"Sian Shi" kini menyambut atau pembagian waktu tradisional di antara jam 15.00-17.00, sore di hari yang sama, cuaca cerah mendadak berubah seratus delapan puluh derajat menjadi mendung di sekeliling dan petir yang hanya menyambar sesekali di pagi menjelang siang saat terjadi kekalutan diantara Liu Bang, Zhi er dengan Miao Yi kini menggelegar dahsyat.
Menyambar-menyambar tak kunjung berhenti, menimbulkan kebisingan suara guruh yang memekak telinga seolah Dewa Petir sedang mengamuk-amuk dengan menunjukkan kekuatan palunya kepada bumi, menghentak-hentak langit suram tanpa berkesudahan.
Tak lama kemudian hujan di kirim langit mengguyur negeri Kerajaan Han, setetes demi setetes air hujan berguguran dari gumpalan awan hitam yang menebal tepat di atas langit istana menerpa seluruh penjuru sampai menjadi semakin deras disertai angin badai yang jarang sekali terjadi di di tengah musim gugur ini.
Di ruangan pribadi di Aula naga dan phoenix, setelah benar-benar telah menenangkan diri dan juga sudah di obati oleh tabib diraja istana dengan sebuah perban putih yang menempel di keningnya, Zhi er masih mengenakan seragam kebesarannya tetapi jubah ribet bagian luar itu sudah di lepas.
Ia berdiri tegak menempelkan badan di jendela besar menghadap keluar, memperhatikan dengan heran situasi cuaca yang tiba-tiba berubah padahal tadi pagi langit begitu cerah, sama sekali tidak menampakkan petunjuk bahwa sore hari akan turun hujan seperti ini.
Sesekali percikan air hujan terpantul membasahi bajunya, namun Zhi er tidak memundurkan langkah menjauh dari jendela. Malah asyik menikmati momen tsb.
Dalam keheningan di ruangan itu selain suara gemuruh air hujan yang keras di iringi angin badai yang bertiup kencang, serta sesekali petir masih terlihat menyambar tanpa arah, Zhi er kembali merenungkan keajaiban yang terjadi pada Liu Bang dalam waktu singkat dan aura misterius yang mampu dirasakannya hingga dua kali saat berada di halaman pavilion timur.
Entah mengapa Zhi er merasa ada sesuatu yang aneh dan janggal atas semua peristiwa yang terjadi, mulai saat dirinya terbangun dari koma, suara-suara misterius yang sempat terngiang-ngiang di telinganya dan tambah lagi perasaan hari ini yang membuatnya merasa seperti pernah mengalami amnesia untuk mengingat semuanya.
Ia mengangkat kepala menatap langit yang sedang temaram, mendung memutih pucat dengan hujan yang semakin deras dan tertanya-tanya apakah Dewa yang telah menurunkan berkat dan perlindungan kepadanya selama ini sampai Liu Bang pun diberikan mukjizat menjawab tantangan Miao Yi untuk mencegahnya melakukan kekejian terhadap dirinya yang dengan tega hendak menyayat wajahnya sebagai pertukaran untuk tidak dikirimkan kepada penguasa Xiong Nu.
Xiong Nu yang di sebut-sebut adalah bangsa barbar yang mendirikan negara Mongolia yang secara geografis bertetangga dengan negeri Kekaisaran Qin.
Tembok besar yang dibangun oleh mendiang Kaisar Qin pertama dan masih dalam proses konstruksi tidak lain adalah sebagai benteng pertahanan untuk menahan serangan dari bangsa ini.Hubungan bangsa Xiong Nu dengan dinasti-dinasti yang pernah dan sedang berkuasa cukup rumit, terkadang saling baku hantam, konflik militer tetapi silih berganti Kekaisaran Qin menyepakati sebuah perjanjian perdamaian dengan pertukaran upeti, perdagangan atau pernikahan yaitu dengan cara mengirimkan wanita-wanita cantik untuk diperistri atau malah hanya dijadikan sebatas budak pemuas nafsu oleh penguasa Xiong Nu dan parahnya lagi setiap wanita yang pernah dikirim ke sana semuanya berakhir tragis tanpa meninggalkan jejak namun Kekaisaran Qin tidak pernah peduli nasip wanita-wanita itu.
Dendam, amarah, kebencian teramat sangat terhadap Li Miao Yi berhasil bersemayam dalam hatinya. Seumur hidup Zhi er tidak pernah sekalipun menaruh dendam pada orang lain terkecuali kali ini, bara api dendam terkobar begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Tears & Desire
Ficción históricaBUKAN NOVEL TERJEMAHAN! Liu Bang, namanya.... Dia adalah seorang panglima perang Kerajaan Chu yang digadang-gadang memiliki masa depan karir militer yang cerah. Ambisinya setinggi langit. Dia bahkan berikrar ingin melengserkan Kekaisaran Qin dan me...