[11] Salah paham

374 52 10
                                    

- Ingat! Yang awalnya hanya bohongan akan jadi beneran.
[Kang Daniel.] 🔝 baca part sebelumnya.

Ini adalah bentuk ke-salah pahaman yang fatal. 
[Park Jihoon.]

---

Jihoon masuk ke dalam kelasnya yang sudah kosong. Tadi Jihoon tidak masuk ke kelas karena ada panggilan dari guru untuk mengikuti lomba sains. Jihoon pasti ikut karena dia pecinta sains.

Di dalam kelas sudah sepi, hanya ada anak kelas yang piket saja. Mata Jihoon menelitik, mencari pacar bohongannya. Tapi, nggak ada. 

"Apa Hana udah pulang?" Jihoon menggendong tasnya lalu berjalan menuju salah satu anak cewek yang lagi piket.

"Lo lihat Hana nggak?"

"Hana udah pulang."

"Oh, makasih."

Jihoon langsung keluar kelas dan berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya.

"Hana pulang sama siapa? Guanlin? Kayaknya enggak deh."

Jihoon menaiki motornya dan langsung menjalankannya menuju rumah. Sebelum ke rumahnya sendiri Jihoon mau mampir ke rumah Hana, mau lihat apa Hana udah sampai rumah atau belum.

---

Hana sampai di rumah bertepatan dengan suara motor Jihoon yang mendekat ke arah rumahnya.

Hana langsung cepat-cepat masuk rumah sebelum Jihoon sampai rumahnya duluan.

Hana lari dan langsung mengunci pintunya. Rumah Hana gelap karena lampu belum dinyalakan.

Memang sengaja, takut Jihoon tau kalau Hana udah di rumah, ntar Jihoon bisa-bisa masuk rumah.

"Gue ke kamar aja ah,"

Hana memutuskan untuk naik ke kamarnya.

Di luar Jihoon melihat suasana rumah Hana yang sepi.

"Kok sepi? Biasanya sih kalau sepi Hana nggak ada di rumah. Masa iya belum pulang?"

Jihoon berbalik dan menaiki motornya.

Brukk.

Jihoon turun dari motornya. Jihoon dengar ada suara orang jatuh di dalam rumah Hana. Nggak salah lagi kalau ada orang di dalam.

Knop pintu Jihoon putar, tapi terkunci. Jihoon yakin ini pasti kekunci dari dalam. Karena biasanya Hana nggak ngunci rumahnya, pas dia pergi.

Ada apa? Jihoon nggak tau.

Pengen ngedobrak takut kena amukan kalau pintunya rusak.

"Dobrak ajalah."

Dengan penuh tekad Jihoon mendobrak pintu rumah Hana dengan sekuat tenaga.

Brak.

"Aduh." Jihoon jatuh ke lantai rumah Hana.

Hana yang jatuh berdiri dan menghampiri Jihoon.
"Jihoon?"

Jihoon natap manik mata Hana, ada kekhawatiran di dalam sana.

"Gue nggak pa-pa."

"Gue nggak nanya." Hana berdiri. Mau naik tangga, eh jatuh lagi. Kakinya terkilir.

"Tuh kan. Lo nggal usah sok kuat kayak bangunan. Lemah aja." Jihoon ngebantu Hana berdiri.

"Nggak perlu ya, bantuan lo. Jauh-jauh sana!" Ini bukan kalimat candaan yang setiap hari Hana berikan kepada Jihoon.

"Aneh. Kenapa sih?"

"Nggak perlu lagi kan gue jelasin, karena semuanya udah jelas."

"Gue nggak ngerti."

"Sok nggak ngerti."

"Aneh ya lo," Jihoon menarik tangan Hana untuk bangun, tapi ditepis.

"Justru lo yang aneh, Park Jihoon. Lo aneh, karena cuma mau mainin gue doang. Iya gue tau kalau gue itu cuma pacar bohongan lo! Tapi, gue udah terlanjur mau jadi yang bener-bener buat lo, dan nggak tau kenapa lo cuma mau mainin gue doang. Gue kira lo beneran mau tanggung jawab kalau gue baper. Ternyata dimainin doang. Nyesek lho." Hana senyum miris.

"Han, lo sa--"

"Gue udah denger semuanya, karena gue nguping pembicaraan kalian, pas gue ijin ke toilet. Dan untungnya gue denger, kalau nggak mungkin gue akan tergila-gila sama lo."

"Hana!" Jihoon membentak Hana.

"Apa lagi?"

"Lo salah paham."

"Salah paham? Enggak deh."

"Gue akan jelasin."

"Mending lo pulang!"

"Nggak."

"Terserah lo!" Hana beranjak lalu pergi ninggalin Jihoon yang masih berada di tempatnya.

Jihoon menggapain lengan Hana, menyeretnya dan membawanya duduk di tangga.

Jihoon berani menyeret Hana jika sudah tenang.

"Dengerin gue. Lo cuma salah paham. Gue emang mau mainin lo doang. Tapi, sekarang enggak. Gue udah kemakan omongan sendiri. Gue juga cinta sama lo."

Hana yang mulai tenang natap mata Jihoon. "Bullshit!"

"Lo rasain!"

Jihoon membawa telapak tangan Hana ke arah jantungnya  yang berdetak sangat cepat.

"Lo bisa ngerasain kan? Ini yang gue alamin waktu dekat lo." Jihoon senyum.

"Gue percaya." Hana juga tersenyum.

Jihoon langsung meluk Hana lalu mengelus pucuk kepala Hana. "Jadi? Mau nggak kita pacaran beneran?"

Hana mengangguk.

---

TAMAT.

Nggak boong. Belum tamat masih.

Tbc.✔

Nah ini baru betul. Akan dilanjut sampai part 20, mungkin. Yauda sekyan.

Voment!!!

Btw makasi yang udah selalu support🔥

Btw lagi aku akan double update hari ini😊😊

Destiny || Park Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang