[14] Stop

793 73 31
                                    

Kamu bisa cari yang lebih baik daripada aku, seperti Guanlin :))

---

Malam minggu ini terasa sunyi bagi Jihoon. Ingin mengajak Hana jalan-jalan. Tapi, Hana lagi ada acara keluarga.

Jihoon cuma sendiri di rumah. Ibu dan ayahnya lagi malam minggu, berdua aja, tanpa ngajak anaknya yang lahi kesepian.

Kalau Ara, udah pasti lagi malam minggu juga sama Daniel.

Jihoon serasa jomblo. Malam minggu ngedekem di rumah aja sambil nonton tv.

Drrt drrt.

Ponsel Jihoon yang ada di samping meja tv bergetar. Ada pesan masuk.

Jihoon mengambil ponselnya lalu membaca pesan itu.

Guanlin : Ke rumah sakit mawar. Sekarang!!!

Jihoon : Siapa yang sakit?

[Read]

Hanya dibaca sama Guanlin.
"Ah, shit. Kenapa perasaan gue nggak enak?"

Jihoon mengambil kunci motornya lalu keluar dari rumah.

Jihoon menjalankan motornya menuju rumah sakit mawar.

Sampai di sana udah ada firasat buruk yang menimpa Jihoon.

"Jihoon. Ayok!" Itu Daehwi. Dia menarik Jihoon. Ke ruang icu.

Di sana Jihoon melihat banyak orang terutama orang tuanya dan kakaknya.

Ternyata mereka berbohong kalau ingin malam mingguan. Tapi, kenapa di sini? Ada yang salah.

Jihoon yang baru datang menjadi pusat perhatian. "Sebenarnya ada apa?"

"Lo jangan kaget." Kata Guanlin sambil nepuk pundak Jihoon.

Jihoon menepis tangan Guanlin. "Nggak usah basa-basi!"

"Oke. Hana kena kanker darah."

---

Jihoon nggak mengira kalau Hana jadi kayak gini. Jihoon kira Hana baik-baik aja.

Jihoon membuka buku catatan yang dulu kelas 10 dia tulis fakta-fakta tentang Hana.

Jihoon ngambil pulpen dari atas meja belajarnya. "Gue nggak punya tempat curhat. Cuma benda mati ini aja, yang bisa buat gue tenang."

Han, gue itu nggak pantes ya jadi pacar lo?

Buktinya gue sama sekali nggak becus ngejagain lo. Gue selalu salah paham sama lo. Gue egois.

Guanlin lebih baik untuk lo, karena dia selalu perhatian.

Gue nggak baik buat lo, Han. Maaf.

Gue harus apa lagi? Semuanya udah terjadi begitu cepat. Gue nggak mau kehilangan orang yang paling gue cintai, setelah ibu.

Gue cinta sama lo, Han.

Tapi, disisi lain. Gue salah mencintai lo.

Park Jihoon.

J

ihoon menatap tulisannya. Dia merasa kecewa dengan dirinya sendiri yang selalu salah paham.

Memang mereka udah baikan tapi, Jihoon tetap merasa bersalah.

Bahkan Jihoon nggak tau kalau Hana punya penyakit serius.

Krieet.

Ara masuk ke dalam kamar Jihoon tanpa mengusik Jihoon yang sedang termenung.

"Hoon."

Jihoon masih tetap sama dengan posisinya.

"Hana udah sadar."

Jihoon berbalik. Lalu dengan terburu-buru dia langsung menyambar kunci motornya. Tanpa menghiraukan Ara.

Jihoon ke rumah sakit mawar lagi. Dia ingin melihat kondisi Hana.

Sebelum Jihoon membuka ruangan icu, Jihoon mengintip lewat jendela ruangan itu dulu.

Jihoon melihat ada Guanlin yang tengah menyuapi Hana. Seketika wajah senang Jihoon luntur. Terganti dengan wajah muram.

Keinginan untuk masuk ke dalam ruangan itu telah sirna. Jihoon putus asa, melihat Guanlin jauh lebih baik dibanding dirinya.

Apa Jihoon harus mundur? Ini demi Hana. Tidak apa kalau Jihoon harus mundur jika bersangkutan dengan kebahagiaan Hana.

Biaa dilihat dari balik kaca yang Jihoon intip. Hana sedang tersenyum bahagia. Itu waktunya Jihoon berhenti.

Jihoon melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan icu yang ditempati Hana.

Pikirannya kalut. Membayangkan Hana yang kini sedang bahagia bersama orang lain.

Jihoon nggak mau egois lagi. Cukup sampai di sini.

---

"Kak, Jihoon ke mana?" Tanya Hana yang sedang disuapi bubur oleh Guanlin.

"Jihoon tadi pulang dulu. Nanti juga balik lagi kok. Sekarang makan dulu, jangan sambil ngomong. Keselek nanti."

Hana tersenyum. "Makasih kak."

Selesai menyuapi Hana, Guanlin menaruh mangkok berisi bubur itu di atas nakas.

"Kak, Hana boleh telpon Jihoon?" Guanlin mengangguk lalu memberikan ponselnya.

"Halo? Jihoon?"

"Ada apa?"

"Kapan kamu ke sini?"

"Maaf, Han. Aku sibuk."

Tuut tut.

Telepon dimatikan oleh Jihoon.

Guanlin melihat raut wajah Hana yang seperti menahan tangis. "Kenapa?"
"Jihoon matiin teleponnya?" Hana ngangguk.

"Sabar. Mungkin dia butuh waktu."

---

Maaf ini semua demi kamu, Han. Kamu lebih cocok sama Guanlin, yang selalu perhatian sama kamu :)) -Park Jihoon.

Kenapa berubah terus? Plis. Jangan berubah kamu itu bukan bunglon. -Kim Hana.

Gue deket sama Hana hanya sebatas adik-kakak. Begitu seterusnya. -Lai Guanlin.

---

Tbc.

Makin rumit kan? Hadehh.

Double update nihh because aku mau cepet-cepet tamatin cerita ini dan bikin cerita baru yang cast-nya si Guanlin.

Voment ya!!!

Destiny || Park Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang