga dan dia ingat tanggal jadian kami. Tapi, kok...
"Dari siapa, Dys?" tanya Rania lalu merampas kartu yang kupegang. Mulutnya terbuka lebar begitu membaca isinya. "Dys!!!"
"Hm?"
"Si Sehun ngucapin selamat 5 bulan, loh. Gila," katanya histeris.
"Yaudah, sih. Emang seharusnya gitu, kan?" balasku datar.
Ia menatapku dengan kening berlipat. "Kok lo gak seneng?"
Aku hanya mengangkat bahu. Entahlah. Rasanya udah terlalu capek. Habis tenaga terkuras cuma gara-gara cowok yang bahkan gak merhatiin aku.
*
maaf pendek yaaa. dan maaf kalo php. padahal aku gaada update apa2, aku cuma ngesave draft, tapi notif update ada masuk ke kalian. mianhaeyooooo~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
The Closer I Get To You
FanficOh Sehun. Cowok yang bener-bener gak pedulian sama pacarnya sendiri. Cuek maksimal! Gak ada romantis-romantisnya lagi. Aku kesel sendiri ngadepin dia. Abis kalo aku ngomong, katanya dia dengerin sih, tapi masa gak ada respon? Dia itu super nyebelin...