Part 86 : Epik

1.1K 123 55
                                        

Song : Medals by Luhan



Sekumpulan dayang berdatangan membawa nampan berisi minuman dan makanan kecil serta buah-buahan untuk dihidangkan kepada para penonton.

Dua dayang membawa nampan menghampiri meja Kaisar Gaozu lalu mulai menata cangkir serta teko dan buah-buahan. Sementara para dayang lainnya berbondong-bondong bergerak menuju meja-meja penonton.

"Kalahkan mereka, ibunda!!! Pukul.... Pukul sekuat tenaga.....!!!!"
Jian Ying yang sedang didekap Mei Ting berseru penuh antusias memberikan kobaran semangat kepada sang ibunda yang melompat lincah berusaha menyerang kedua lawannya. Saking semangatnya, Jian Ying sampai ikut mengulurkan kedua tangan mungilnya yang terkepal meninju-ninju seakan itu bisa membantu Zhi er di arena.

Kaisar Gaozu menoleh ke belakang, melupakan sejenak kebimbangannya untuk melempar senyum gemas dengan binar gelinya memperhatikan Jian Ying yang begitu antusias. Sepertinya Jian Ying berhasil mewarisi gen dari Zhi er, menggemari ilmu bela diri.

Oh Dewa!!! Putra semata wayangnya begitu menggemaskan. Ingin sekali Kaisar Gaozu mencubit pipi Jian Ying.

Jian Ying tahu Kaisar Gaozu memperhatikannya dan Jian Ying tak suka itu lantas menjuihkan bibirnya menatap Kaisar Gaozu dengan wajah tak suka lalu melengos acuh tak acuh sehingga Kaisar Gaozu menghela napas ditambah mengerut kecewa. Astaga!!! Sampai kapan Jian Ying akan begini terus padanya?

Di sisi kiri Kaisar Gaozu, Qi Yi diam-diam menyeringai mengetahui kontak mata antara Kaisar Gaozu dan Jian Ying. Qi Yi melirik Jian Ying yang terhitung sebagai anak tirinya. Lirikan itu tajam, dan terselubung. Entah apa yang ada di dalam kepala Qi Yi? Tidak perlu bertanya karena hanya Qi Yi sendiri yang tahu.

BRUGH!!!
Bunyi debuk itu menyita perhatian penuh semua penonton. Kaisar Gaozu melebarkan kelopak matanya melihat peserta nomor dua dan nomor lima terhempas melayang ke udara lalu jatuh ke tanah, dibawah panggung arena setelah tendangan kedua kaki Zhi er berhasil menghunjam kedua pria muda tersebut.

PLOOOOOK!!! PLOOOOK! PLOOOOKKK!!
Bunyi tepuk tangan itu berasal dari Jian Ying yang kegirangan bukan main menyanjungi kehebatan ibundanya.

Zhi er, Permaisuri Lü benar-benar bukan lah gadis sembarangan yang bisa diremehkan. Dia bahkan mengalahkan dua pria yang posturnya jauh lebih besar dan kekar itu.

Kaisar Gaozu dan kawan-kawan pun ikut bertepuk tangan membanggakan Zhi er yang mampu menyingkirkan dua lawan dalam sekaligus.

Sedangkan gelagat berbeda muncul dari Menteri Li, Li Yue er dan Qi Yi. Ketiganya sempat mendesis kesal sebelum pada akhirnya dengan terpaksa bertepuk tangan padahal dalam benak mereka masing-masing mengutuk-kutuk kedua peserta pria yang lembek nan tak becus. Percuma saja mereka memiliki badan kekar dan otot yang besar jika menyingkirkan seorang gadis mungil saja tidak mampu.

Di panggung arena itu, Zhi er berusaha mengatur pernapasannya yang sedikit terengah-engah. Ia tersenyum senang menyapu pandangannya ke kiri dan kanan. Semua orang membanggakan dirinya dengan bunyi tepuk tangan yang semakin lama semakin menyurut.

Kaisar Gaozu mengangkat sedikit tangan kanannya yang terkepal lalu mengayun-ayun kecil isyarat memberikan semangat kepada Zhi er. Zhi er mengangguk-angguk girang. Dalam hati, sebenarnya Zhi er sedikit tidak percaya dirinya mampu mengalahkan dua pria gagah tadi, dengan mudah pula. Dewa, entah kekuatan darimana yang telah diserapnya? Ajaib dan sedikit di luar dugaan.

Love, Tears & DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang